Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menggugat Kembali Pemahaman Soal Takdir

20 Desember 2019   00:51 Diperbarui: 21 Desember 2019   08:43 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kitab suci agama saya di sebutkan bahwa : "Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu." artinya kita percaya dan mengimani bahwa apapun yang terjadi dalam hidup ini pasti tidak luput dari campur tangan dan Kuasa-Nya. Kita percaya bahwa Tuhan selalu hadir dalam setiap kejadian-kejadian dalam hidup kita, bukan hanya pada saat kita sedang bersembahyang atau di rumah ibadah saja, Dia hadir dalam setiap jejak langkah, hembusan nafas, dan memelihara detak jantung kita dengan sempurna. Dan tidak ada satupun yang bisa kita sembunyikan dari penglihatan dan pendengaran-Nya. Sungguh Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.

Namun dalam ayat lain juga di sebutkan bahwa : "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mau mengubah keadaan pada diri mereka sendiri." 

Artinya berarti kita sebagai manusia juga turut di libatkan dalam mewujudkan realita itu sendiri ? Tuhan memberi kita kesempatan untuk berusaha, untuk mencoba, untuk memperbaiki, untuk merubah apa yang perlu kita rubah. 

Kan tidak mungkin juga rezeki bisa tiba-tiba turun dari langit, sedangkan kita masih bermalas-malasan dan tidak mau berubah menjadi rajin. Padahal mungkin Tuhan akan menyalurkan rezeki-Nya lewat tangan orang lain bilamana kita mau berikhtiar.

Para pedagang bakso atau tukang tambal ban misalnya, mereka dapat rezeki dari mana ? Ya dari konsumen kan, bila anda tiba-tiba lapar pengen beli bakso, bisa jadi anda sebenarnya sedang di gerakan oleh Tuhan untuk menyalurkan rezeki-Nya pada pedagang bakso tadi. Atau tiba-tiba di tengah jalan ban kendaraan anda bocor, bisa jadi Tuhan sedang mengabulkan do'a si bapak tukang tambal ban pada hari itu, lalu di pilihlah anda sebagai agen penyalur rezeki-Nya lewat kejadian ban bocor tadi.

Nah berarti kan sebenarnya kita ini di libatkan oleh Tuhan dalam setiap proses kehidupan ini setiap hari secara sadar maupun tidak. dan kita di beri kesempatan untuk melakukan perubahan. 

Karena Dia pasti tahu jika kita memang layak dan punya "wadah" yang cukup besar untuk mendapatkannya, Maka Dia pun tidak akan segan-segan memberinya. Jadi bukan berarti keinginan kita yang tidak atau belum di kabulkan, kitanya saja yang sebenarnya belum layak dan siap menerimanya.

Sampai disini kita bisa mengamati bahwa semuanya terlihat seperti paradoks, di satu sisi segala sesuatu dalam hidup ini terjadi atas kehendak-Nya, namun di sisi lain Dia juga memberikan kesempatan pada makhluknya untuk berusaha, merencanakan, memperbaiki, dan mengubah. 

Jadi kita tidak bisa serta merta menyatakan bahwa apapun yang terjadi dalam hidup kita ini adalah semuanya murni karena kehendak Tuhan, karena bisa jadi, diri kita sendiri lah yang menjadi penyebabnya. Kita lah yang enggan bercermin, dan mau belajar apa sebenarnya kesalahan yang sudah kita perbuat tanpa kita sadari.

Pertanyaannya, apabila memang semua yang terjadi dalam hidup ini semuanya murni karena kehendak Tuhan, lalu bagaimana dengan para koruptor, penjahat, atau PSK, apakah mereka memang sudah di takdir kan seperti itu sejak lahir ? Masa Tuhan menakdirkan seseorang untuk berkorupsi ? Kan bercanda itu namanya.

Apabila memang semua yang terjadi dalam hidup ini semua karena kehendak Tuhan, berarti kita sama saja seperti layaknya wayang yang hanya memerankan alur cerita saja dan tidak bisa berbuat apa-apa ? Dan seolah-olah kita tidak punya pilihan untuk menentukan alur cerita kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun