Bagaimanakah perasaan Anda tatkala melihat seseorang yang mempunyai utang pada Anda, lalu tanpa sengaja Anda memergokinnya sedang membeli sesuatu? Mungkin perasaan Anda tiba-tiba hancur, kecewa, bahkan marah karena merasa disepelekan.
Mengapa membayar utang itu begitu berat? Ketika kita memutuskan untuk berutang tentu sejak awal kita sudah siap berkomitmen untuk melunasi utang tersebut. Bagaimana pun caranya.
Menurut apa yang saya pahami, ternyata membayar utang itu lebih utama daripada sedekah. Nah akan tetapi masalahnya, masih banyak sekali orang-orang yang abai soal ini. Parahnya, malah ada yang merasa sama sekali tidak punya utang, lalu pergi, kemudian hilang dari peredaran.
Saya tentu tidak bermaksud mengutuk orang-orang yang suka berutang, karena saya pun pernah berutang. Ini adalah hal yang normal dan manusiawi. Akan tetapi bila seseorang dengan sengaja melalaikan kewajibannya membayar utang, tentu ini menjadi masalah bagi dirinya maupun orang lain yang ia utangi.
Selama kita berniat dengan bersungguh-sungguh untuk melunasi utang, maka sudah pasti kita akan mampu melunasinya. Kalau pun kita tidak mampu melunasinya secara cash, tentu kalau bersungguh-sunguh melunasinya, kita pasti akan mencicil membayarnya.
Alasan seseorang berutang tentu sangat beragam, ada yang terdesak karena kebutuhan, ada yang berutang untuk membangun usaha, ada yang berutang karena gengsi ingin beli barang-barang mahal, anehnya ada juga orang yang berutang karena memang hobi dan sudah menjadi kebiasaan.
Besar ataupun kecil nominalnya, utang tetaplah utang. Utang menjadi terasa besar bila kita menunda-nunda untuk membayarnya. Kita pun pasti seringkali menemukan keanehan, ada orang yang katanya belum mampu membayar utang, tapi mengapa ia masih mampu beli kuota untuk update status di sosial media? Ada orang yang katanya belum mampu membayar utang, tapi kenapa kok masih bisa jalan-jalan dan belanja-belanja?Â
Hanya karena utang pula akhirnya manusia dengan tega menghilangkan nyawa, hanya karena utang pula silaturahmi bisa terputus dengan tiba-tiba. Padahal kalau memang belum mampu membayar, setidaknya ada itikad baik untuk memberi kabar dengan jujur dan tinggal bilang belum bisa bayar. Jangan malah pergi, hilang, dan merasa tidak punya utang.Â
![Source: republika.co.id](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/12/06/images-28-5dea2e15d541df4ef8111ba2.jpeg?t=o&v=770)
Ketika kita terlepas dan hidup bebas tanpa utang, tentu kita akan merasa damai dan bahagia. Kita tidak seperti dihantui oleh rasa kekurangan. Hati menjadi lapang dan rezeki sudah pasti akan lebih mengalir dan berlimpah. Karena jika kita dengan sengaja menunda-nunda membayar utang, tanpa disadari sebenarnya kita sedang mempersempit aliran rezeki dan menyulitkan diri sendiri.
Pada akhirnya semua akan berbalik pada diri kita sendiri. Karena hidup ini di atur-atur oleh hukum-hukum yang adil. Bilamana kita lebih banyak berbuat baik pada orang lain, tentu akan lebih banyak pula kebaikan-kebaikan yang datang dalam hidup kita, sebaliknya jika kita menyulitkan orang lain pada hakikatnya kita sedang menyulitkan diri kita sendiri.
Oleh karena itu menyegerakan membayar utang itu penting. Kita tinggal memilih apakah mau melunasi utang dengan kesadaran kita sendiri, atau kehidupan sendiri yang akan memaksa kita untuk membayarnya dengan hal lain?
Semuanya pasti berproses, karena kesadaran tiap orang berbeda-beda. Yang jelas jangan sampai kita mendzalimi orang yang memberikan utang, karena ia sudah dengan berat hati memberi kepercayaannya pada kita.Â
Segerakan membayar utang dan jadikan sebagai prioritas meski harus dicicil. Kalau pun dari awal sudah merasa tidak sanggup untuk membayar utang, lebih baik cari jalan lain selain berutang daripada harus melukai hati orang lain.Â
Pastikan sebelum berutang tujuannya karena memang terdesak ada kebutuhan, bukan karena gengsi ataupun hobi. Percayalah jika berusaha untuk terlepas dari jeratan utang, semua pasti akan ada jalannya. Bukan malah lari dan pergi dari tanggung jawab.Â
Ini hanya soal cara berpikir yang perlu dibenahi dan kebiasaan yang perlu diubah dan tanpa lama kemudian semuanya pun pasti akan berubah.Â
Marilah kita berdamai dengan rasa kekurangan dan mulailah bangun rasa keberlimpahan dan jangan lupa bersyukur karena semua telah Tuhan cukupkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI