Mohon tunggu...
Reynald Vitalino Putra
Reynald Vitalino Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca dan nonton film

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Konsep Penciptaan dalam Film Viktor Frankenstein 2015

22 Agustus 2024   22:55 Diperbarui: 23 Agustus 2024   02:23 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Victor Frankenstein (2015) adalah sebuah film horor fantasi yang merupakan adaptasi modern dari novel klasik karya Mary Shelley, "Frankenstein". Film ini menyajikan kisah ikonik tentang seorang ilmuwan ambisius yang berusaha menciptakan kehidupan dari benda mati. Dibandingkan dengan versi-versi adaptasi sebelumnya, film ini menawarkan sudut pandang yang berbeda dengan menceritakan kisah dari perspektif Igor, asisten setia Victor Frankenstein. 

Disutradarai oleh Paul McGuigan dan dibintangi oleh aktor-aktor ternama seperti James McAvoy sebagai Victor Frankenstein dan Daniel Radcliffe sebagai Igor, film ini berhasil menghadirkan nuansa gothic yang mencekam dan eksplorasi mendalam tentang ambisi manusia yang dapat melampaui batas.

 Dalam konteks monoteisme, penciptaan seringkali dihubungkan dengan sosok Tuhan yang maha kuasa sebagai satu-satunya pencipta alam semesta. Gagasan ini mengimplikasikan adanya rencana yang terstruktur dan tujuan akhir di balik segala ciptaan. Dalam film Victor Frankenstein, ambisi Victor untuk menciptakan kehidupan dapat diartikan sebagai upaya manusia untuk menandingi atau bahkan menggantikan peran Tuhan sebagai pencipta. Konflik batin yang dialami Victor antara keinginan untuk menciptakan sesuatu yang sempurna dengan kesadaran akan keterbatasan manusia menjadi refleksi dari ketegangan antara ambisi manusia dan kekuasaan mutlak yang sering dikaitkan dengan konsep penciptaan dalam monoteisme. 

 Politeisme, kepercayaan kepada banyak dewa, menawarkan perspektif yang berbeda tentang penciptaan. Dalam banyak mitologi politeistik, penciptaan seringkali melibatkan sejumlah dewa dengan peran dan kekuatan yang berbeda-beda. Proses penciptaan pun seringkali digambarkan sebagai peristiwa yang kompleks dan penuh dengan konflik. Dalam konteks film Victor Frankenstein, perspektif politeistik dapat dikaitkan dengan kompleksitas penciptaan makhluk hidup yang diciptakan oleh Victor. Setiap bagian tubuh yang disatukan oleh Victor dapat dianggap sebagai representasi dari kekuatan atau dewa yang berbeda-beda. Dengan demikian, makhluk ciptaan Victor menjadi cerminan dari berbagai kekuatan alam yang saling berinteraksi. 

 Ambisi Victor Frankenstein untuk "menciptakan kehidupan" menempatkannya dalam posisi yang mirip dengan sosok-sosok "pencipta" dalam berbagai mitologi. Ia menjadi semacam "Tuhan" dalam skala kecil, berusaha mengendalikan kekuatan alam dan memanipulasi batas-batas kehidupan dan kematian. Namun, berbeda dengan sosok dewa dalam mitologi yang sering kali digambarkan sempurna dan maha kuasa, Victor Frankenstein digambarkan sebagai manusia yang penuh dengan kelemahan dan keraguan. 

Ia terobsesi dengan pengetahuan dan kekuasaan, namun tidak sepenuhnya memahami konsekuensi dari tindakannya. Hal ini memunculkan pertanyaan mendasar tentang sejauh mana manusia boleh "bermain Tuhan" dan apakah penciptaan kehidupan merupakan hak prerogatif manusia. Melalui karakter Victor Frankenstein, film ini mengajak penonton untuk merenungkan tanggung jawab yang menyertai kekuatan untuk menciptakan dan memanipulasi kehidupan.

 Ambisi Victor Frankenstein untuk menciptakan kehidupan dapat dibandingkan dengan mitos penciptaan dalam berbagai agama dan budaya. Jika Prometheus memberikan api kepada manusia, Victor berusaha memberikan nyawa. Namun, keduanya menghadapi konsekuensi yang tragis akibat tindakan mereka yang dianggap melanggar batas alam semesta. Perbedaannya terletak pada motivasi; Prometheus bertindak demi kemanusiaan, sementara Victor didorong oleh ego dan ambisi pribadi.

 Dengan membandingkan ambisi Victor Frankenstein dengan mitos penciptaan dari berbagai budaya, film ini menggarisbawahi pertanyaan mendasar tentang batas-batas pengetahuan manusia, tanggung jawab terhadap ciptaan, dan makna keberadaan. Film ini menunjukkan bahwa ambisi untuk menjadi pencipta, seperti yang digambarkan oleh Victor Frankenstein, adalah sebuah godaan yang berbahaya dan dapat membawa konsekuensi yang tidak terduga. Melalui eksplorasi perspektif monoteisme dan politeisme, film ini menyuguhkan pandangan yang kaya dan kompleks tentang penciptaan, mengingatkan kita bahwa kekuatan untuk menciptakan kehidupan adalah sebuah tanggung jawab yang besar dan harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati.

DAFTAR PUSTAKA

https://uinjkt.ac.id/index.php/id/monoteisme#:~:text=%22Monoteisme%22%20berasal%20dari%20dua%20kata,merupakan%20kepercayaan%20kepada%20keesaan%20Tuhan.

https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/mengetahui-aliran-politeisme-dan-bentuk-kepercayaan-lainnya-20uAVxqgVZ2/2

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun