Adakah yang mengenal Carlo Acutis? Rasanya hampir semua orang mengenalnya, atau setidak-tidaknya mendengar kisahnya sebab di awal bulan Oktober 2020 saat makamnya dibuka, jenazahnya ditemukan intact, intact disini bukan berarti jenazahnya 100% utuh namun ditemukan masih cukup baik tapi tidak utuh sempurna.Â
Meski begitu, jenazah Carlo Acutis tetap terlihat indah bagaikan hanya tertidur belaka, padahal Carlo telah meninggal 14 tahun yang lalu. Perisitwa iman penemuan jenazah Carlo ini mengundang dercak kagum dari berbagai kalangan karena teladan kekudusan Carlo yang memancar bahkan hanya dari jenazah yang tak bernyawa.Â
Carlo Acutis juga menjadi sangat terkenal di kalangan Gereja Katolik karena secara khusus diumumkan bahwa tahun 2020 ini Carlo akan digelari oleh Gereja sebagai seorang Beato/ yang terberkati. Gelar ini diperoleh dengan proses penyelidikan yang panjang dan membutuhkan mukjizat yang tidak dapat dijelaskan secara medis.Â
Menurut laporan, ada seorang anak bernama Matheus asal Brasil yang disembuhkan dari cacat lahir yang parah yang disebut annular pancreass setelah berdoa bersama ibunya memohon perantaraan doa Carlo Acutis.Â
Keajaiban sungguh terjadi, Matheus dinyatakan sembuh total dan tim medis tidak bisa menjelaskan peristiwa kesembuhan ini secara ilmiah. Mukjizat ini menghantar Carlo Acutis untuk dimuliakan di altar kudus dan digelari sebagai Beato/ yang terberkati, kelak jika ada mukjizat terjadi kembali, maka Carlo akan digelari sebagai seorang Santo.
Mengenal lebih dalam tentang Beato Carlo Acutis. Siapa dia?
Carlo Acutis lahir di London pada tahun 1991. Tidak lama setelah kelahirannya, Ia dan keluarganya kembali ke Italia. Carlo tumbuh seperti anak-anak pada umumnya: bermain sepak bola, bermain komputer, menonton film, dan memelihara hewan. Kedua orangtuanya tidak terlalu religius.Â
Namun, Carlo sangat mencintai Yesus dalam Sakramen Mahakudus, bahkan sejak masa kecilnya. Ia tidak pernah melewati gereja tanpa meminta diantar untuk "menyapa" Yesus. Pada usia 7 tahun, Carlo meminta pada susteran setempat agar diizinkan untuk memnerima Komuni Pertama lebih awal dan ia pun diizinkan.
Sejak menerima Komuni Pertama, Carlo tidak pernah absen untuk menghadiri misa setiap hari. Ia juga mengajak kedua orangtuanya untuk mendatangi tempat-tempat terjadinya mukjizat Ekaristi dan mendokumentasikannya dalam website yang ia buat. Website itu memuat mukjizat-mukjizat Ekaristi yang pernah terjadi, baik tempat maupun waktu terjadinya.Â
Carlo memang sudah handal dalam menggunakan komputer dan internet meskipun usianya masih sangat muda. Ia yakin jika semua orang menyadari bahwa Yesus sungguh hadir dalam Sakramen Ekaristi, maka semua orang akan berpaling kepada Tuhan.
Carlo tahu dirinya akan mati di usia muda. Bahkan, ia memprediksi penyebab kematian dan berat badannya saat itu. Ibunya berkata, "Carlo selalu merasa tidak bisa membuang waktu." Ia menolak untuk diperbudak oleh apa pun, sehingga meskipun ia sangat menyukai berkmain komputer, ia membiarkan dirinya hanyab bermain selama satu jam seminggu dan memberikan sisa waktunya untuk melakukan kebaikan dengan membantu anak-anak, orangtua, dan orang miskin.
Carlo menerima Sakramen Krisma ketika berusia sebelas tahun dan segera setelahnya, ia menjadi seorang katekis. Ia menemui dan berbicara dengan banyak imigran. Ia juga menjadi wali baptis ketika ada yang ingin dibaptis.Â
Ia populer di sekolah, tetapi ia berteman dengan anak-anak dari rumah tangga yang tidak bahagia, membela teman-temannya yang penyandang disabilitas, dan bersikap sopan terhadap perempuan. Ia mempertahankan iman katoliknya, termasuk pandangan yang memihak kepada kehidupan, tanpa takut dianggap sok suci oleh teman-teman sebayanya.
Pada awal Oktober 2006, Carlo jatuh sakit dan seperti dugaannya, keadaannya semakin parah. Carlo harus dirawat di rumah sakit dan didiagnosa menderita leukimia yang mematikan. Carlo menerima kabar itu dengan tenang dan tabah. Ia mempersembahkan semua penderitaannya sebagai silih untuk Paus, Gereja, dan niat sucinya untuk langsung masuk ke surga tanpa melewati api penyucian.
Carlo sudah meramalkan kematiannya. Ia pernah berkata kepada ibunya, "Aku ingin meninggalkan rumah sakit ini, tetapi aku tahu aku tidak akan melakukannya hidup-hidup. Aku akan memberimu tanda ketika aku sudah bersama dengan Tuhan." Dalam sakitnya, Carlo berusaha untuk tidak menyulitkan siapapun.Â
Pernah suatu waktu, ketika Carlo sangat merasakan kesakitan, seorang perawat mendatanginya dan bertanya apakah perlu perawat membangunkan ibu Carlo yang sedang tidur untuk menemani Carlo. Carlo dengan segera tidak menyetujui ide perawat itu, Carlo tidak ingin membuat ibunya khawatir dan bersedih, oleh karenanya Carlo lebih memilih untuk diam dan menahan rasa sakitnya sembari berdoa mempersembahkan silih.Â
Carlo menerima seluruh penderitaan itu dan tidak takut untuk menghadapi kematian. Ia berkata kepada ibunya, "Aku bahagia untuk mati karena aku telah menjalani hidupku tanpa menyia-nyiakan satu menitpun dengan hal yang tidak berkenan pada Allah."
Pada tanggal 12 Oktober 2006, Carlo meninggal dunia. Ada kisah unik yang disampaikan ibu Carlo, menurut ibunya sebelum meninggal, Carlo sempat berpesan bahwa ibunya kelak akan mendapatkan pengganti dirinya. Ibunya awalnya sulit mempercayainya sebab memang sejak kelahiran Carlo, ia kesulitan memiliki anak lagi.Â
Ibunya menganggap bahwa kondisinya yang sulit memiliki anak adalah sebuah silih sekaligus hukuman dari Tuhan karena saat ia masih mengandung Carlo, ia sempat memiliki niat untuk menggugurkan Carlo.Â
Namun keajaiban sungguh terjadi, tepat 4 tahun setelah Carlo meninggal, ibunya mengandung dan dikaruniai sepasang anak kembar. Bagi ibunya, kehadiran mereka adalah tanda dari Carlo bahwa ia telah bahagia bersama Tuhan yang amat ia cintai di surga dan menjadi perantara doa yang kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H