"Memang sangat sulit menerima kesabaran dan ketekuna itu tetapi jnika kamu belajar menerima maka kamu akaqn menemukan cahaya di ujung jalanmu".
 "Karena itu berjalanlah selangkah demi selangkah dengan penuh ketekunan dan kesabaran dan ingat jangan sekali-sekali mengeluh lagi niscaya perjalananmu akan berhasil cepat atau lambat".Kta penutup yang begitu jelas menyusup ke telingaku.Denagn wajqah yang tertunduk aku merasa malu ndan tidak berani memandang pohon tua itu.
 Tiba-tiba angin bertiup dengan kencan.Dahan pohon tua yang sudah masak menerjang ke arahku dan dengan secepat kilat aku melompat.
Brukk... Tubuhku terjun bebas ke lantai. Tepat diatas lukisan pohon tua seperti dalam mimpiku.Lukisan itu hadiah dari ayah dua minggu yang lalu ketika aku juara dua olimpiade sains tingkat kabupaten.
Huh...Ternyata hanya mimpi". Gumamku sambil perlahan-lahan bangkit dari lantai.Denagn punggung dan bahu yang sedikit merah dan lumayan sakit.
 Waktu sudah menunjukkan pukul 06:00 aku beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandibersiap berangkat sekolah.Aku merahasiakan mimpi itu dan akan mencari tahu apakah mimpi buruk sialan itu ada hubungannya dengan lukisan pohon tua misterius hadiah dari Ayah.Waktu yang akan menjawab.Waktunya berangkat sekolah......
Medan,4 agustus 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H