Kali ini saya akan berbagi informasi mengenai pendakian gunung khususnya untuk para pemula. Berdasarkan pengalaman pribadi, saya akan menceritakan pengalaman pendakian gunung yang saya lakukan bersama ketujuh teman saya. Pendakian gunung pertama saya, dilakukan pada tahun 2018 tepatnya pada bulan Juni dua tahun yang lalu. Saya bersama dengan ketujuh teman saya memutuskan untuk pergi mendaki sebagai perayaan kenaikan kelas dari kelas dua SMA ke kelas tiga.Â
Pada saat itu kami sepakat memilih gunung penanggungan sebagai gunung yang akan kami daki dikarenakan berbagai faktor mulai dari banyak dari teman saya yang baru pertama kali mendaki, tempatnya yang tidak jauh dari kota Surabaya, budget yang perlu dibawa juga tidak banyak (sekitar Rp. 200.000-Rp. 300.000), tinggi gunung yang hanya 1.653mdpl, serta medan yang memungkinkan untuk dilalui bagi para pendaki pemula.
Seminggu sebelum mendaki kami menyiapkan berbagai keperluan agar pendakian kami berjalan lancar, mulai dari tas carrier sebagai tas untuk menaruh barang-barang pendakian (jika tidak ada bisa diganti dengan tas ransel biasa), sepatu atau sandal gunung, matras yang digunakan untuk alas tidur didalam tenda (jika tidak ada bisa diganti dengan tikar), sleeping bag (jika tidak ada bisa diganti dengan baju/jaket hangat), peralatan masak (kompor portable, gas/parafin, nesting), bahan makanan yang cepat saji (mie instan, lontong, kue-kuean, dll), senter (untuk pendakian malam), serta tidak lupa tenda. Untuk tenda kami meyewa 2 tenda dengan kapasitas 4 orang dengan harga Rp.35.000/harinya.Â
Selain menyiapkan keperluan logistik/barang-barang, kami juga menyiapkan fisik kami dengan cara jongging selama 2 minggu sebelum berangkat secara rutin. Untuk pendakian kegunung penanggungan kali ini kami sepakat untuk pergi mendaki selama 2 hari 1 malam dan menetukan rute pendakian melewati jalur Tamiajeng, Trawas. Kami juga sepakat menggunakan transportasi bus dan elf agar dapat menghemat tenaga.
Saat hari keberangkatan kami berkumpul di terminal Bungurasih, karena kami semua berdomisili di kota Surabaya maka kami sepakat berangkat dari sana. Kami berangkat dari Surabaya pukul 3 siang dan tiba kira-kira pukul 5 sore.Â
Saat perjalanan menuju gunung penanggungan kami mengendarai 2 jenis transportasi, yang pertama bus dengan harga tiket Rp.20.000/orang dan elf dengan harga tiket Rp.15.000/orang. Sesampainya di kaki gunung penanggungan kami memilih untuk beristirahat sambil mengurus registrasi di pos pertama. Untuk regitrasi per orang diwajibkan membayar Rp.10.000 sebagai biaya masuk dan perwakilan dari rombongan harus meninggalkan KTP.
Setelah melewati jam mahgrib kami memutuskan untuk mulai mendaki, sebelum mendaki kami berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Setelah itu kami melakukan pendakian malam, berbekal senter dan pengetahuan salah satu teman kami yang sudah pernah mendaki gunung penanggungan sebelumnya. Dari pos pertama hingga kedua medan masih belum terjal dan berupa jalan setapak yang depenuhi batu-batuan.Â
Mulai dari pos kedua hingga pos terakhir yaitu pos ke-empat jalan sudah mulai terjal dan jalan berupa tanah liat jadi berpotensi licin dan becek saat hujan. Saat melewati pos terakhir kami mendapatkan tanah yang landai sebagai tempat peristirahatan para pendaki yang disebut puncak bayangan.Â
Di sana kami tiba pukul 21.30 WIB, setelah itu kami memutuskan untuk beristirahat dan mendirikan tenda, dan berencana untuk bangun jam 03.00 untuk mengengjar sunrise dipuncak gunung penanggungan yang dinamai puncak pawitra. Saat kami melanjutan perjalanan kami meninggal barang-barang kami di tenda dan bergegas naik ke puncak pawitra dengan harapan dapat melihat sunrise, namun setelah kami bangun jam 03.00 WIB subuh dan mendaki ke puncak pawitra ternyata kami terlalu pagi, alhasil menunggu sedikit lama untuk melihat sunrise dan berswafoto dipuncak.Â
Setelah melihat sunrise kami kembali turun ke puncak bayangan untuk sarapan pagi dan beristirahat kembali. Kurang lebih jam 09.00 WIB kami sudah membereskan tenda serta sampah-sampah kami untuk dibawa turun. Untuk perjalanan turun kami lebih cepat karena perjalanan sudah terbiasa dengan medan serta jalan terlihat jelas karena sinar matahari.Â
Saat turun kami kembali beristirahat di pos kedua untuk membeli camilan, stelah itu kami lanjut perjalanan dan tiba di pos pertama. Saat di pos pertama kami kembali mengurus registrasi serta berbenah untuk kembali pulang ke Surabaya. Sekitar jam 15.00 WIB kami turun menggunakan elf dan transit di terminal setempat, setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Surabaya menggunakan elf lain karena bus tidak ada yang datang akibat sudah terlalu malam. Untuk transport pulang kami menghabiskan Rp.50.000. Setibanya di terminal bungurasih kami kembali pulang kerumah kami masing-masing menggunakan motor pribadi.
 Itu merupakan pengalaman pribadi saya mendaki gunung penanggungan bersama teman-teman. Saya merekomendasikan gunung penanggungan sebagai gunung yang cocok untuk pemula karena menurut saya gunung penanggungan merupakan miniatur gunung-gunung besar yang ada di pulau Jawa. Semoga pengalaman saya ini bermafaat bagi teman-teman yang ingin mendaki untuk pertama kali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H