Mohon tunggu...
Reynaldi Renoanantyo
Reynaldi Renoanantyo Mohon Tunggu... Lainnya - enthusiastic digital creative content

I am interesting in creative content, especially digital content.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penderita Covid-19 akan Ditandai Warna Hitam, Ketua DPR: Jangan Samapai Muncul Diskriminasi!

7 September 2021   21:00 Diperbarui: 7 September 2021   21:03 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketua DPR RI Dr. (H.C.) Puan Maharani menegaskan bahwa jangan sampai ada diskriminasi terhadap penderita atau penyintas Covid-19 di Indonesia. Pernyataannya itu diungkapkan menyusul adanya pengkategorian terhadap penderita Covid-19 pada aplikasi PeduliLindungi.

Pengkategorian di aplikasi tersebut, menurut Puan, harus berhati-hati agar tidak timbul pandangan miring dari masyarakat. "Kategori ini jangan sampai menciptakan kelas atau penanganan yang diberikan pada penderita dan penyintas Covid-19," ujar Puan pada keterangan tertulisnya.

Masih jelas dalam ingatan Puan terjadinya kasus kekerasan terhadap penderita Covid-19 di Sumatera Utara. Setelah terpapar virus corona, orang itu malah didatangi oleh warga di sekitar tempat tinggalnya lalu dipukuli dan dikucilkan.

Puan menyatakan bahwa dirinya sangat tidak menginginkan hal itu terjadi. Pasalnya, tidak ada orang yang ingin menderita suatu penyakit, apalagi tertular Covid-19. Maka itu, sikap untuk mereka sebaiknya tidak dibeda-bedakan.

"Kita tidak ingin bahwa penderita dan penyintas Covid-19 dilihat berbeda oleh orang sekitarnya, apalagi dijauhi. Justru seharusnya kita saat ini saling bahu membahu membantu satu sama lain agar kehidupan menjadi lebih baik," ujar Politisi PDI Perjuangan itu.

Diketahui bahwa pengkategorian akan dilakukan pada aplikasi PeduliLindungi. Pemerintah akan mengubah kategori warna pada aplikasi tersebut untuk penderita Covid-19 dan mereka yang kontak erat dengan pasien.

Menurut Puan, identifikasi ini bisa saja hanya diberikan keterangan jelas saja. Hal itu agar juga tidak menimbulkan kesalahpahaman pada orang yang melihatnya. Identifikasi akan lebih mudah bila diberikan informasi yang jelas.

"Ambil cara yang lebih efektif tanpa menimbulkan stigma di tengah masyarakat tentang penderita dan penyintas Covid-19," ujar mantan Menko PMK ini.

Puan memandang bahwa kemunculan stigma tentang penderita dan penyintas Covid-19 ini amat sangat berbahaya. Bisa jadi malah memecah belah persatuan di tengah masyarakat. Pasalnya, penderita dan penyintas Covid-19 itu juga tidak sedikit.

Pandangan miring pada penderita dan penyintas virus corona dapat juga membuat hidup mereka lebih sulit. Misalnya saja bila mereka jadi dikucilkan di sekitar tempat tinggal atau di area pekerjaan.

Lebih buruknya lagi, bila stigma negatif pada penderita dan penyintas Covid-19 ini membuat mereka kehilangan mata pencaharian atau kehilangan hubungan persaudaraan dan pertemanan. Hal itu seharusnya tidak terjadi, karena mereka juga membutuhkan dukungan dalam masa pemulihan.

“Kita harus jaga betul persatuan selama pandemi Covid-19 ini. Pasalnya, kita juga belum tahu kapan pandemi ini akan berakhir. WHO bahkan menyatakan bahwa pandemi ini akan menjadi sebuah endemi, makanya kita benar-benar harus saling bersatu untuk saling membantu,” kata cucu Bung Karno itu.

Puan juga menyebutkan bahwa kebersamaan adalah kunci dari keberhasilan Indonesia keluar dari Pandemi Covid-19. Sangat penting bagi kita untuk saling menjaga agar tidak muncul benih-benih perpecahan di antara anak bangsa.

“Kita jaga kondisi negara yang kondusif. Pemerintah harus bertindak hati-hati agar tidak ada perpecahan di antara anak bangsa. Masa Pandemi ini adalah masa yang sangat sensitif, jadi kita harus selalu peka akan perasaan satu sama lain,” ujar Puan.

Puan berharap ke depannya tindakan pemerintah harus selalu hati-hati dan jangan sampai memicu keributan. Bagaimana pun juga, pemerintah lah yang seharusnya menjaga ketentraman bangsa. Jangan sampai keputusan pemerintah justru membawa keresahan yang menimbulkan perpecahan.

Apalagi, lanjut Puan, berhubungan dengan penderita dan penyintas Covid-19. Kebijakan harus dipikirkan matang dampak-dampaknya. Kebijakan pemerintah harus peka terhadap situasi dan kebutuhan masyarakat. Jangan sampai ada pihak yang tersinggung dan membuat keributan di tengah masyarakat.

Puan meminta pemerintah dan masyarakat bekerja sama untuk saling menjaga keamanan bangsa. Sinergi itu dilakukan dua arah, pemerintah yang memahami masyarakat, dan masyarakat yang mengerti pemerintahnya. Harus saling menguntungkan. Bagaimana pun, Indonesia tidak boleh goyah dari dalam agar bisa melewati pandemi ini dengan baik.

“Kita ingin masyarakat Indonesia bisa melewati pandemi ini dengan perasaan tenang dan aman, jadi ya harus sangat dijaga kondisi negara tetap positif dan semangat,” ujar Puan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun