Mohon tunggu...
Restu Yusri Muktiningrum
Restu Yusri Muktiningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

INFP. Menyanyi dan membaca. Musik, anime, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengubah Perspektif, Mengubah Dunia

10 Desember 2024   17:11 Diperbarui: 10 Desember 2024   17:09 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Restu Yusri Muktiningrum, Amellia Nisa Lutfiyah, Bulan Ayu Tisya Magaretha, dan Siti Shofiyah.

Tahukah kamu kalau kesetaraan gender itu penting sekali dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan di masyarakat? Meskipun banyak negara sudah berusaha untuk mengurangi kesenjangan ini, kenyataannya masih banyak tantangan besar di berbagai bidang. Salah satunya adalah budaya patriarki dan stereotip yang sudah mendarah daging di masyarakat.

Misalnya saja, stereotip sosial yang bilang kalau laki-laki itu harus menjadi pencari nafkah utama, sementara perempuan diharapkan cuma jadi pengurus rumah tangga. Padahal, peran-peran seperti itu malah bikin kita terjebak dalam kotak sempit dan tidak bisa berkembang sesuai dengan potensi diri kita. Banyak perempuan yang sebenarnya ingin bekerja atau berkarir, tapi terhambat karena ekspektasi sosial. Begitu juga dengan laki-laki yang terpaksa harus jadi kepala rumah tangga, meski mereka sebenarnya ada yang ingin lebih terlibat di rumah atau kejar impian lain yang "tidak maskulin". Stereotip semacam ini jelas tidak adil dan malah membatasi kebebasan individu untuk berkembang.

Nah, untuk kesetaraan gender itu sendiri artinya semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, punya hak dan kewajiban yang sama. Tapi sayangnya, diskriminasi gender masih terjadi di mana-mana, terutama di negara-negara berkembang. Masalah ketidaksetaraan gender ini telah diteliti dalam sebuah jurnal yang menyatakan bahwa perempuan seringkali tidak mendapatkan hak yang sama dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, pekerjaan, dan politik. Akses mereka untuk mengembangkan diri juga masih sangat terbatas di banyak tempat (Judiasih 2022). Hal ini tentu saja membuat kesetaraan menjadi hal yang jauh dari kenyataan.

Meskipun perempuan dan anak perempuan sering jadi pihak yang paling terdampak ketidaksetaraan ini, kita harus sadar bahwa dampaknya itu dirasakan juga oleh seluruh masyarakat. Kalau perempuan tidak diberi kesempatan yang sama, kita bisa saja kehilangan potensi besar yang bisa membawa perubahan. Ketidaksetaraan gender ini membuat pembangunan sosial dan ekonomi berjalan lambat, karena setengah dari populasi tidak bisa berkontribusi maksimal. Bayangin, kalau semua orang diberi kesempatan yang sama, seberapa pesat kemajuan yang bisa kita capai?

Tapi, meski masalah ketimpangan gender ini besar, sebenarnya masih ada banyak harapan, lho. Beberapa negara sudah mulai serius memperjuangkan kesetaraan gender. Kebijakan pemerintah yang mendukung kesetaraan, seperti memberikan hak yang lebih adil di tempat kerja atau akses pendidikan yang lebih terbuka untuk perempuan, sudah mulai diterapkan di banyak tempat. Hal ini merupakan langkah yang penting untuk mengurangi kesenjangan yang ada. Jadi, meskipun jalan perubahannya panjang, ada kemajuan yang bisa diraih.

Upaya untuk mengubah stereotip sosial juga makin berkembang. Seperti yang disebutkan dalam jurnal tentang isu perubahan stereotip sosial, sekarang masyarakat semakin sadar kalau laki-laki dan perempuan itu punya hak yang sama untuk memilih peran hidup mereka (Zuhri and Amalia 2022). Misalnya sekarang banyak laki-laki yang juga aktif mengurus anak di rumah atau memilih pekerjaan yang lebih fleksibel, yang dulunya cuma dianggap "kerjaan perempuan" saja. Ini merupakan salah satu contoh perubahan besar yang menunjukkan kalau stereotip gender itu semakin tidak relevan. Kalau kita terus menyuarakan kesetaraan ini, pasti lama-lama kita bisa menghancurkan stereotip yang sudah ketinggalan zaman.

Perubahan ini memang tidak bisa terjadi secara instan, tapi itu bukanlah alasan untuk berhenti berjuang. Setiap langkah kecil menuju kesetaraan adalah bagian dari perjalanan untuk menciptakan masa depan yang lebih adil dan setara untuk semua orang. Semakin banyak orang yang sadar dan mendukung kebijakan yang lebih inklusif, kita bisa bersama-sama membangun dunia yang lebih baik, lebih seimbang, dan lebih menghargai keberagaman.

Kesetaraan gender bukan cuma tentang memberi hak lebih kepada perempuan, tapi juga tentang menghargai setiap individu, tanpa melihat jenis kelamin. Yang terpenting adalah memastikan bahwa setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan, bisa berkembang sesuai dengan potensi mereka tanpa dibatasi oleh peran tradisional yang sudah tidak relevan. Masing-masing individu berhak mengejar impian dan tujuan mereka, tanpa terkungkung dalam stereotip yang menghalangi.

Di sekitar kita, kita bisa mulai dengan hal-hal sederhana untuk mengubah pandangan tentang peran gender. Di kampus misalnya, perempuan harus diberi kesempatan yang sama untuk berbicara, memimpin, atau mengambil posisi penting dalam berbagai diskusi dan kegiatan. Begitu juga dengan laki-laki yang memilih untuk lebih aktif dalam urusan rumah tangga atau mengejar bidang pekerjaan yang selama ini dianggap "tidak maskulin". Langkah-langkah kecil seperti ini bisa membantu membuka pola pikir kita dan mengurangi ketimpangan sejak dini.

Menurut penulis, pendidikan adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk mengubah pandangan soal kesetaraan gender. Di kampus, kita bisa memulai dengan mengadakan diskusi terbuka tentang pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Dengan memberikan pemahaman yang lebih luas, kita bisa menciptakan lingkungan yang inklusif dan adil, di mana setiap orang punya kesempatan yang sama untuk berkembang dan berprestasi. Pendidikan yang adil tidak hanya memberikan pemahaman tentang kesetaraan, tapi juga membentuk rasa saling menghargai dan mendukung antar sesama, tanpa memandang jenis kelamin.

Kesetaraan gender juga memberi ruang bagi laki-laki untuk mengejar impian mereka yang selama ini dianggap tidak sesuai dengan norma sosial. Banyak laki-laki yang tertarik bekerja di bidang seni atau memilih profesi yang lebih "soft", yang sering dianggap bukan pekerjaan laki-laki. Dengan menerapkan kesetaraan gender secara luas, kita akan membuka kesempatan bagi setiap orang untuk mengeksplorasi potensi mereka tanpa adanya batasan. Hal ini bukan hanya berdampak positif di sektor sosial, tetapi juga di ekonomi dan politik, karena semua orang bisa berkontribusi dengan maksimal.

Pada akhirnya, kesetaraan gender itu perjuangan yang harus dilakukan bersama, baik di rumah, di kampus, maupun di tempat kerja. Perubahan dimulai dari langkah-langkah kecil, seperti mendukung satu sama lain tanpa melihat jenis kelamin. Dengan mengedepankan pendidikan yang adil, menghapus stereotip sosial, dan memberikan kesempatan yang sama, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan setara. Semua orang berhak untuk mengeksplorasi potensi mereka dan berkontribusi untuk kemajuan bersama. Jika kita terus mendorong perubahan ini di lingkungan sekitar, lambat laun kita akan melihat dunia yang lebih adil dan seimbang bagi semua orang.

DAFTAR PUSTAKA 

Judiasih, Sonny Dewi. 2022. “Implementasi Kesetaraan Gender Dalam Beberapa Aspek Kehidupan Bermasyarakat Di Indonesia.” Acta Diurnal Jurnal Ilmu Hukum Kenotariatan Dan Ke-PPAT-An 5 (2): 284–302. https://doi.org/10.23920/acta.v5i2.904.

Zuhri, Saifuddin, and Diana Amalia. 2022. “Ketidakadilan Gender Dan Budaya Patriarki Di Kehidupan Masyarakat Indonesia.” Murabbi : Jurnal Ilmiah Dalam Bidang Pendidikan 5 (1): 17–41. https://ejournal.stitalhikmah-tt.ac.id/index.php/murabbi/article/download/100/99.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun