Mohon tunggu...
Rey Laotong
Rey Laotong Mohon Tunggu... Mahasiswa - A writer who likes to see the world through imagination and different perspective.

Biarkan setiap tulisan itu bersuara dengan nada nada yang tidak pernah kita dengarkan, membantu membangun imajinasi menjadi sebuah realitas yang dapat mengubahkan kita dan seisi dunia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

When A Dude Turns Into A Man

29 Oktober 2022   00:16 Diperbarui: 29 Oktober 2022   22:50 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bercakap seolah dia berani, bahkan bertindak seakan - akan dia mampu, bertahan untuk terlihat kuat padahal ia rapuh dan hancur dari dalam dirinya sendiri.

Seorang anak laki - laki yang masih ingin tinggal lebih lama dalam dunia kesenanganya bercanda, mencinta dengan kuat terhadap orang yang salah, bertindak bodoh dalam ragam dunia yang coba untuk ia ciptakan, dipenghujung hari ia terpaksa bangun dan berubah tertindih dengan pahit nya realita dan beban yang entah jatuh dari mana hinggap pada bahu kakunya itu seperti dunia dan alam ingin memberikan signal untuk berhenti menjadi seorang pemuda yang hanya bertaut pada hal - hal fiksi dan hampa. Ia bangun dan mecoba menjalaninya dengan penuh keraguan menjadikan tanda tanya dalam hinggapan tanah yang kadang berlumpur dan gersang, semua bahkan terkejut akan sikap yang coba ia hadirkan mecinptakan preseden yang semua orang bahkan tidak menyangkah apakah ia mampu untuk menghidupi itu.

kebimbangan muncul bersama sindiran akan setiap tindakan yang coba ia sertakan, keraguan menjadi teman sekaligus bahan bakar untuk terus melangkah kan kaki kecil yang lelah dan gemetar mencoba untuk tetap kuat berdiri dan mampu untuk menapaki setiap langkah yang ia tuju.

Kadang ia mengeluh tapi tak sampai ia berhenti, ada tuju yang harus dia coba selesaikan bukan berhenti ditengah jalan sekalipun terlintas untuk berhenti dan menyerah, sampai kadang ia berfikir untuk mengakhiri hidupnya tanpa harus bersusah paya menyusuri tandusnya jalur yang ia cipta. 

Bercengkrama lah ia bersama eksistensi baru yang ia temukan dan singgahi kala menyusuri jalan dalam tuju yang harus sampai, ada begitu banyak warna yang ia temukan dan kenali warna yang belum pernah ia lihat hingga berulang dalam pandangnya, se seruh itu dan se melelahkan itu tetapi ia teringat akan dinamis nya bulan, bintang, dan matahari. 

Ringkih dan rengkuh ia rasakan bersamaan saat lelah menghampiri, bingung pikiran membuatnya berhenti sejenak menepihkan raga yang haus serta kehabisan tenaga untuk melangkah kembali ia membayangkan alasan untuk berjalan dan menyelesaikannya. 

Sepasang mata takjub akan pemuda yang layu dan suram itu mereka kembali membelekkan mata melihat akan sampai dimana kah kaki - kaki layu itu melangkah, akan kah ia berakhir pada apa yang dia inginkan ? atau kah akan berkahir dengan tawa dan cemoohan ? semua bertaruh akan nasib seorang pemuda ringkih tersebut. 

Menebak - nebak akan akhir seperti apa dalam kisah nya kali ini!. Perubahan tak pernah datang dengan pemeberitahuan ia selalu datang dengan kejut dan warna yang berbeda pada setiap individu yang dia sapa kadang ramah dilain waktu ia menakutkan dan menjengkelkan.

Buaian akan indahnya meluruskan kaki dan menterlentangkan raga menjadi godaan yang menggiurkan, kadang ia hanyut kadang juga ia terus mengembara entah kapan tetapi ia selalu yakin akan keteguhan hati yang ia punya.

Carut yang selalu ia terima seakan menjadi kawan seperjalanannya ia berdamai dengan segala hal yang membuatnya ragu, meciptakan kembali nafsu yang lebih baik dalam laku yang selalu ia pertontonkan dan dinanti oleh mereka yang meremehkan. 

Ia sadar akan kerendahan dan keteguhan membuat ia menertawakan kembali label deklinasi  yang tersemat kepada dirinya, terkagum ia pada akhirnya tersadar telah jutaan langkah terlentang di belakangnya, menangis ia ketika tanpa ia sadar langkah kakinya membuat ia berubah dalam perjalannya menciptakan sosok baru yang kuat dan tangguh dalam menghadapi setiap gejolak ombak yang menghadang membuat ia melihat segala persoalan seperti riak yang hanya perlu ditiup oleh angin untuk kembali tenang.

Bangga dan haru menjadi kata baru dalam setiap kalimat yang ia dengar dalam lontaran kalimat yang diberikan padanya. 

Tersemat sebuah gelar baru pada hidupnya, individu baru tercipta akibat kegigihan seorang manusia yang tak putus dalam jerihnya ia menapaki perjalanan yang diberikan entah sampai kapan ia harus melangkah hingga sampai pada tujuan akhirnya. 

Yang jelas ia telah berubah dari seorang pemuda yang cengeng manjadi seorang pria yang tangguh dan penuh harap akan hari - hari yang ia lewati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun