"Lalu apa yang harus kami lakukan kalau ternyata Tuhan yang selama ini sembah kini tidak ada?" sebuah tanya beberapa orang dengan nada sendu.
"Temukanlah esensi kalian sesuai keinginan kalian! Dan bawalah surga yang dulu berada di akhirat menjadi berada di dunia!" jawabku.
Setelah peristiwa tersebut semuanya menjadi chaos, bagaimana tidak, Tuhan yang dulu sebagai pengatur semuanya kini tidak ada dan semuanya ditanggung atas tanggung jawab semua manusia untuk menentukan kehidupannya sendiri.
Kehidupanku sangat berubah semenjak itu, yang dulu dipenuhi atas ambisi dan harapan kini tersisa pemberontakan batin atas pencarian tujuan sebenarnya dari kehidupan. Mencoba berkelana, menaiki gunung paling tinggi, melihat lautan yang paling luas dan mencoba semua kenikmatan dunia tetapi belum kutemukan tujuan atas dunia tanpa Tuhan.
Tiba-tiba aku pun teringat akan kata-kata orang bijak yang pernah berkata kepadaku "Kehidupan memang suram dan penuh penderitaan, tetapi bagaimana lagi? Kita hanya hidup satu kali di dunia ini dan carilah sesuatu untuk membuat hidupmu sendiri bermakna"
Setelah teringat atas kata-katanya, aku pun mencari senapan, dan membaringkan tubuhku menghadap langit yang sedang senja, menodongkan senapan ke ujung kepalaku dan sembari berkata "Tuhan yang telah mati, ijinkanlah untuk menemuimu satu kali lagi". Dorr! suara senapan yang sudah memecah kepalaku dan mengakhiri kehidupan yang penuh penderitaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H