Perjalanan membawaku melewati sebuah bar yang sangat mewah yang dipenuhi oleh para-para orang kaya. Aku pun memutuskan untuk masuk dan ingin tau bagaimana cara pikir mereka. Di dalam bar ada sebuah meja bundar, aku pun memilih untuk duduk disana, dan terdengar sangat ramai sekali pesta-pesta perayaan atas keberhasilan perusahaannya. Di Tengah suasana tersebut. Aku mendengar sebuah pembicaraan,
"Hai tom, bagaimana perusahaanmu?" tanya temannya.
"Hahaha, sangat mudah sekali menjadi kaya apalagi kini para pekerja sangat murah bahkan seperti hewan" jawab tom sembari tertawa.
"Hahaha, apakah kau tak takut atas Tuhan tom?" tanya lagi temannya dengan nada bercanda.
"Untuk apa takut, Tuhan? Dimana dia? Apakah masih ada? Hahahaha. Siapa yang peduli dengan Tuhan, kini uang lebih penting daripada Tuhan yang penuh kebohongan" jawab tom.
Setelah mendengar percakapan tersebut, membuatku semakin gila atas semua keadaan yang terjadi. Akupun memutuskan untuk pergi dan kembali kerumah, sesampainya dirumah aku memutuskan untuk langsung beristirahat dan tidur. Tetapi peristiwa yang sangat tak masuk akal pun terjadi. Dikala tidurku, Tuhan ternyata hadir di mimpiku dan berkata "Aku telah mati dan kaulah yang membunuhku, Aku telah mati dan kalianlah yang membunuhku!" kemudian Tuhan pun hilang begitu saja.
Aku terbangun dari tidurku dan mencoba memahami apa maksud dari mimpi tersebut. Kemudian sampailah aku dalam pemahaman rumit dari sebuah mimpi pewahyuan Tuhan. Setelah memahami semuanya, aku pun bergegas pergi dan menaiki sebuah menara yang ada di tengah kota. Setelah sampai di puncak menara aku pun berteriak agar seluruh kota mendengarkan dirinya, dan semuanya berjalan seperti yang kuinginkan, kemudian mulailah aku menyampaikan "Wahai saudaraku!, Tuhan telah mati dan aku yang membunuhnya! Tuhan telah mati dan kalianlah yang membunuhnya! Tuhan telah meninggalkan kita!"
Sebuah suara keras pun bertanya, "Wahai engkau, siapalah dirimu?"
"Aku adalah pemeluk Tuhan yang kini telah menjadi pembunuhnya!" jawabku.
Akupun turun dari menara setelah menyampaikan pesan tersebut. Ternyata sesampainya di bawah aku sudah ditunggu oleh seluruh masyarakat yang sedang menangis.
"Hentikanlah tangisan kalian!" seruku.