Mohon tunggu...
Muhammad Reyhan Alamsyah
Muhammad Reyhan Alamsyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanya Seorang Mahasiswa yang sedang belajar menjadi manusia

Mahasiswa Hubungan Internasional FISIP UNRI, yang coba mengisi waktu kosong dengan membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menelisik Strategi Komunikasi "Diplomasi Panda" Ala Cina Dalam Menyelesaikan Konflik

2 Januari 2022   08:43 Diperbarui: 2 Januari 2022   09:14 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permasalahan keretakan hubungan antara Amerika Serikat dan juga Cina memang bisa dikatakan sudah cukup serius, dimana permasalahan dimulai dari masalah perang dagang hingga yang terbaru tindakan tuding-menuding terkait sumber asal Corona Virus Disease-19 atau biasa yang kita kenal dengan virus Corona. Hingga kini saja, hubungan antara Amerika Serikat dan juga Cina berdasarkan informasi terbaru yaitu adanya kemungkinan atau potensi untuk terciptanya perang terbuka antara Cina dan juga Amerika Serikat[1], bahkan dari sumber yang sama beberapa ahli meyakini sebut saja misalnya ahli tersebut merupakan ahli urusan politik dan Militer Cina yakni Dean Cheng menuturkan bahwa potensi terjadinya perang (angkat senjata/terbuka) antara Cina dan Amerika Serikat dalam 5 tahun ke depan sangat-sangat terbuka atau dengan kata lain peluang untuk terciptanya perang dengan menggunakan senjata antara kedua negara tersebut sangat terbuka, mengingat permasalahan kedua negara bisa dikatakan sangat kompleks karena konfliknya bisa dikatakan berada pada bidang-bidang yang strategis seperti pada bidang ekonomi (perang dagang) hingga masalah politik seperti pada kasus Taiwan dimana pada kasus itu Amerika Serikat ikut campur dengan konflik yang menyangkut masalah penyatuan kembali daerah Taiwan dan juga Cina[2]. Selain masalah-masalah diatas, memang banyak lagi masalah yang dialami oleh kedua negara tersebut misalnya masalah tentang laut Cina selatan, masalah teknologi Huawei, dan sebagainya yang memang dengan hal tersebut beberapa ahli mengaminkan akan potensi perang antara Amerika Serikat dan Cina sangat amat terbuka dalam 5 tahun kedepan. 

Tentunya perlu diakui bahwasanya ada kemungkinan-kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi apabila kedua negara yang bisa dibilang saat ini sangat berkuasa di dunia seperti hal Cina yang menguasai produk-produk super murah mereka di negara lain dari hasil produksi dalam negeri mereka dan juga Amerika Serikat yang dibilang sedang menguasai produk teknologi-teknologi super canggihnya yang tersebar di seluruh pasar dunia, apabila kedua negara tersebut terjadi konflik yang lebih besar lagi katakanlah perang terbuka dimana adanya potensi untuk melakukan perang dengan media angkat senjata antara kedua negara tersebut maka potensi pergejolakan kestabilan kondisi sosial, ekonomi, dan sebagainya dalam lingkup global/dunia akan amat sangat berpengaruh apabila terjadi pergejolakan yang cukup besar (perang terbuka) antara kedua negara tersebut mengingat kedua negara tersebutlah yang sangat berkuasa di pasar dunia akhir akhir ini. 

 

Oleh karena itu, perlu diakui bahwasanya hal tersebut jangan benar-benar sampai terjadi karena memang tentunya efek domino yang dihasilkan dari konflik yang bisa dikatakan sudah cukup berkepanjangan  ini yang mana awal mulanya bisa dikatakan dari perang dagang hingga terbaru sektor konflik yang menjadi bahan permasalahan dari kedua negara tersebut adalah aksi saling tuding mereka terkait asal muasal virus COVID-19. Oleh sebab itu, perlu diakui bahwasanya berdasarkan analisis dari penulis terkait konflik tersebut amat sangat perlu melakukan strategi komunikasi yang tepat atau langkah yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan atau fenomena tersebut misalnya dengan melakukan langkah atau cara melalui media diplomasi yang tepat dan dianggap sebagai langkah menjalin komunikasi yang tepat demi mencegah terciptanya potensi terburuk (perang) dari kedua negara tersebut. Adapun berdasarkan analisis dari penulis terkait bagaimana langkah diplomasi yang tepat untuk menyelesaikan konflik yang bisa dikatakan sudah cukup berkepanjangan tersebut adalah dengan melaksakan diplomasi yang baik dan benar tentunya tepat karena perlu diakui permasalahan kedua negara tersebut sangat kompleks.

 

Penulis menemukan sebuah teori tentang Diplomasi menurut Yusuf Sufri dalam bukunya halaman 119 yang diterbitkan pada tahun 1989 yaitu :

Cara yang digunakan untuk melakukan aksi perdamaian atau permasalahan atas konflik-konflik, bisa dengan cara atau melalui metode diplomasi dimana dalam menjalankan metode tersebut terdapat tiga cara yaitu misalnya melalui metode persuasif atau bujukan, merundingkan permasalahan antara pihak yang bersengketa, dan memamerkan kekuatan senjata dengan alasan untuk memberikan ancaman dengan menunjukkan kehebatan senjata yang dimiliki.[3] 

Untuk mengatasi konflik antara Amerika Serikat dengan Republik Rakyat Cina, agar terhindar dari masalah atau potensi terciptanya perang terbuka antara kedua negara tersebut, penulis meyakini bahwa langkah diplomasi yang ketiga dari penuturan Yusuf Sufri terkait melakukan ancaman berupa bentuk menunjukkan kekuatan senjata bukanlah merupakan suatu langkah yang strategis mengingat kedua negara ini bisa dikatakan memiliki arogansi yang cukup kuat dikarenakan kedua negara tersebut akhir-akhir ini sangat berkuasa di beberapa sektor strategis dunia, tentunya kedua negara ini pasti tidak ingin tampil buruk atau terlihat lemah dibandingkan lawannya, tentu ini juga berpotensi terciptanya perang dingin atau yang terburuk mungkin terciptanya perang terbuka. Jadi menurut penulis langkah diplomasi yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menghindari langkah diplomasi melalui hal-hal yang berbau atau beterkaitan dengan hard power (menggunakan kekuatan militer) karena berpotensi terciptanya ketegangan yang lebih parah. Oleh karena itu penulis meyakini untuk mengatasi permasalahan tersebut bijaknya dengan menggunakan metode soft power atau berdasarkan teori yang diatas menurut penuturan Yusuf tersebut yakni langkah dengan cara metode menggunakan bujukan atau mungkin merundingkan permasalahan antara pihak-pihak yang bersengketa. 

Teori Soft Power itu sendiri menurut Joseph S. Nye Pada tulisannya Public Diplomacy and Soft Power pada tahun 2008 menuturkan dalam melakukan soft power tersebut tidak hanya bergantung kepada hal yang baku saja atau kaku, melainkan budaya yang dinilai cukup populer dan cenderung bersifat hiburan yang mudah diterima oleh mayoritas orang kebanyakan.[4]

Baik kita lakukan analisis penyelesaian masalah melalui metode soft power yang pertama yaitu melalui langkah menggunakan bujukan. Ini berdasarkan analisis penulis terkait pemecahan masalah atau konflik dari kedua negara ini. Kemungkinan upaya yang bisa dilakukan Cina misalnya adalah dengan melakukan komunikasi internasional dalam bentuk diplomasi yang sudah terkenal dari negaranya serta gaya komunikasi ini merupakan gaya yang memiliki kaitan erat serta identik dengan diplomasi yang acap kali dilakukan oleh Cina kepada negara-negara yang dianggap oleh mereka sebagai teman baik yaitu misalnya dengan melakukan diplomasi Panda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun