Kejadian jenderal polisi pembunuh, bak series yang sedang dalam masa peak-nya. Memasuki babak baru, di setiap minggu dan menarik banyak perwira polisi ke pusaran kasus. Semua mata tertuju, mengapresiasi tindakan Polri yang sebenarnya biasa aja.
Peristiwa ini, seharusnya sudah bisa membuka mata kita, bahwa institusi penegakan hukum perlu di revolusi habis.
Mulai dari yang terkecil, kita tak seharusnya biasa melihat polisi menggunakan 3 iPhone keluaran terbaru. Buka mata, kita tak seharusnya biasa melihat polisi memakai jam Rolex. Buka mata, kita tak seharusnya terbiasa melihat polisi memiliki rumah bak istana. Buka mata, kita tak seharusnya melihat mobil Alphard keluaran terbaru berpelat RFP dikawal dengan motor besar Polisi Lalu Lintas (Polantas).
Apa artinya mereka seharusnya hidup pas-pasan? Memang! Karena apa? Karena gaji dari negara tak sebesar itu. Melansir dari kompas.com (10/8/2022) gaji pangkat tertinggi, yaitu Jendral Polisi tak jauh dari UMR Jakarta yang mencapai Rp5.930.800/bulan, setara dengan rata-rata gaji Jr Copywriter ataupun Social Media Specialist di Jakarta.
Jika ditambah dengan tunjangan jabatan, tertingginya adalah Kapolri, sesuai dengan Pasal 6 Perpres Nomor 103 Tahun 2018, maka mendapatkan Rp43.627.500/bulan. Dari perhitungan di atas, maka Kapolri saja hanya mendapatkan sekitar hampir Rp50jt/bulannya.
Nah, yang tertinggi aja hanya mengantongi Rp50jt, kenapa kita bisa melihat kebanyakan polisi berkehidupan mewah? Layaknya pengusaha?
Padahal, pangkat di bawah Komisaris Polisi (Kompol) paling top hanya Rp4.780.600. Kenapa mereka bisa memiliki 3 iPhone keluaran terbaru? Sedangkan Social Media Specialist atau Copywriter punya 1 aja udah Alhamdulillah, kalo enggak ya pake yang lama... Â Â
Membuka mata, sejatinya hal yang mudah. Namun, sulitnya jika sudah terbiasa ditutup.
  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H