"Kalau ada seekor kucing mengalami gejala seperti diare dan demam, kita enggak bisa langsung menyimpulkan kucing itu kena Panleukopenia, biasanya kita melakukan tes dulu, dan diambil sampel dari kotorannya untuk memastikan apakah kucing tersebut terkena virus Panleukopenia" ungkap seorang dokter hewan praktisi di Klinik hewan Surabaya.
Setelah diagnosis didapat, dokter hewan akan menentukan jenis perawatan yang dibutuhkan hewan tersebut. Berdasarkan hasil pemeriksaan, mereka akan memutuskan apakah hewan memerlukan rawat jalan atau rawat inap. Jika penyakitnya menular, hewan akan dipisahkan dan ditempatkan di ruang khusus untuk menghindari penularan kepada hewan lain.
Komunikasi yang Efektif dalam Perawatan Hewan
Komunikasi antara dokter hewan dan pemilik hewan sangat penting dalam setiap tahap perawatan. Pemilik hewan perlu diberi penjelasan yang jelas mengenai tindakan medis yang diambil, seperti pemberian obat atau prosedur lainnya. Selain itu, dokter hewan juga akan menjelaskan diagnosis yang ditemukan, rencana perawatan, serta kemungkinan hasil dari pengobatan tersebut. Dalam pelaksanaannya, dokter hewan perlu adanya persetujuan pemilik hewan sebelum memberi tindakan kepada pasien dan senantiasa memperhatikan pedoman etik ketika memberikan pelayanan dan penanganan pasien. Dengan demikian, dapat dibangunnya sebuah kepercayaan terhadap profesi dokter hewan oleh pemilik hewan.
Selain kepada pemilik hewan, dokter hewan harus memiliki kemapuan untuk bonding bersama pasien. Meskipun pasiennya tidak dapat berbicara, dokter hewan dapat memahami tanda-tanda ketidaknyamanan dan kesakitan melalui perilaku mereka. Misalnya, hewan yang stres atau takut bisa lebih tenang jika dokter hewan menunjukkan empati dan perhatian. Oleh karena itu, pendekatan yang lembut dan penuh pengertian sangat penting agar hewan merasa nyaman selama pemeriksaan atau perawatan.
Upaya preventif adanya kesalahan diagnosis
Upaya preventif dapat dilakukan oleh dokter hewan sejak dalam masa pendidikan pre-klinik dengan memperdalam teori dan memperbanyak pengalaman dalam praktik. Melalui berbagai trial and error bukan berarti anda tak layak menjadi dokter hewan, melainkan menciptakan jam terbang yang lebih banyak sehingga terciptalah dokter hewan yang unggul. Menjadi dokter hewan perlu mempelajari banyak penyakit hewan dan tentu saja obatnya pula.Â
"Untuk di klinik kami biasanya pakai (buku) BSAVA untuk acuan dalam membuat resep obat, enggak mungkin juga lulus drh. Langsung hafal semua jenis obat, kalo jadi dokter hewan harus bisa collab sama dokter hewan lain biar saling belajar" ungkap seorang dokter hewan di sebuah klinik di SurabayaÂ
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejatinya dokter hewan harus belajar seumur hidup untuk mengenal hewan lebih dalam. Selain itu, dokter hewan perlu adanya pedoman dalam menjalankan pelayanan kesehatannya, terkhusus dalam diagnosis dan pemberian obat. Hal ini diharapkan agar kejadian salah diagnosis dapat dicegah.
Kesimpulan
Mendiagnosis penyakit pada hewan bukanlah suatu proses yang dilakukan berdasarkan tebak-tebakan atau ramalan. Ini adalah hasil dari komunikasi profesional, pemeriksaan teliti, dan penggunaan teknologi medis yang tepat. Seorang dokter hewan harus menggabungkan keterampilan medis dengan teknologi diagnostik untuk memberikan diagnosis yang akurat. Selain itu, komunikasi yang baik dengan pemilik hewan juga sangat penting untuk memastikan hewan mendapatkan perawatan terbaik.
Dengan proses pelayanan yang sistematis dan profesional, dokter hewan dapat memberikan perawatan yang dibutuhkan hewan yang sakit. Pendekatan yang empatik terhadap hewan dan komunikasi yang jelas dengan pemiliknya akan memastikan hasil terbaik bagi kesehatan dan kesejahteraan hewan peliharaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H