Mohon tunggu...
Thomas Warga Bangsa
Thomas Warga Bangsa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seperti ini

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Metromini

11 Februari 2014   10:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:57 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

METROMINI

Sewa,
Metromini ngetem menunggu penumpang
Kondekur sesekali teriakkan arah tujuan,
Waktu ngetem habis, Metrominipun melaju pelan

Tak berapa lama terlihat kawan,
Metromini mulai ngebut nyodok ke depan
Trabas lampu merah, peduli setan,Pluit disempritnobanan pun terpaksa berpindah tangan

Ingat sore harus setoran, kalau tak penuh dimaki majikan
Metromini pun kembali ngibrit membelah jalan
Biar kanvas rem habis, bukan urusan,lebih ngeri kalau anak-isteri sampai tak makan

Sepeda motor menghalangi jalan,bajaj ngebut belok sembarangan
Gerombolan abu-abu putih nongkrong , memancing tawuran
Dua bertato berpidato “saya baru keluar penjara dan butuh makan” bikin cemas penumpang ,

Sudah separuh jalan, jalanan macet, sesekali kondektur menengok ke belakang
Parau teriakkan“Rapat belakang”sebagai kode berebut nomortem-teman
Sopir sigap injak gas pol,Metromini zig-zag ngajak tarik-tarikan

Hampir sampai tujuan, Kondektur minta bayaran
BocahSMAkompak ngejawab :“Numpang Bang”,ABG nyolotbilang“Turun Depan”,
Saku kondekturkosong meski Metromini sarat muatan,

Sekali lagi pulang, nggak bawa cukup setoran.

(Thomas.Pras, 24 Desember 2007)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun