Mohon tunggu...
revi putri apdika
revi putri apdika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Non Formal UNP

Fokuslah pada hal hal yang bisa kamu kontrol,selebihnya bukan urusanmu :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Kursus dan Pelatihan dalam Meningkatkan Keterampilan Kerja

22 Oktober 2024   13:10 Diperbarui: 22 Oktober 2024   13:27 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam era disrupsi teknologi yang cepat, pendidikan nonformal telah menjadi elemen kunci dalam menciptakan tenaga kerja yang tangguh dan kompetitif. Menurut laporan World Economic Forum 2020, sebanyak 54% karyawan perlu meningkatkan keterampilan mereka secara signifikan pada tahun 2022. Ini menyoroti pentingnya kursus dan pelatihan sebagai solusi efektif untuk mengurangi kesenjangan keterampilan yang semakin melebar antara lulusan pendidikan formal dan kebutuhan industri yang terus berubah.


Pendidikan nonformal, yang mencakup program-program di luar pendidikan formal, memberikan fleksibilitas dan fokus pada keterampilan praktis yang sering kali tidak terakomodasi dalam kurikulum tradisional. 

Kelebihan utama pendekatan ini adalah kemampuannya untuk dengan cepat menanggapi perubahan di pasar tenaga kerja. Misalnya, ketika universitas mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk merancang kurikulum baru, kursus singkat tentang teknologi blockchain atau analisis big data dapat diluncurkan dalam beberapa minggu, memungkinkan pekerja untuk segera memperoleh keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh industri.


Kursus dan pelatihan menawarkan berbagai keterampilan, baik teknis maupun manajerial. Contohnya, program pemrograman komputer tidak hanya mengajarkan bahasa pemrograman terbaru, tetapi juga metodologi pengembangan perangkat lunak yang dibutuhkan oleh industri. 

Pelatihan manajemen proyek membekali peserta dengan teknik Agile dan Scrum, yang saat ini menjadi praktik umum di banyak perusahaan teknologi. Sementara itu, pelatihan komunikasi membantu profesional menghadapi tantangan dalam interaksi di tempat kerja modern yang semakin global dan beragam budaya.


Dampak positif dari kursus dan pelatihan terlihat jelas dalam peningkatan produktivitas pekerja. Menurut studi McKinsey, pekerja yang terampil memiliki

produktivitas 40% lebih tinggi dibandingkan rekan-rekan mereka yang kurang terampil. Pekerja yang memiliki kompetensi tidak hanya lebih efisien, tetapi juga lebih inovatif, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan dan daya saing perusahaan. 

Program-program ini juga berperan penting dalam mengurangi pengangguran struktural dengan mempersiapkan individu untuk pekerjaan yang tersedia, serta menciptakan peluang kerja baru melalui kewirausahaan berbasis teknologi.


Namun, pelaksanaan kursus dan pelatihan menghadapi berbagai tantangan signifikan. Biaya yang tinggi seringkali menjadi hambatan bagi individu dan perusahaan kecil. Aksesibilitas juga menjadi masalah, terutama di daerah terpencil atau negara berkembang dengan infrastruktur digital yang kurang memadai. Di samping itu, kurangnya kesadaran akan pentingnya pembelajaran sepanjang hayat masih menjadi hambatan budaya di beberapa masyarakat.


Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif dengan melibatkan berbagai pihak terkait. Pemerintah dapat memainkan peran penting dengan memberikan subsidi pendidikan dan insentif pajak kepada perusahaan yang berinvestasi dalam pelatihan karyawan. Kemitraan antara sektor publik dan swasta yang inovatif, seperti program "Skill Future" di Singapura, dapat menjadi contoh yang efektif dalam menyediakan pelatihan berkualitas dengan biaya terjangkau. Di samping itu, kampanye kesadaran publik yang terorganisir dapat membantu mengubah pandangan masyarakat mengenai pentingnya pembelajaran berkelanjutan di era digital.


Studi kasus dari berbagai negara menunjukkan bagaimana pendekatan ini dapat memberikan dampak yang signifikan. Di Jerman, sistem pendidikan dual yang menggabungkan pelatihan vokasional dengan magang di industri terbukti efektif dalam menurunkan tingkat pengangguran di kalangan kaum muda, bahkan selama krisis ekonomi. Di sisi lain, Estonia berhasil menjadikan dirinya sebagai "negara digital" melalui program

pelatihan teknologi massal, yang telah mengubah tenaga kerjanya menjadi salah satu yang paling melek digital di Eropa.


Secara keseluruhan, kursus dan pelatihan memiliki peranan vital dalam membentuk masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Dengan mendukung serta memperluas akses ke pendidikan non-formal yang berkualitas, kita dapat memastikan bahwa tenaga kerja global tidak hanya siap menghadapi tantangan yang akan datang, tetapi juga mampu menciptakan peluang baru yang sebelumnya tidak terpikirkan. 

Oleh karena itu, kerjasama yang solid antara pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil sangat penting untuk merancang dan menerapkan ekosistem pembelajaran yang fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan di abad ke-21.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun