Politik sayap kanan di Eropa tidak mati bersama Adolf Hitler pada tahun 1945. Pada awal abad ke-21, partai-populis memiliki keberadaan yang agak tenang di bawah permukaan politik Eropa dan tidak banyak mencapai kesuksesan dalam pemilu. Namun, ketika pengungsi dan pencari suaka melarikan diri dari Perang Sipil Suriah dan Afrika Utara mulai tahun 2015, serta ketika orang-orang dari Timur dan Tengah Eropa berbondong-bondong ke Inggris, partai-partai sayap kanan Eropa mendapatkan peluang baru untuk mendapatkan dukungan. Sekarang, pada tahun 2023, partai-partai sayap kanan telah menjadi pesaing yang kuat baik di parlemen nasional maupun Parlemen Eropa. Dalam tiga dekade terakhir, partai-partai sayap kanan di Eropa telah meningkatkan jumlah suara mereka tiga kali lipat, dari sekitar 5% pada awal 1990-an menjadi lebih dari 15% saat ini (Petropoulos, 2020). Sekitar satu dari enam warga Eropa kini memilih partai seperti Volkspartij voor Vrijheid en Democratie (VVD), Vox, FPÖ, Lega, Alternative for Germany, UK Independence Party, dan National Rally, partai-partai tersebut telah menggunakan retorika anti-imigran yang mengejutkan untuk mendapatkan vote.Â
Ilmu politik telah menunjukkan bahwa alasan paling penting mengapa orang memilih partai sayap kanan adalah sikap mereka terhadap imigrasi. Dengan kata lain, mereka yang mendukung partai-partai ini cenderung melakukannya karena mereka setuju bahwa imigran merupakan "orang-orang berbahaya" yang membentuk ancaman ekonomi dan/atau budaya terhadap kelompok asli mereka sendiri (The Guardian, 2020). Ini pada dasarnya tidak luar biasa – ini hanya menunjukkan bahwa banyak pendukung partai sayap kanan adalah pemilih rasional dalam arti bahwa mereka memilih untuk mendukung gagasan yang mereka setujui dan anggap penting.
Krisis pengungsi mungkin merupakan salah satu faktor paling signifikan yang memungkinkan munculnya sayap kanan di Eropa. Krisis pengungsi memberikan kesempatan bagi partai-populis sayap kanan untuk menarik pendukung dengan memanfaatkan perasaan xenophobia yang tumbuh dan membuat orang percaya bahwa mereka benar-benar perlu menyelamatkan negara mereka dari invasi. Dengan menganalisis tren pemilu, respons pemerintah terhadap para pengungsi, dan penggunaan retorika anti-imigran oleh partai-partai dalam kampanye mereka, makalah ini bertujuan untuk menguji bagaimana partai-populis sayap kanan di negara-negara Uni Eropa mempengaruhi kebijakan Uni Eropa tentang migrasi dan suaka.
Pemilih di banyak negara Eropa, termasuk Belanda, Austria, Belgia, Prancis, Italia, Inggris, Jerman, Hongaria, dan Polandia akhir-akhir ini menunjukkan dukungan kuat untuk partai sayap kanan. Dari tahun 1970-an hingga pertengahan 1980-an, hampir tidak ada partai sayap kanan yang memenangkan lebih dari 5% suara dalam pemilihan umum (Petropoulos, 2020). Lima belas tahun kemudian, beberapa partai sayap kanan di negara-negara yang disebutkan di atas mendapatkan antara 10% dan 25% suara. Beberapa dari partai-partai ini memiliki kecenderungan ekstrem. Sejarah mengingatkan kita bahwa berkembangnya partai-partai ekstrem dalam lingkungan demokratis dapat mengancam demokrasi itu sendiri. Terdapat korelasi yang sangat tinggi antara keberhasilan pemilu partai sayap kanan dengan masalah imigrasi, karena partai sayap kanan membawa isu-isu seperti nasionalisme, populisme, dan anti-migrasi dalam kampanyenya.Â
Titik awal untuk memahami keputusan pemilihan atau voting adalah hipotesis bahwa individu yang rasional dan berkepentingan sendiri memilih partai yang menjanjikan manfaat terbesar bagi mereka (Downs, 1957). Partai sayap kanan menyajikan platform anti-migrasi. Para pemilih yang merasa dirugikan oleh imigrasi seharusnya lebih memilih partai-partai ini dalam pemilihan umum. Teori minat ekonomi (Lipset, 1963) menyarankan bahwa efek gaji, harga, dan ketenagakerjaan seharusnya menjadi faktor penentu. Teori ekonomi dasar menunjukkan bahwa imigrasi merugikan individu penduduk asli yang menyediakan faktor produksi yang merupakan pengganti dekat untuk faktor-faktor yang disediakan oleh pekerja imigran. Sebaliknya, individu yang menyediakan faktor-faktor yang melengkapi akan mendapatkan manfaat dari imigrasi. Atau, sentimen anti-migrasi berdasarkan kepentingan sendiri terkait dengan 'fasilitas komposisional'. Misalnya, Card et al. (2012) menemukan bahwa penilaian penduduk asli terhadap fasilitas komposisional yang mereka dapatkan dari lingkungan, sekolah, dan tempat kerja mereka merupakan sumber penting dari sentimen anti-migrasi.
Bagian penduduk imigran telah meningkat secara signifikan di sebagian besar negara-negara Eropa sejak awal abad ini.Â
Ini menunjukkan peningkatan ini untuk beberapa negara antara tahun 2002 dan 2014. Tidak hanya jumlah penduduk imigran tinggi dalam angka mutlak, melebihi 10% di sebagian besar negara dalam Gambar tersebut, namun dalam banyak kasus, peningkatannya cukup cepat, dengan pertumbuhan melebihi 50% untuk beberapa negara selama periode ini. Sementara peningkatan cepat dalam bagian penduduk imigran telah menimbulkan tantangan kebijakan besar bagi negara-negara Eropa, yang melibatkan asimilasi, pendidikan, dan lapangan kerja, antara lain; bagi banyak pengamat, tantangan yang lebih mendasar adalah munculnya partai politik sayap kanan jauh seiring waktu yang sama.Â
Ini menunjukkan bagian suara untuk partai politik sayap kanan dalam pemilihan umum parlemen nasional untuk periode 2002-2017. Banyak partai memperoleh bagian suara yang signifikan (>15%), misalnya FPÖ di Austria, DF di Denmark, Finns Party di Finlandia, FRP di Norwegia, Jobbik di Hungaria, dll.
Kebijakan Uni Eropa dibuat melalui interaksi kompleks antara berbagai lembaga dan aktor-aktor:
Lembaga Utama:
Komisi Eropa: Mengusulkan dan menyusun legislasi, mengawasi implementasi hukum UE, dan bertindak sebagai lengan eksekutif UE.
Dewan Uni Eropa: Mewakili pemerintah-pemerintah UE dan mengambil keputusan tentang legislasi bersama dengan Parlemen Eropa.
Parlemen Eropa: Mewakili warga UE yang dipilih secara langsung melalui pemilihan umum, membuat undang-undang bersama dengan Dewan, dan mempertanggungjawabkan Komisi melalui pengawasan dan pemungutan suara kepercayaan.
Pengadilan Eropa: Menegakkan hukum UE dan memastikan interpretasi seragamnya di seluruh negara anggota.
Aktor Penting Lainnya:
Pemerintah dan parlemen nasional: Memainkan peran penting dalam menentukan prioritas kebijakan UE, mempengaruhi legislasi melalui Dewan, dan melaksanakan keputusan UE.
Badan-badan dan lembaga UE: Memberikan keahlian dan bantuan teknis dalam bidang kebijakan tertentu.
Kelompok kepentingan, LSM, dan warga: Melobi dan mempengaruhi kebijakan melalui konsultasi, protes, dan tantangan hukum.
Kotak suara parlemen nasional menghasilkan getaran yang jauh melampaui batas-batasnya, mengirim gelombang ke dalam lanskap kebijakan Uni Eropa. Partai yang menang dalam tingkat nasional, dengan platform dan prioritas khususnya, secara langsung mempengaruhi susunan dan agenda Parlemen Eropa dan Dewan Eropa, yang menjadi motor penggerak di balik legislasi Uni Eropa. Pengaruh ini terutama terlihat dalam area sensitif seperti migrasi, terutama dalam hal ini, EU Migration and Asylum Pact (European Council, 2023).
Hubungan yang rumit antara pemilu nasional dan kebijakan UE melebihi hanya mengirim perwakilan ke Brussels. Kecenderungan ideologis partai yang menang dalam pemilu nasional berdampak nyata pada komposisi Parlemen Eropa, di mana mereka membentuk kelompok politik dan memiliki kekuatan suara. Kemenangan partai yang mendukung kebijakan imigrasi yang lebih ketat, misalnya, bisa secara signifikan memperkuat blok anti-imigrasi di dalam Parlemen, mengubah lanskap negosiasi. Â Di luar Parlemen Eropa, figur seperti Presiden Dewan Eropa memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan UE, bertindak sebagai pengatur orkestra legislatif. Presiden menetapkan agenda untuk pertemuan puncak dan negosiasi, memberikan arah penting dalam proses legislasi. Seorang Presiden dengan sikap kuat terhadap imigrasi, baik yang mendorong kendali yang lebih ketat atau pendekatan yang lebih manusiawi, dapat secara signifikan mempengaruhi arah kebijakan.
Contoh-contoh terkini adalah kemenangan dalam Pemilu Nasional Belanda untuk memilih perdana menteri di Belanda pada November 2023. Geert Wilders dari VVD, partai ekstrem kanan, memenangkan pemilihan umum. Wilders telah dengan tegas mendorong kebijakan imigrasi yang lebih ketat dan dukungan terhadap kebijakan anti-imigrasi, ini berkemungkinan akan mempengaruhi sikap Parlemen Eropa dalam isu migrasi dan suaka dan pembentukan EU Migration and Asylum Pact. Begitu juga dengan kecenderungan tengah-kanan dari Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, yang adalah anggota dari partai tengah-kanan, Christian Democratic Union (CDU) dan kelompok Eropa terafiliasinya, Â European People's Party (EPP), yang membawa UE semakin ke kanan.Â
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mengeluarkan press release mengenai  Migration and Asylum Pact pada tahun 2023 di Brussels menjelang EU Summit. Di press release tersebut, von der Leyen menyampaikan bahwa migrasi tidak teratur yang terjadi di berbagai rute dan negara anggota Uni Eropa adalah sebuah tantangan keamanan yang perlu diselesaikan, hal ini sejalan dengan isu atau ancaman yang dipersepsikan sebagai ancaman terhadap keamanan (Buzan, 1997). Disebutkan juga bahwa tantangan tersebut memerlukan kewaspadaan dan tindakan yang tegas. Selain fokus pada pembentukan kerangka kerja migrasi dan suaka yang berkelanjutan, juga dijelaskan bahwa sudah ada langkah-langkah operasional yang telah dilakukan.Â
Dalam teks tersebut juga diapresiasi upaya dari Presiden Spanyol dan pihak-pihak sebelumnya dalam memajukan Pakta Migrasi dan Suaka. Trilog sedang berlangsung mengenai Manajemen Migrasi dan Suaka, Prosedur Suaka, Eurodac, Screening, dan juga proposal Krisis. Ditekankan pentingnya mempertahankan momentum ini untuk mencapai kesepakatan keseluruhan dalam beberapa bulan ke depan, yang membutuhkan fleksibilitas dan determinasi dalam negosiasi.
Selain bekerja pada Pakta tersebut, tindakan-tindakan telah dilakukan dalam menghadapi peningkatan kedatangan migran tidak teratur pada tahun ini. Beberapa jalur seperti Laut Tengah mengalami peningkatan tertinggi, menunjukkan tekanan besar di Lampedusa pada bulan September. Pelabuhan kecil di Lampedusa penuh sesak dengan armada kapal penyelundup kayu dan logam yang sudah usang, beberapa di antaranya setengah terendam. Jaket pelampung yang sudah tidak terpakai, pakaian kotor, dan botol-botol air plastik mengambang di laut. Itu adalah puing-puing dari ribuan migran yang baru saja tiba di pantai pulau kecil di Italia ini. Lampedusa adalah wilayah Eropa yang paling dekat dengan Afrika Utara, sehingga banyak migran yang melakukan perjalanan berbahaya menyeberangi daratan Mediterania menuju ke sana (NPR, 2023). Masyarakat Lampedusa menunjukan ketidaksukaan mereka terhadap kejadian migrasi ini, diwakilkan oleh Giandamiano Lombardo, presiden asosiasi pengusaha hotel Federalberghi, menyatakan bahwa Lampedusa tidak memiliki turis asing karena persepsi bahwa itu adalah tempat penahanan migran. Dia khawatir jika banyak turis Italia yang biasanya datang ke sana memilih tujuan liburan lain, maka mata pencahariannya dan ekonomi lokal akan terancam. Hal ini telah mendorong beberapa penduduk untuk menjual properti mereka dengan harga di bawah nilai sebenarnya. Lombardo juga menyampaikan kekhawatiran bahwa jika kehilangan ekonomi lokal, masyarakat Lampedusa berpotensi menjadi migran juga (Al Jazeera, 2023). Beberapa peningkatan juga terjadi di Kepulauan Yunani, Siprus, dan Kepulauan Canary. Meskipun secara keseluruhan ada penurunan arus, perubahan pola di rute Balkan Barat menuntut kewaspadaan yang konstan, hal ini sesuai dengan Speech Act Securitization (Buzan, 1997).
Selanjutnya, teks menggarisbawahi pentingnya penguatan kerjasama dalam memerangi penyelundupan migran dan meningkatkan pengembalian migran, penyelundupan migran perlu diperangi atau ditentang karena bisa mengancam kondisi keamanan (Buzan, 1997). Dijelaskan bahwa kerja sama internasional, termasuk di level PBB dengan UNODC, sangat penting untuk memastikan pemahaman yang sama tentang kejahatan penyelundupan manusia dan kerjasama operasional untuk membongkar jaringan penyelundupan. Diutarakan juga rencana penyelenggaraan Konferensi Internasional untuk menciptakan Aliansi Global pada bulan November 2023 untuk terus melakukan pertukaran internasional dalam menghadapi kejahatan penyelundupan manusia yang selalu berubah.
Selain itu, teks membahas penguatan pengendalian batas luar perbatasan dan pencegahan keberangkatan tidak teratur serta peningkatan deportasi, yang mana menggambarkan bahwa UE melihat isu migran ini merupakan ancaman keamanan (Buzan, 1997). Dijelaskan bahwa membina kemitraan strategis dengan negara-negara seperti Mesir, Tunisia, dan negara-negara di Afrika Barat serta menegaskan pentingnya investasi lokal dan kesempatan migrasi legal sebagai bagian dari penguatan kerjasama dalam pengembalian migran.
Teks tersebut juga menyoroti pentingnya memperkuat kapasitas negara mitra dalam melakukan patroli perbatasan dan operasi pencarian dan penyelamatan. Ditekankan pula bahwa perlindungan terhadap migran di sepanjang rute dari situasi yang tidak aman serta pengembalian mereka ke negara asal dengan dukungan untuk membangun kembali kehidupan mereka, merupakan bagian penting dalam membatasi pergerakan ke depan.
Dalam keseluruhan teks tersebut juga dinyatakan bahwa meningkatkan kapasitas pengendalian batas luar dan peningkatan kerjasama dalam menghadapi pergerakan migran tidak teratur adalah bagian penting dari tanggapan kolektif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI