Mohon tunggu...
Revina Marentek
Revina Marentek Mohon Tunggu... Dosen - mahasiswa magister psikologi untag surabaya

saya adalah pribadi yang ceria dan suka memiliki banyak kenalan baru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

bullying terselubung dari film kartun

11 Januari 2025   23:30 Diperbarui: 11 Januari 2025   23:36 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dari sini sudah mulai paham kan? Di satu sisi kita diantar untuk masuk dalam satu pemikiran agar tidak jadi orang yang malas dan bodoh seperti Nobita, yang selalu meminta bantuan Doraemon. Tapi disisi lain kita juga disuguhkan dengan perilaku menyakiti, memarahi, merampas yang dilakukan Giant dan Suneo. Alhasil secara tidak sadar kita sudah memiliki contoh secara tidak langsung untuk melakukan perilaku seperti itu untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginan kita seperti yang dilakukan Giant dan Suneo kepada Nobita. Beruntungnya Nobita punya Doraemon yang bisa mengabulkan hampir semua permintaanya, punya solusi untuk hampir semua masalahnya, tapi apakah ada Doraemon di dunia nyata? Sayangnya tidak ada.

Ternyata secara tidak sadar kita malah dihibur dengan perilaku bullying yang terselubung dalam packaging film kartun yang jadi favorite banyak orang. Sejak 1979 Doraemon diputar di TV nasional di Indonesia berarti sejak itu kita sebenarnya menormalisasi atau menganggap biasa perilaku bullying. Bahkan puluhan tahun kita semua dihibur dengan perilaku bullying terselubung ini.

Kita dituntut punya karakter yang kuat menghadapi Giant dan Suneo masa kini. Karena di banyak lini kehidupan termasuk di lingkungan sekolah masih banyak orang yang menormalisasi perilaku bullying. Banyak pihak yang perlu disadarkan lagi apa saja tindakan bullying yang mungkin saja prakteknya sudah sering ditemui namun masih di normalisasi.

Seperti ketika ada teman yang mengejek, menghina, menyebarkan berita hoax dan pihak sekolah hanya mendiamkan karena menganggap tidak ada yang terluka secara fisik. Padahal itu sudah termasuk bentuk bullying secara verbal.

Jenis dan bentuk bullying dapat dibagi menjadi tindakan agresi langsung (seperti kekerasan fisik atau verbal) dan tidak langsung (seperti menyebarkan fitnah atau rumor, manipulasi, atau pengucilan) (Agisyaputri et al., 2023). Menurut Tirmidziani et al., (2018) aksi yang dilakukan oleh para pelaku perundungan dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti :

1. Bullying fisik seperti, tidak hanya ditunjukan dengan tindakan memukul, mendorong, mencekik, menggigit, menampar, menendang ataupun meninju, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar akan tetapi dapat juga ditunjukan dengan perilaku memerintah untuk melakukan tindak yang tidak diperlukan seperti menodongkan senjata, melempar dengan barang, meludahi, menarik baju menghukum dengan pushup dan cara membersihkan toilet bahkan hinggga memeras dan merusak barang orang lain.

2. Bullying verbal, biasa diartkan dengan mengucapkan kata-kata tidak senonoh dan tidak pantas, akan tetapi juga dapat ditunjukan dengan memberikan julukan nama yang tidak bagus, celaan, fitnah, penghinaan, menduduh, menyoraki, memaki, mengolok-olok, serta menyebar gosip.

3. Bullying sosial, dapat ditunjukan dengan mengekespresikan bahasa tubuh seperti memandang dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi wajah yang merendahkan, mengejek, memandang dengan penuh ancaman, mempermalukan di depan umum, mengucilkan, memandang dengan hina, mengisolir, menjauhkan, dan lain-lain.

4. Cyberbullying, sering kali terjadi dalam beberapa waktu terakhir dikarenakan adanya pengatuh dari pesatnya perkembangan teknologi, perilaku ini dapay ditunjukan melalui platform sosial media seperti menyebarkan gambar, video, ataupun percakapan yang bersifat pribadi tanpa seijin yang punya. Dan untuk jejak cyberbullying lebih cepat tersebar dan sulit untuk dihilangkan karena keberadaannya yang bukan pada dunia nyata.

Maka dari itu, dalam mencegah dampak bahaya tindak perilaku bullying, pencegahan terhadap bullying perlu dilakukan. Pencegahan bullying dapat dilakukan melalui pemberdayaan anak dan pembangunan karakter, pencegahan melalui keluarga dengan melakukan penanaman nilai-nilai keagamaan dan etika pada lingkungan sosial, pencegahan melalui sekolah dengan penerapan desain program anti-bullying dan menjaga komunikasi antar murid dan guru, serta melakukan pencegahan melalui masyarakat melalui program anti-bullying. Jika tindak perilaku bullying telah terjadi, maka rehabilitasi perlu dilakukan bagi kedua belah pihak baik dari pelaku, maupun korban bullying tersebut dalam rangka melakukan pemulihan sosial dan konseling.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun