Mohon tunggu...
Review Film
Review Film Mohon Tunggu... -

Mengulas film, sineas, budaya, dan berbagai kabar sosial, politik, budaya dari dalam dan luar negeri.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Natasha Dematra Merangkul Dunia dengan Lagu Cinta & Perdamaian

25 September 2015   10:48 Diperbarui: 25 September 2015   12:00 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

CATATAN TENGAH DEREK MANANGKA
Natasha Dematra Merangkul Dunia Dengan Lagu Cinta & Perdamaian

JAKARTA – Sepintas, judul catatan ini, terlalu mellow atau bahkan seperti sebuah penjiplakan. Tapi apa boleh buat. Setelah berputar-putar mencari judul yang sesuai– dipadukan dengan apa yang saya saksikan Senin 21 September 2015 lalu, hanya judul ini yang bisa mewakili. Awal pekan ini saya diundang ke acara pemberian penghargaan kepada para pembuat film dari berbagai negara di Studio XXI, Kartika Chandra, Jakarta. Mendapat undangan seperti itu, bagi saya sesuatu yang baru. Sebab saya tidak pernah terlibat dalam dunia perfilman. Selama menjalankan profesi wartawan, kalaupun berkenalan dengan orang film tapi hanya sebatas itu.

Satu-satunya liputan saya tentang film ketika mewawancarai Meriam Belina, di tahun 1980-an. Hanya sehari dia memenangi gelar Aktris Terbaik Festifal Film Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta. Itu saja. Dan ketertarikan saya ketika itu lebih disebabkan oleh dara lelaki yang ingin melihat dari dekat seorang bintang top, cantik dan seksi. Redaktur harian “Sinar Harapan”, media tempat saya bekerja, sempat memandangi saya dari kaki sampai ke kepala, sewaktu saya menyerahkan naskah dan foto Meriam Belina. Dia, almarhum Moxa Nadeak, sempat kaget. Sebab sehari-hari saya bertugas sebagai wartawan Istana. Bukan wartawan film. Nonton film, suka. Tapi tidak madatan. Juga tidak hafal semua film dan bintang yang meraih penghargaan tertinggi. Sehingga pengetahuan saya tentang film sangat terbatas.

Tapi saya beruntung dan berterima kasih kepada inisiator acara tersebut - Damien Dematra. Dia sahabat saya yang baru saya tahu belakangan, sebagai seorang sutradara asal Indonesia peraih sejumlah penghargaan bergengsi dari komunitas film dunia. Acara di Studio XXI tersebut sederhana. Antara lain karena tidak gemerlap seperti lazimnya sebuah acara yang menghadirkan bintang-bintang perfilman. Undangan yang hadir pun, terbatas. Karena memang diseleksi sendiri oleh Damien Dematra selaku pendiri Dewan Kreasi Rakyat (DKR). Tidak sampai 150 orang. Kendati begitu acaranya cukup berbobot dan terutama berdimensi global. Sebab selain orang-orang film dari Hollywood dan Bollywood - berbagai cineas banyak negara, juga hadir. Menurut Damien, para sineas yang hadir di acara itu, merupakan orang-orang top di dunia mereka. Tapi saya tidak tertarik membahasnya.

Yang saya tertarik, karena mereka yang diberi penghargaan adalah mereka atau topik yang berbicara soal kemanusiaan dan perdamaian. Tema film seperti ini, dari sisi komersil memang tak memberi banyak profit. Namun ada kecenderungan, para cineas dunia pun saat ini, cukup sadar bahwa membuat film yang berbasis komersil semata, belum tentu produktif bagi dunia dan dunia perfilman itu sendiri. Menciptakan film yang bisa meraih keuntungan berjuta dolar, tak lagi menjadi tujuan utama. Manakala mereka melihat mereka yang menderita karena kemiskinan, perang dan kelaparan sudah mengglobal. Cepat atau lambat film tak akan bisa ditonton, jika uang untuk membeli tiket bioskop lebih bermanfaat untuk membeli makanan dan minuman.
Banyak hal yang mengesankan dari acara sederhana ini. Seperti spontanitas dari yang hadir untuk memberi sumbangan bagi pembelian masker. Banyak yang tersentuh, seperti meneteskan air mata, manakala di layar lebar ditampilkan sebuah gambar raksasa yang menggambarkan bagaimana anak-anak yang masih berusia di bawah 10 tahun, di Provinsi Riau, memakai masker agar mereka bisa bernafas atau hidup.

“Harga sebuah masker hanya Rp. 1.500,- rupiah. Jadi kalau anda bisa menyumbang Rp. 100.000,- maka akan ada puluhan anak yang bisa anda selamatkan. Kita perlu peduli pada anak-anak, karena mereka merupakan masa depan kita, masa depan bangsa dan masa depan dunia”, berkata Damien Dematra. Dan yang paling mengesankan, sebuah selingan berupa pemutaran video yang berisikan vokal,musik, narasi dan sudut-sudut dunia tempat anak-anak bisa bermain. Dalam video itu, Natasha Dematra yang tak lain Puteri Damien Dematra menyanyikan lagu “One Love For All”.
Semua undangan berdiri dan memberi aplaus manakala video Natasha muncul di layar lebar. Aplaus baru berhenti setelah Natasha yang juga hadir malam itu, menyampaikan apresiasi.

Video ini termasuk salah satu karya anak bangsa yang bisa dibanggakan. Sebab dengan teks Bahasa Inggris, video ini menjadi produk universal. Pembuatan video ini, juga dilakukan secara profesional.
“Butuh tiga tahun kami membuat video clipnya, karena gambar-gambarnya diambil di lima benua,” jelas Damien.
“Saya izinkan semua pihak menggandakan secara gratis video ini melalui Youtube. Kalau mau beli di toko musik, anda harus bayar USD 5,- per-copy,” ujar Damien Dematera kepada para undangan.
Bila anda ada waktu dan mau sedikit keluar dari “kerumunan”, coba dengarkan video ini.
Natasha Dematra sendiri kelahiran 1998, gadis Indonesia yang nenyanyikan lagu ini, tercatat salah seorang sineas penuh bakat. Dia antara lain menyandang predikat Sutradara Film Termuda di Dunia. *****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun