Mohon tunggu...
Muhammad Arif
Muhammad Arif Mohon Tunggu... Wiraswasta - Fulltime Blogger / Freelancer

Profesional blogger yang hobi mengulas produk dan barang, khususnya yang berkaitan dengan otomotif dan teknologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ahirul Habib Padilah, Sosok yang Menginisiasi Sistem Pertanian Terintegrasi "Kabeh Bertuah"

11 September 2023   17:51 Diperbarui: 11 September 2023   18:20 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolam ikan yang menjadi bagian dari sistem pertanian terintegrasi "Kabeh Bertuah" (Sumber: Dok. Habib)

Berasal dari keluarga petani yang kurang beruntung dan tinggal di dalam hutan di wilayah Desa Nanga Sayan, Kecamatan Nanga Sayan, Kabupaten Melawi Kalimantan Barat, Sosok Ahirul Habib Padilah dibesarkan.

Habib menghabiskan masa kecilnya dengan ikut orang tuanya berladang dengan berpindah-pindah dari satu hutan ke hutan lainnya.
"Orang tua berladang dengan berpindah-pindah" ujar Habib.

Ketika ikut orang tuanya berpindah-pindah dalam berladang Habib harus menyesuaikan dirinya dengan jarak sekolah dan tempat tinggal yang semakin jauh.Hingga pada suatu waktu akhirnya Habib dan keluarganya menetap dan tidak berpindah-pindah lagi sehingga Habib menyebutnya sebagai "Kabeh Betuah" yang merupakan tempat terakhirnya tinggal bersama orangtuanya.

Mendapatkan beasiswa hingga ke jenjang S2

Sebagai anak dari seorang petani Habib merasa tidak mendapatkan kesempatan dan tidak memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
"Saya tidak merasa memiliki kesempatan secara ekonomi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi saat itu." jelas Habib.

Namun takdir nampaknya berkata lain, Habib berhasil mendapatkan beasiswa bidik misi yang diberikan oleh Prof Mohammad Nuh, DEA yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Dengan beasiswa tersebut Habib berhasil berkuliah di Universitas Tanjungpura jurusan ilmu politik, kesempatan untuk mengenyam pendidikan di bangku kuliah dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Habib untuk belajar ilmu baru dan berhasil menyelesaikan S1-nya dalam waktu 3 tahun 7 bulan.

Kemudian Habib melanjutkan pendidikan S2-nya di Universitas Padjajaran Bandung dan mengambil jurusan hubungan internasional.
"Iya Kuliah ambil ilmu politik di Universitas Tanjungpura dan kemudian melanjutkan S2 jurusan hubungan internasional di Universitas Padjajaran". terang Habib.

Mendapatkan inspirasi sistem pertanian terintegrasi saat berkuliah S2

Ketika berada di Bandung Habib mendapatkan inspirasi untuk menghasilkan sistem pertanian terintegrasi, pasalnya konsep pertanian di Bandung terbilang apik dan luar biasa sekali.

Meskipun berkuliah di jurusan hubungan internasional dan ilmu politik namun Habib ternyata memiliki ketertarikan besar terhadap ilmu pertanian hal ini tentunya terkait dengan masa kecilnya yang melihat dan mengikuti orang tuanya bertani.

Cara Habib mendapatkan ilmu pertanian juga terbilang unik yaitu dengan berdiskusi dengan petani yang ada di Bandung saat sedang tidak berkuliah.
"Saya sering berdiskusi dengan petani yang saya temui saat tidak ada ada kuliah, dan banyak ilmu pertanian yang berhasil saya dapatkan." Ujar Habib.

Sistem pertanian terintegrasi diperkenalkan kepada petani di kampungnya

Setelah menyelesaikan kuliah S2-nya, Habib kembali ke  Kampung halamannya setelah kurang lebih 8 tahun merantau, dan melihat kondisi kampung halamannya yang para petaninya masih menggunakan metode lama Habib pun yakin bisa mengembangkan metode pertanian yang lebih baik lagi.


Konsep sistem pertanian terintegrasi dijalankan sendiri terlebih dahulu oleh Habib di lahan milik orang tuanya pada tahun 2017.
Di lahan orang tuanya yang banyak terdapat pohon karet, Habib mulai membeli bibit ayam dan membangun kandang ayam dan mengubah lahan karet milik orang tuanya menjadi kolam ikan air tawar serta jadi lahan untuk memanam padi.

Kolam ikan yang menjadi bagian dari sistem pertanian terintegrasi
Kolam ikan yang menjadi bagian dari sistem pertanian terintegrasi "Kabeh Bertuah" (Sumber: Dok. Habib)
"Saya menyadap karet kemudian uangnya dijadikan modal untuk membeli dan membangun kandang ayam yang kotorannya nanti bisa ditampung di kolam ikan yang ada di bawah kandang untuk kemudian kotoran tersebut akan hanyut mengikuti irigasi menuju ke sawah yang ditanami padi," jelas Habib."Jadi settingan yang saya buat, ada kolam ikan dan sawah untuk menanam padi, sedangkan di atasnya ada kandang ayam," Jelas Habib lebih lanjut.

Tantangan yang dihadapi

"Petani di kampung halaman saya Desa Nanga Sayan suka dengan hal-hal yang instan, dalam artian hari ini kerja hari ini juga harus mendapatkan hasil, tentu saja ini  cukup menyulitkan saya untuk mengenalkan sistem pertanian terintegrasi," Jelas Habib.

Petani di Desa Nanga Sayan semakin makmur berkat sistem pertanian terintegrasi
Petani di Desa Nanga Sayan semakin makmur berkat sistem pertanian terintegrasi "Kabeh Bertuah" (Sumber: Dok. Habib)
Selain itu Habib juga mendapatkan cemooh dan cibiran dari tetangganya di desanya yang mengatakan buat apa sekolah sampai S2 kalau harus kembali lagi ke kampung dan jadi petani lagi."Ya banyak yang mencibir dan mencemooh, harusnya sudah sekolah tinggi-tinggi kerjanya di kota besar bukan di Kampung," Jelas Habib.

Namun setelah melihat kemajuan sistem pertanian terintegrasi yang dibuat oleh Habib, banyak petani di kampungnya mulai mengikuti sistem pertanian terintegrasi, Habib pun membuat kelompok tani yang diberi nama "Kabeh Bertuah" sesuai dengan pengalaman waktu kecilnya mengenai "Kabeh Bertuah", anggota dari kelompok tani yang dibuat oleh Habib pun terus berkembang.

Apresiasi dari Astra Internasional

Pada tahun 2022, Habib berhasil mendapatkan penghargaan dari Astra Internasional yaitu SATU Indonesia Award 2022 untuk tingkat provinsi.
Selain itu sistem pertanian terintegrasi milik Habib mulai diaplikasikan tak hanya dikampung halamannya Desa Nanga Sayan, namun juga mulai mencakup ke wilayah lainnya di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.

"Semoga Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi lainnya mengadopsi sistem pertanian terintegrasi ini, karena walaupun lahan pertanian semakin sempit dengan sistem ini Petani bisa mendapatkan hasil yang lebih maksimal," Terang Habib.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun