Mohon tunggu...
Reviana Tyas Ayu Diani
Reviana Tyas Ayu Diani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga NIM : 21107030010

Penikmat teh hijau

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Inilah Strategi Marketing Miniso yang Kerennya Bukan Main

3 Juni 2022   21:22 Diperbarui: 4 Juni 2022   05:19 8745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto @belajarlagiHQ/Twitter

Kalau ngemall rasanya pasti ga lengkap kalau belum masuk store Miniso. Tentunya karena Miniso menjadi salah satu store yang wajib dikunjungi saat berada di mall untuk sekedar melihat-lihat koleksinya maupun benar-benar bertujuan untuk membeli barangnya.

Lalu sebenarnya apasih menariknya Miniso sehingga kelihatannya ramai terus? Mari kita sedikit menilisik sejarah bisnis retail atau biasa dikenal dengan bisnis eceran ini.

Adakah yang selama ini mengira bahwa Miniso adalah salah satu brand dari negeri sakura yakni Jepang? Faktanya banyak orang yang salah mengira karena dari tampilan maupun produknya keliatan Jepang banget tuh. Jadi sebenarnya Miniso adalah brand dari China dan pertama kali berdiri juga di China, serta bapak founder Miniso juga orang berkebangsaan China yang bernama Ye Guo Fu. Ye Guo Fu memulai karirnya di bidang bisnis retail pada tahun 2004 dengan menjual aksesoris dan alat kecantikan wanita. Di titik inilah awal mula Ye Guo Fu mulai mengembangkan bisnisnya.

Meski Miniso ini adalah brand dari China tetapi suasana yang ditawarkan bisa Jepang banget kan? Kamu nggak salah mengira, karena ternyata pada saat di Jepang, Ye Guo Fu bekerja sama dengan desainer bernama Miyake Jyunja untuk membuat desain dan mengembangkan store Miniso. Perusahaan ini pertama kali didirikan di Tokyo, Jepang pada tahun 2013 hingga berkembang ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, beberapa negara di Asia, dan tentunya pada tahun 2016 membuka gerai di Indonesia.

Miniso menjual berbagai keperluan sehari-hari laki-laki maupun perempuan, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Produk yang ditawarkan antara lain alat makan, alat tulis, tas, sendal, boneka, parfum, make up, skincare, botol minum, aksesoris seperti kacamata, ikat rambut, lalu elektronik seperti powerbank, earphone, headset, perlengkapan olahraga seperti matras senam, skipping, dan masih banyak lainnya. Tentu ini menjadi salah satu faktor yang menarik konsumen dari berbagai kalangan.

Miniso mampu berhadapan dengan pasar dan pesaingnya di era sekarang dimana produk lokal yang kian maju. Namun, Miniso tetap menjadi tujuan utama bagi konsumennya. Apa strategi umum yang dilakukan Miniso ini? Simak yuk, siapa tahu strategi ini juga bisa jadi gambaran untuk brand lokal atau bisnismu.

1.
Low Cost Strategy

Dalam bahasa Indonesia ialah strategi biaya rendah, yang berarti strategi ini menawarkan harga produk yang lebih rendah dibandingkan dengan harga dari kompetitornya.

Brand dari China cenderung menggunakan strategi ini dikarenakan beberapa hal, diantaranya yaitu upah pekerjanya yang dapat ditekan dan pendistribusian yang mudah. Miniso yang menjual produknya langsung ke konsumen akhir tentu dapat mengurangi biaya distribusi karena tidak perlu menyetorkan barang ke agen.

Perusahaan Miniso tentu berada dalam level yang baik dimana mampu menghasilkan laba lebih tinggi dengan strategi ini. Meskipun harga produk Miniso masih terjangkau tapi kualitasnya juga sepadan. Dengan menerapkan strategi ini mengahdirkan keuntungan bagi Miniso karena konsumen akan lebih memilih produk yang masih terjangkau dibanding dengan produk serupa dari perusahaan lain tetapi dengan harga tinggi. Siapa sih yang nggak tergiur harga murah tapi kualitasnya tetap oke.

2. In Store Experience

Sumber foto @nadialia/Pinterest
Sumber foto @nadialia/Pinterest
Store Miniso dari jauh aja udah eye catching jadi bikin pengen masuk buat lihat-lihat displaynya kan. Nah Miniso memang sengaja memakai strategi ini untuk menarik perhatian konsumen. Barang-barangnya ditata rapi di rak susun dengan warna yang senada. Desain dan interiornya terkesan estetik dan minimalis, untuk warna yang digunakan dominan pastel yang kalem, warna anak muda banget.

Dokpri
Dokpri
Cermin besar rupanya juga cukup menjadi iconic di store Miniso, tak jarang digunakan untuk mirror selfie. Penulis juga cukup senang dengan hasil foto di salah satu store Miniso ini, keliatan rapi dan instagramable.


Pengalaman lain di dalam storenya ialah biasanya di Miniso pegawainya cukup ramah dan pengertian, maksutnya ialah mengerti jika terkadang beberapa konsumen tidak terlalu suka untuk diikuti sehingga tidak leluasa dan muncul rasa tidak nyaman. Nah mungkin hal inilah yang dihindari oleh Miniso. Miniso memberikan keleluasaan untuk setiap pengunjung, sehingga store ini sering dijadikan tempat untuk window shopping.

Apa itu window shopping? Pasti diantara kamu pernah dan bahkan sering melakukannya, window shopping yakni menghabiskan waktu untuk sekedar melihat produk yang dipajang pada etalase toko, namun tidak berniat membelinya. Hal ini fine-fine aja di Miniso.

3. Phygital Presence

Strategi Phygital Presence menjembatani kesenjangan antara dunia fisik dan digital.  Tujuannya adalah untuk membawa bagian terbaik dari pengalaman pelanggan fisik ke dunia digital dan sebaliknya. Nah dalam strategi ini Miniso mengandalkan online storenya yang dapat dengan mudah diakses lewat smartphone saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun