Stres merupakan respon tubuh terhadap perubahan kehidupan sosial , seperti tekanan mental atau beban kehidupan. sistem yang  terdapat stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai baik berupa respon fisiologis, psikologis, maupun perilaku dapat menimbulkan stress.
Beberapa faktor yang diketahui dapat menyebabkan stres, antara lain adalah keluarga, sosial, emosional, akademik, dan keuangan.Salah satu golongan umur yang banyak mengalami stres adalah mahasiswa.
Penelitian yang dilakukan di India menyatakan bahwa 43,6% mahasiswa dari total 250 subjek mengalami stres.
Hal ini dikarenakan mereka menerima berbagai macam stressor dari banyak pihak, seperti tuntutan mendapat IPK tinggi dari orang tua, tugas dengan deadline yang singkat, serta kegiatan sosial mahasiswa, seperti organisasi ataupun UKM untuk meningkatkan softskill.
 Ditambah apabila mahasiswa sudah di tingkat akhir, maka ada beban tambahan, yaitu mengerjakan skripsi sebagai syarat kelulusan.
Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan sebagai metode koping stres, seperti beribadah, meditasi, mendengarkan musik, menonton televisi, tidur, melakukan hobi, bercerita dengan orang tua atau teman dekat, olahraga, yoga, merokok, mengkonsumsi alkohol atau narkoba, menghabiskan waktu dengan melihat-lihat media sosial dalam waktu yang lama.
Salah satu metode koping stres lainnya adalah dengan makan.Â
Makan sebagai metode koping stres memiliki arti mengonsumsi makanan bukan karena merasa lapar, namun untuk memuaskan hasrat karena merasa tidak sanggup menahan beban yang terjadi atau disebut dengan emotional eating. Emotional eating temasuk contoh perilaku makan tidak sehat yang dapat mempengaruhi kecukupan asupan zat gizi seseorang.
Pada saat mengalami emotional eating, seseorangcenderung memilih makanan yang tinggi energi dan lemak. Apabila kebiasaan ini terus menerus dilakukan akan menyebabkan kenaikan berat badan secara signifikan sehingga menjadi overweight ataupun obesitas.Â
Sebaliknya, ada beberapa orang yang apabila sedang dalam keadaan stres mengonsumsi makanan dalam jumlah yang sedikit atau bahkan tidak makan sama sekali. Apabila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka akan mempengaruhi berat badan. Berat badan yang tidak dikontrol akan mempengaruhi keadaan status gizi.
Pada saat stres, akan terjadi pelepasan beberapa hormon yang mempengaruhi perilaku makan serta asupan zat gizi. Perubahan hormon saat stres dapat menyebabkan obesitas. Saat mengalami stres, tubuh akan mengeluarkan corticotrophin releasing hormone (CRH) yang bekerja dalam menekan rasa lapar.
 Mekanisme tersebut disebut acute appetite regulation. Tubuh membutuhkan energi pengganti agar fungsi fisiologis tetap berjalan normal. Setelah beberapa waktu, kadar glucocorticoid di dalam pembuluh darah akan meningkat.Â
Glucocorticoid berperan dalam aktivitas lipoprotein lipase di jaringan adiposa, sehingga meningkatkan simpanan lemak dalam tubuh, terutama lemak viseral.
Penelitian serupa sudah pernah dilakukan sebelumnya baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Namun, masih jarang yang meneliti hubungan stres, perilaku makan, dan asupan zat gizi dengan status gizi secara bersamaan.
 Selain itu, subjek yang dipilih lebih sering anak sekolah ataupun karyawan, subjek mahasiswa masih jarang ditemukan.Â
Berdasarkan masalah tersebut, dilakukan penelitian dengan tujuan menganalisis hubungan stres, perilaku makan, dan asupan zat gizi dengan status gizi pada mahasiswa tingkat akhi Pada penelitian ini, variabel yang berhubungan dengan status gizi adalah asupan energi, asupan karbohidrat, dan asupan protein.Â
Namun, semua korelasi sebut adalah korelasi negatif. Seharusnya apabila asupan zat gizi lebih dari tingkat kecukupan, maka akan memicu terjadi overweight, dan apabila asupan zat gizi kurang akan meyebabkan underweight.Â
Hal tersebut dapat terjadi karena energi yang dihasilkan dari pencernaan karbohidrat dan protein, yang merupakan zat gizi penyumbang energi terbesar, akan digunakan untuk aktivitas fisiologis tubuh dan akan disimpan dalam jaringan viseral apabila terlalu berlebihan. Hal tersebut menjadikan orang dengan status gizi lebih cenderung memiliki asupan zat gizi yang berlebihan.
Subjek yang memiliki status gizi lebih sebagian besar asupan zat gizinya kurang, begitu juga subjek dengan status gizi kurang memiliki asupan zat gizi yang cukup tinggi, sedangkan subjek dengan status gizi normal asupan zat gizinya bervariasi.Â
Akan tetapi, bila dilihat dari aktivitas fisiknya, subjek dengan status gizi normal cenderung memiliki aktivitas fisik yang tinggi, sedangkan subjek dengan status gizi lebih sebagian besar memiliki aktivitas fisik rendah.
 Artinya lebih atau kurangnya asupan makan tersebut seiring dengan aktivitas fisik, jadi hal inilah yang menyebabkan hasilna menunjukkan korelasi negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Sari D, Nurdin AE. Hubungan Stres dengan Kejadian Dismenore Primer pada Mahasiswi Pendidikan    Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Repos Univ Andalas. 2015;4(2):567--70.
Kandasamy K. Hubungan Stres Ujian Dengan Perubahan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) Angkatan 2008 Pada Tahun 2010. Repos USU. 2010;
Ji H, Zhang L. Research on College Students ' Stresses and Coping Strategies. Asian Soc Sci J. 2017;7(10):30--4.
Guru SN, House T. A Study on Stress and Its Effects on College. Int J Sci Eng Appl Sci [Internet]. 2015;I(7):449--56. Available from: http://ijseas.com/volume1/v1i7/ijseas20150749. pdf
Pariat ML, Rynjah MA, Joplin M, Kharjana MG. Stress Levels of College Students : Interrelationship between Stressors and Coping Strategies . J Humanit Soc Sci. 2014;19(8):40-- 6.
NAMA: REVIA MAULANA DEWANTI
NIM:2330024040
KELAS:GIZI A
UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA SURABAYA (UNUSA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H