Mohon tunggu...
Pelangi Zahra
Pelangi Zahra Mohon Tunggu... Guru - Guru

Revi Nuraini merupakan gadis kelahiran 1997. Pemilik nama pena Pelangi Zahra ini sangat menyukai travelling. Ia berasal dari Kota Rengat, Riau. Selain mengajar di salah satu sekolah swasta, ia juga akti menulis artikel, puisi dan cerpen. IG: @Pelangizahra_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menapaki Jejak di Tanah Haram

20 Oktober 2024   17:20 Diperbarui: 20 Oktober 2024   17:22 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Labbaik Allahumma Labbaik...

Labaika Laa Syarika Laka Labbaik...[CC1] 

Lantunan syair tersebut mengiringi perjalanan Zara dan rombongan menuju kota Mekkah. Bus membawa mereka melaju membelah jalan yang dikelilingi oleh hamparan padang pasir. Sebuah gerbang berukuran besar dengan icon Al-Qur'an menyambut kedatangan mereka. Tampak rerumputan hijau dan beberapa pohon berukuran sedang ikut melambai. Sekawanan unta pun juga tengah asyik menikmati makan siang.

Zara kembali menghela air matanya yang jatuh. Sungguh ini masih terasa mimpi baginya. Bagaimana tidak, keberangkatannya untuk menunaikan ibadah Umroh tersebut jauh dari angannya. Bukan tak pernah ia harapkan, tetapi Zara merasa itu adalah mimpi yang masih jauh untuk digapai. Hal ini mengingat bahwa ia bukanlah berasal dari keluarga berada. Dari silsilah keluarganya pun belum ada yang berkesempatan diundang menjadi tamu Allah tersebut.

Akan tetapi, takdir tak ada yang tahu. Allah telah menggoreskan Zara menjadi tamu istimewanya melalui prestasinya di bidang kepenulisan. Sekilas mengingat kembali, berawal dari ketidaksengajaan Zara dalam mengikuti perlombaan menulis makalah Al-Qur'an yang diadakan pada MTQ tingkat kabupaten tahun lalu, akhirnya membuahkan hasil yang manis, hingga ia berhasil mendapatkan bonus umroh dari kabupaten tersebut. Zara tidak sendirian, ia berangkat bersama beberapa orang para Hafidz dan Qori yang juga telah berhasil  menorehkan prestasi terbaiknya.

Bus terus melaju, hingga kini memasuki kota Mekkah yang menjadi tujuan utama para jamaah umroh. Bangunan khas berwarna coklat di atas bebukitan serta bangkai mobil berjejer di pinggir jalan, membuat para jamaah berdecak kagum. Hingga mereka mulai melihat deretan bangunan menjulang langit dan sebuah jam besar yang menjadi icon[CC2]  kota Mekkah terpampang jelas dihadapan mereka. Gema takbir pun semakin riuh menambah suasana haru di dalam bus.

Baca juga: Rinduku pada Senja

Para jamaah pun mulai berhamburan turun dari bus ketika mereka sudah tiba tepat di depan hotel.  Orang-orang bertubuh besar lengkap dengan jubahnya tampak berlalu lalang. Bukan hanya itu, para perempuan berpakaian serba hitam menggunakan niqab pun tampak asyik mengobrol sambil berjalan melintasi Zara dan rombongan. Zara segera masuk ke dalam hotel membawa kopernya dan menuju ke kamar yang telah disediakan.

Setelah membersihkan tubuh dan beristirahat sebentar, Zara dan rombongan pun segera turun ke lobi. Tampak ketua pembina sudah menunggu mereka sedari tadi. Mereka rencananya akan melakukan umroh pertama. Jantung Zara semakin berdebar kencang, matanya mulai berkaca-kaca ketika para rombongan memasuki halaman Masjidil Haram. Terlihat ribuan jamaah dari berbagai belahan dunia telah memadati perantara Masjid.

Baca juga: Hati yang Mengalah

Tangan Zara semakin bergetar, matanya tak dapat lagi membendung air yang sedari tadi ia tahan. Akhirnya tangisan itu pun pecah ketika matanya menatap jelas bangunan hitam besar yang berada di tengah masjid, dikelilingi oleh para jamaah umroh lainnya. Zara pun berjalan tertatih, kakinya terasa lemah melangkah. Dengan sekuat tenaga ia pun melaksanakan sholat dua rakaat. Zara memilih untuk melaksanakan Shalat taubat, karena ia merasa sudah berlumuran akan dosa dan ia berharap ampunan dari Allah di tanah yang suci ini.

Tak lama setelah itu, Zara dan rombongan pun mulai melakukan tawaf. Tangis para jamaah mulai terdengar mengiringi langkah demi langkah mereka mengelilingi Ka'bah. Suasana terasa semakin menegangkan ketika para jamaah berusaha untuk masuk ke Makam Ibrahim untuk melaksanakan Shalat[CC3] . Dengan sekuat tenaga Zara mencoba menyusup diantara jamaah keturunan Nigeria yang berbadan tinggi besar.

Akhirnya setelah perjuangan keras, Zara berhasil Shalat di maqam Ibrahim. Lagi dan lagi tangisan Zara pecah ketika kedua tangannya berhasil menyentuh dan mencium benda berwarna hitam tersebut. Namun Zara tak bisa berlama-lama, karena jama'ah lainnya juga ingin menyentuh benda itu. Gadis itu kembali berjalan, berniat untuk mencium Hajar Aswad. Namun setelah beberapa kali mencoba mendekat, Zara malah terhalang oleh orang-orang Arab yang mendahului. Dengan sedikit kecewa, Zara pun mengalah. Ia tak ingin menanggung resiko jika sampai terinjak oleh badan besar tersebut.

Ritual Umroh tersebut pun ditutup dengan dilakukannya Tahallul (potong rambut). Setelah selesai melaksanakan ibadah Umrohnya, para jamaah pun dipersilahkan kembali ke hotel untuk beristirahat karena esok hari masih banyak kegiatan yang akan mereka lakukan. Sungguh Zara merasa sangat senang, akhirnya ia telah menyelesaikan ibadah umrohnya dengan lancar. Ia juga mesti tetap menjaga stamina tubuhnya, mengingat beberapa hari lagi puasa Ramadhan juga akan tiba. Zara ingin tetap foksu beribadah, walaupun dalam keadaan berpuasa.

Rute perjalanan jamaah umroh pagi ini adalah menjelajahi tempat-tempat bersejarah yang ada di kota Mekkah. Mulai dari mengunjungi Perpustakaan Mekkah, Jabal Tsur, Jabal Nur, Masjid Kuba dan tempat bersejarah lainnya. Kamera Zara tak pernah lepas mengabadikan momen langka tersebut. Zara sudah tidak sabar ingin bercerita panjang lebar pada keluarganya atas apa yang telah disaksikan oleh matanya sendiri. Jika dulu ia hanya mendengar cerita dari buku sejarah Islam yang diceritakan oleh gurunya di sekolah, namun sekarang ia melihat secara nyata hal tersebut.

Sekalipun kaki Zara mulai terasa lelah, tetapi [CC4] ia tak bisa menolak ajakan teman-temannya untuk mencari oleh-oleh di sekitar hotel mereka. Walaupun sebelumnya Zahra sudah membeli beberapa kotak kurma ketika singgah di tempat bersejarah tadi, tetapi ia masih merasa kurang. Alhasil, Zara pun berkeliling ke toko-toko disekitar[CC5] hotel. Para penjual tampak antusias dan ramah menyambut kedatangan Zara dan temannya. Beberapa di antara[CC6] penjual tersebut bisa berbahasa Indonesia walaupun terbata-bata, ada juga yang memang asli Indonesia dan sudah lama tinggal di Mekkah untuk berdagang.

Hampir empat hari Zara beserta rombongan berada di kota Mekkah. Zara hanya mampu melaksanakan umroh wajib, dikarenakan tubuhnya kurang fit. Sementara temannya yang lain berhasil melaksanakan dua sampai tiga kali umroh untuk dihadiahkan bagi keluarga mereka yang sudah tiada. Besar harapan Zara ia akan kembali ke kota ini melaksanakan ibadah umroh bersama dengan orang yang ia cintai. Tangan Zara melambai dari balik kaca bus yang mulai melaju meninggalkan hotel menuju ke kota Madinah.

Setelah menempuh perjalanan beberapa jam akhirnya Zara tiba di kota Madinah Al Munawwarah. Setibanya di Madinah, Zara dan rombongan disuguhkan dengan nasi kebuli. Dalam hidup Zara, ini kali pertamanya ia menyantap nasi khas Arab tersebut. Walaupun tubuhnya masih sangat lelah, tapi Zara tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya akan rasa nasi tersebut. Nasi tersebut disediakan di sebuah piring besar dan disantap 4 sampai lima orang untuk setiap piringnya. Zara dan lainnya tampak sangat menikmati makanan tersebut.

Setelah menyelesaikan ritual makannya, kini bus mulai berjalan untuk membawa rombongan melanjutkan perjalanan. Di Madinah sendiri tak ada ibadah khusus seperti yang dilakukan di Mekkah. Apalagi ketika sampai di Madinah Zara sudah menjalankan ibadah puasa di har[CC7] i pertama. Zara sangat bersyukur akhirnya bisa melaksanakan ibadah puasa ketika sedang Umroh. Dimana hal itu menjadi impian kebanyakan orang. Rasa ayukurpun tak henti-hentinya Zara haturkan.

Walaupun sedang menjalankan puasa, tetapi [CC8] ibadah lainnya juga tidak boleh ditinggalkan. Zara dan rombongan juga tetap mengunjungi tempat sejarah yang ada di kota Madinah. Sekalipun masa itu suhu cukup panas, tetapi tak menyurutkan semangat mereka. Bagaimanapun ini kesempatan emas dan tak boleh terlewatkan begitu saja. Selain itu, kegiatan buka bersama di Masjid Nabawi juga menjadi impian semua orang. Karena saat itulah Zara bisa menyaksikan bagaimana antusianya para jamaah dalam menyiapkan hidangan berbuka. Sederatan mobil yang membawa makanan sudah tiba selepas Ashar tadi.

Ini adalah kali pertama dalam hidup Zara bisa berbuka puasa di masjid Nabawi. Zara tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Ia juga sempat melakukan video call bersama keluarganya di tanah air untuk berbagi kesenangan tersebut. Menjelang waktu berbuka, anak-anak dari bangsa Arab tampak sibuk membentangkan plastik putih memanjang diantara jemaah yang sudah duduk. Kemudian mereka meletakkan berbagai makanan dan minuman yang sengaja disediakan setiap harinya untuk berbuka puasa.

Sungguh peristiwa yang tak akan pernah terlupakan dalam sejarah hidup Zara. Tak pernah terbayangkan ia dapat melakukan umroh di bulan Ramadhan seperti ini. Dalam hati Zara bertekad untuk lebih giat lagi bekerja dan mengukir prestasi yang banyak lagi. Sehingga suatu saat ia tak lagi menikmati kebahagiaan ini sendiri, melainkan bersama dengan keluarganya.                

  Rengat, 26 Desember 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun