Mohon tunggu...
Pelangi Zahra
Pelangi Zahra Mohon Tunggu... Guru - Guru

Revi Nuraini merupakan gadis kelahiran 1997. Pemilik nama pena Pelangi Zahra ini sangat menyukai travelling. Ia berasal dari Kota Rengat, Riau. Selain mengajar di salah satu sekolah swasta, ia juga akti menulis artikel, puisi dan cerpen. IG: @Pelangizahra_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rinduku pada Senja

20 Oktober 2024   13:58 Diperbarui: 20 Oktober 2024   14:17 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Ya, aku tahu posisiku. Dan aku tidak akan memaksakan hatimu untuk mencintaiku. Ini mauku, dan biarkan rasa ini tumbuh. Mungkin ini adalah masaku mencintaimu, bisa saja suatu saat rasa itu hilang" tutur Rio dalam  sebuah chatnya.

Diberi perhatian dan perlakuan lebih membuat maya mulai merasa tak nyaman. Hampir setiap hari di tempat kerja Rio tak pernah absen menyapa bahkan sekedar memberikan senyuman pada maya. Sehingga tak jarang, rekan-rekan sekaligus atasannya sekalipun meledek mereka berdua. Namun ledekan itu segera ditepiskan oleh Maya, karena memang maya tidak memiliki rasa apa-apa pada pria itu.

" Kamu tahu kan isi hatiku? Dan aku belum bisa membalas semua rasamu. Apa kamu tidak lelah seperti ini? sudahlah, di luar sana ada yang menginginkanmu, berikan dia kesempatan juga sepertiku. Kamu hanya akan mendapatkan kekecewaan jika terus mengejarku" ucap Maya pada suatu hari

" Apapun yang kamu katakan aku tak peduli. Mengenal dan mencintaimu adalah hal yang terindah bagiku. Aku ingin mengenalmu lebih jauh lagi. Aku ingin menjadikanmu pendamping hidupku. Aku sudah tak ingin mencari yang lain lagi. Kali ini aku benar-benar menjatuhkan hatiku padamu. Beri aku kesempatan May" balas Rio lagi.

Maya semakin bingung dan tak karuan, hari-harinya mulai berubah. Diakuinya, mulai ada rasa yang lain yang tumbuh dihatinya. Ada rasa kehilangan jika satu hari saja dia tak mendengar kabar pria tersebut. Dan hal itu semakin terasa, sejak maya memutuskan untuk berhenti bekerja di perusahaan itu demi melanjutkan studinya. Jika biasanya ada yang mengganggu maya saat bekerja, namun sekarang itu tidak akan ada lagi. Karena sekarang mereka sudah dipisahkan oleh tempat yang berbeda.

Walupun begitu, di sela-sela kesibukannya bekerja, Rio tetap berusaha untuk menjalin komunikasi pada gadis yang terlanjur dicintainya itu. Namun meskipun rasa itu mulai tumbuh, maya tak lantas bisa membalas sikap baik Rio padanya. Tak jarang maya berkata kasar, semata agar Rio tak lagi menaruh hati padanya. Tapi itu nihil, bahkan Rio semakin bersemangat untuk mendapatkan hati gadis itu.

" Kapan sih May, kamu bisa mengatakan kalau kamu merinduiku? Aku ingin sekali mendengarkan itu dari mulutmu" tulis Rio pada chatnya malam itu

            Maya hanya menarik napas panjangnya. Dia merasa sudah lelah mengatakan pada Rio tentang kehampaan rasanya. Maya berpikir semuanya percuma, pria itu tampaknya benar-benar telah dimabuk cinta olehnya. Maya hanya berharap seiring berjalannya waktu, pria itu segera membuka mata dan sadar akan semuanya. Bahwa apa yang telah dia lakukan itu percuma, karena maya belum bisa menggantikan sebuah nama masa lalu di dalam hatinya.

***

            Detik berganti menit, menit berganti jam, rasa Rio pada maya tampaknya sudah tidak diragukan lagi. Keseriusannya pada maya ingin segera dibuktikannya. Namun lagi-lagi maya hanya menganggap keseriusan itu sebagai angin belaka. Maya tak pernah serius mendengarkan niat baik pria itu untuk melamarnya. Sampai saat ini walaupun Maya mulai merasakan kenyamanan pada pria itu, namun maya terus saja memunafikkan rasanya. Berkali-kali maya tertawa ketika Rio menyampaikan niat baiknya tersebut. Dan bahkan maya seringkali mengalihkan pembicaraan saat pria itu sedang membahas tentang isi hatinya.

            " Aku ini bukan wanita solehah seperti yang kamu inginkan dan kamu katakan Rio. Aku masih banyak kekurangan. Dan kamu tahu Rio, hatiku belum bisa menerimamu" ucap maya dengan penuh keseriusan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun