Hanum hanya menggelengkan kepalanya dengan kening sedikit mengerut.
"Hhhhh. Surat kapal itu adalah surat yang berisi pantun, syair dan cerita tentang kedua pengantin. Syair itu biasanya dibuat oleh para penyair ternama di Rengat. Sedangkan untuk cerita itu sendiri berasal dari cerita asli kedua pengantin sejak awal pertemuan hingga sampai pada mahligai rumah tangga. Dan biasanya cerita ini di dapat dari keluarga kedua belah pihak yang dimintai secara sembunyi-sembunyi. Dan di akhir pembacaan surat kapal, mengandung do'a dan harapan untuk kedua pengantin nantinya" jelas Aska
Hanum terdiam, mencoba membiarkan kalimat demi kalimat yang dijelaskan oleh Aska tadi dicerna oleh pikirannya. Matanya pun masih menatap lekat wajah manis pemuda melayu itu. Aska pun dibuat bingung melihat tingkah Hanum dan mendorong tangannya untuk melambaikan tangan tepat di depan wajah gadis itu. Hanum yang menyadari itupun langsung mengalihkan pandangannya dan tersenyum malu pada Azka.
"Terus, mengapa harus dengan kapal? Kendaraan lain juga banyak yang lebih bagus dan canggih dari kapal?' tanya Hanum lagi
Pria itu tidak lantas menjawab, tangannya dibiarkannya menggapai sebuah kue khas melayu yang berasal dari pulut dan gula merah tersebut. Melihat respon itu, Hanum hanya menunduk sambil meminum air yang sudah hampir habis di atas mejanya.
"Begini..." pria itu mencoba mendorong makanannya agar segera masuk ke kerongkongan.
"Mengapa harus dengan kapal? Itu karena kehidupan di dunia ini ibarat mengarngi lautan yang sangat luas dan dalam. Maka untuk berlayar supaya selamat menuju pantai harapan, yaitu kebahagiaan yang hakiki. Sangat perlu menyiapkan kapal yang besar dan kokh yang dinamakan Amal Sholeh atau Kebajikan"
Setelah mendengar penjelasan Aska selanjutnya, Hanum pun mengangguk paham. Karena  terjawab sudah semua pertanyaan-pertanyaan yang sedari tadi berkecamuk di pikirannya. Ya, semua berkat pria pembawa kapal yang sedang tersenyum manis padanya dari kejauhan itu. Hanum hanya membalas senyuman itu dengan rasa malu, setelah Aska  meminta kontak handphonenya beberapa menit yang lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H