"Bangunlah Jaka, ada cinta yang masih harus kamu perjuangkan. Masih ada rindu yang harus kamu tuntaskan. Masih ada aku yang membutuhkanmu. Berikan aku ksesempatan untuk membalas semua rasamu yang pernah aku abaikan. Bukankah kamu sudah katakan, bahwa kamu akan selalu ada untukku? Dan sekarang aku ingin pembuktian dari ucapanmu itu. Bangunlah Jaka, bangun"
      Sebuah permintaan dan harapan yang dituturkan Naura saat Jaka terbaring tidak berdaya berjuang dengan rasa sakitnya. Setelah hampir tiga hari pria itu harus berjuang sendirian dan hanya do'a lah yang mampu membantunya saat itu. Bagaikan kehilangan separuh jiwa, Naura tidak henti-hentinya mengirimkan do'a untuk pria tersebut berharap keajaiban berpihak padanya. Namun takdir telah berkata lain, nyawa Jaka tidak bisa diselamatkan. Tubuhnya terlalu lemah untuk bertahan. Jiwanya sudah tidak sanggup lagi untuk berjuang dengan rasa sakit itu. Dan kembali pada-Nya lah yang akhirnya menjadi pilihan terbaik.
      Tubuh gadis itu semakin lemah, tampaknya dia mulai pasrah dengan rasa kesedihan yang menyelimutinya. Hingga dia pun terlelap bersama isak tangis yang mulai menyesakkan dadanya. Kini, hanya tersisa cerita yang mampu dilukiskan dalam bait-bait indah nantinya. Mengkisahkan tentang sebuah rasa cinta yang tulus dan belum sempat terbalaskan. Andai saja waktu itu bisa terulang, tidak akan mungkin Naura menyiakan kesempatan yang ada. Tetapi, bagaimanapun Allah tahu yang terbaik untuk hamba-Nya. Menyesali dan menangisi semua yang telah terjadi bukanlah jalan yang terbaik. Namun do'a lah yang bisa menjadi penenang jiwa yang berkabu, mengikis sedikit demi sedikit rasa sedih itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H