Pertanyaan ini mencerminkan ketidakpahaman, kebingungan tentang perasaan cinta yang mereka alami, meskipun awalnya ada kehadiran bunga-bunga tetapi sebenarnya mereka tak dapat memahami apa yang dirasakan, tidak menyakini sepenuhnya ada rasa cinta diantara mereka berdua.
Perasaan cinta juga tidak bisa tumbuh begitu saja meskipun mereka selalu bersama, mungkin penyebabnya karna mati rasa. Mati rasa adalah sebuah kondisi dimana tidak ada perasaan yang muncul atau tidak berminat untuk menjalin hubungan asmara. Memang pada dasarnya cinta itu tidak bisa dipaksakan. Seperti pada bait ke 3 :Â
Sehari kita bersama. Tak hampir-
menghampiri
Dan pada akhirnya si pria tidak bisa memberi cintanya atau membagikan hatinya kepada si wanita. Si wanita merasa gagal dan frustasi akibat perasaan yang telah sia-sia dan patah hati. Setelah peristiwa itu si wanita tidak lagi menemuinya dan menemani harinya lagi. Sehingga, kesunyian dan rasa sepilah yang menghampiri.Â
Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak sepi
Dari sini penulis ingin menggambarkan tentang kerumitan perasaan cinta dan bagaimana perasaan tersebut dapat berubah dari kebahagiaan menjadi sia-sia, menggambarkan perasaan kesepian dan kekosongan yang sering kali menghantui manusia dalam pencarian akan cinta.
Puisi ini membuka pintu kepada pembaca untuk merenungkan tentang arti sejati dari cinta dan kehidupan. Menghadirkan gambaran tentang kegagalan dan kehampaan yang sering kali menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan mencari dalam hubungan manusiawi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H