Mohon tunggu...
Aditya Pratama Putra
Aditya Pratama Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa Ekonomi yang memiliki kegemaran mengulik hal-hal berbau konspirasi, analitik, sastra, dan filsafat

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

"Buy Now, Pay Later": Dilema Konsumsi Gen Z di Persimpangan Waktu dan Pilihan

25 Desember 2024   15:01 Diperbarui: 25 Desember 2024   20:12 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografis Riset Mandiri Penggunaan Paylater di Masyarakat(Sumber: tirto.id/Quita)

     Namun, manfaat ini tidak lepas dari risiko yang signifikan, terutama ketika konsumen tidak bijak dalam penggunaannya. Beban cicilan yang tinggi dapat mengurangi kemampuan finansial untuk kebutuhan masa depan, menyebabkan penurunan utilitas dan potensi masalah stabilitas keuangan jangka panjang (Brown, 2021). Selain itu, kemudahan akses BNPL kerap memicu perilaku konsumtif yang tidak sehat, di mana banyak pengguna tergoda untuk membeli barang non-esensial tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang (Davis, 2018). Survei menunjukkan bahwa 65% pengguna BNPL di bawah usia 30 tahun cenderung membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Pola ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat meningkatkan risiko gagal bayar, sebagaimana dicatat dalam laporan oleh Rajawali Pers (2020), yang mencatat lonjakan gagal bayar hingga 15% dalam tiga tahun terakhir.

BNPL: Solusi Keuangan Kekinian yang Perlu Dimanfaatkan dengan Bijak

     Dari pemaparan tersebut, tidak dapat disangkal bahwa BNPL (Buy Now, Pay Later) semakin populer sebagai cara belanja yang praktis. Namun, agar tidak menjadi bumerang, penggunaannya membutuhkan strategi yang tepat. Salah satu langkah bijak adalah menyusun anggaran keuangan yang rapi. Fokuslah pada kebutuhan utama dan hindari pembelian impulsif. Selain itu, penting untuk memahami suku bunga efektif dari layanan BNPL yang digunakan. Banyak biaya tersembunyi, seperti bunga atau penalti keterlambatan, yang dapat membebani keuangan jika tidak diperhitungkan dengan matang.

     BNPL sebaiknya dimanfaatkan untuk barang atau layanan yang memberikan nilai jangka panjang, seperti kursus, perangkat kerja, atau investasi pendidikan. Hindari penggunaan BNPL untuk barang konsumtif yang tidak esensial. Untuk kebutuhan tersebut, lebih bijak jika membeli dengan dana tunai. Untuk mendukung langkah ini, Kementerian Keuangan menyediakan program edukasi keuangan bernama #UangKita. Program ini bertujuan mengajarkan anak muda cara mengelola finansial dan pernah ada section memahami risiko pengaturan keuangan seperti BNPL ini melalui kegiatan yang menarik bersama Komunita (Komunitas #UangKita), lho!

Ilustrasi Salah Satu Kegiatan Komunita (Komunitas #UangKita) (Sumber: Instagram @komunitakemenkeu)
Ilustrasi Salah Satu Kegiatan Komunita (Komunitas #UangKita) (Sumber: Instagram @komunitakemenkeu)

     Selain edukasi, transparansi dari penyedia BNPL juga sangat penting. Penyedia layanan harus memberikan informasi yang jelas mengenai suku bunga, biaya tambahan, dan penalti. Regulasi yang mengatur plafon utang juga diperlukan untuk memastikan pengguna tidak melebihi kemampuan finansial mereka. Penyedia BNPL dapat pula memberikan insentif, seperti diskon untuk pelunasan awal atau penerapan suku bunga lebih rendah untuk kebutuhan esensial.

     Intinya, BNPL bisa menjadi alat finansial yang bermanfaat jika digunakan dengan penuh tanggung jawab. Keputusan ada di tangan Anda, jadi pastikan setiap langkah finansial mendukung masa depan yang lebih baik. Program #UangKita dan Komunita hadir untuk membantu anak muda memahami dan mengelola keuangan dengan cara yang menarik dan relevan. Jangan lupa untuk mengecek kegiatan seru dari Komunita di akun Instagram mereka, @komunitakemenkeu. Jadikan BNPL sebagai alat yang mempermudah hidup tanpa menambah stres ya, sobat!

Referensi-referensi

Brown, T. (2021). Understanding the risks of Buy Now, Pay Later services and their impact on financial well-being.

Davis, L. (2018). The psychological effects of flexible payment systems on consumer behavior. Journal of Consumer Psychology, 34(2), 45-59.

Fisher, I. (1930). The theory of interest. Macmillan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun