Generasi Z mendominasi penggunaan layanan paylater berkat pola konsumsi yang dinamis dan berbasis teknologi. Layanan ini diminati karena menawarkan kemudahan akses dan minim hambatan administratif dibandingkan kartu kredit tradisional. Namun, fleksibilitas ini memunculkan tantangan seperti potensi utang berlebih (personal liability) akibat perilaku konsumtif yang tidak terkontrol. Kurangnya kesadaran finansial dan pengelolaan cicilan yang baik dapat memperburuk masalah ini, sering kali dipengaruhi oleh overconfidence bias pada peminjam.
   Fenomena ini dapat dianalisis melalui teori konsumsi intertemporal, yang menjelaskan bagaimana individu membuat keputusan konsumsi dengan mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat sekarang dan masa depan (Friedman, 1957). Teori konsumsi intertemporal, seperti yang dikemukakan oleh Fisher (1930), menjelaskan bagaimana individu membagi konsumsi mereka antara periode saat ini dan masa depan untuk memaksimalkan kepuasan atau utilitas sepanjang hidup. Dalam kerangka ini, konsumsi pada suatu periode dipengaruhi oleh pendapatan saat itu, tingkat tabungan, serta ekspektasi terhadap pendapatan masa depan. Seseorang dengan pendapatan yang melebihi kebutuhan konsumsinya pada periode saat ini cenderung menabung untuk meningkatkan konsumsi di masa depan. Sebaliknya, individu yang ingin meningkatkan konsumsi saat ini dengan melampaui pendapatannya harus meminjam dari pendapatan masa depan.
   Dalam konteks generasi muda yang memanfaatkan layanan Buy Now, Pay Later (BNPL), keputusan konsumsi mereka sangat dipengaruhi oleh kemudahan akses terhadap kredit. Layanan BNPL memungkinkan individu meningkatkan konsumsi saat ini (c1) dengan meminjam dari pendapatan masa depan (m2). Ketika konsumsi saat ini melebihi pendapatan saat ini (c1 > m1), konsumen berada dalam posisi sebagai borrower, yang mengurangi tabungan (s1) atau bahkan menciptakan utang. Hal ini menyebabkan konsumsi masa depan (c2) berkurang karena sebagian pendapatan masa depan digunakan untuk melunasi utang beserta bunganya.
Rumus untuk konsumsi masa depan dalam kasus ini adalah:
c2 = m2 − (c1 − m1) + r(c1 − m1)
di mana:
- c1−m1: jumlah pinjaman
- r(c1−m1): bunga dari pinjaman yang harus dibayar
   Perilaku konsumsi yang bergantung pada BNPL menunjukkan bahwa generasi muda sering berada dalam posisi borrower. Peningkatan konsumsi saat ini yang melampaui pendapatan mereka menimbulkan risiko ketidakseimbangan konsumsi intertemporal. Jika tidak dikelola dengan bijak, risiko terjebak dalam utang meningkat, yang pada akhirnya dapat mengorbankan kesejahteraan finansial jangka panjang.Â
Menyelami Dilema Finansial Generasi Muda: Antara Keinginan Sekarang dan Stabilitas Masa Depan
   Layanan Buy Now, Pay Later (BNPL) telah menjadi solusi praktis bagi konsumen yang membutuhkan fleksibilitas keuangan dalam konteks konsumsi intertemporal. Dengan layanan ini, konsumen dapat memperoleh barang atau jasa tanpa harus membayar penuh di awal, yang sangat membantu untuk kebutuhan mendesak atau pengeluaran investasi seperti alat produktivitas (Smith, 2020). Kemudahan ini sangat relevan bagi generasi muda yang sedang membangun karier atau mengejar pendidikan lebih tinggi, karena mereka dapat mengelola pengeluaran jangka pendek tanpa mengganggu anggaran mereka secara signifikan.Â