Mohon tunggu...
Damar Prasasti Revanda Putri
Damar Prasasti Revanda Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - UPN Veteran Yogyakarta

Mahasiswa Baru UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fakta Lain Dibalik Daerah "Istimewa" yang Berbetuk Kesultanan

10 Agustus 2022   15:20 Diperbarui: 10 Agustus 2022   16:12 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak kenal dengan daerah yang satu ini. Banyak julukan yang disematkan kepada daerah ini. Mulai dari Daerah Istimewa, Kota Pelajar, Kota Gudeg, Kota Wisata, hingga Kota Budaya. 

Tak lain dan tak bukan adalah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Provinsi dengan bentuk pemerintahan kesultanan yang dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono X dikenal oleh seluruh penjuru Indonesia dengan sebutan kota istimewa. 

Terdapat sejarah panjang yang menjadikan kota ini menjadi daerah Istimewa.

Selain Daerah Istimewa, Kota Jogja juga mendapat julukan sebagai Kota Pelajar. Banyaknya sekolah dan universitas adalah alasannya. 

Maka dari itu, tak sedikit pelajar dan mahasiswa datang dari luar Jogja, bahkan dari luar Jawa untuk menuntut ilmu di Jogja. Alasan yang kedua adalah tingginya kualitas pendidikan di Jogja. Sehingga banyak universitas di Jogja yang menjadi impian banyak orang, seperti UGM, UNY, UPN, dan masih banyak lagi.

Apakah Daerah Istimewa Yogyakarta tidak mempunyai sisi gelap?

Tentu saja punya, semua daerah, semua provinsi tentu mempunyai sisi terang dan sisi gelapnya masing-masing. Sisi terang Jogja telah saya terangkan di awal tadi, sekarang, kita bahas sisi gelap Daerah Istimewa Yogyakarta.

UMR Rendah,  Gaya Hidup Selangit

Dari dulu, UMR atau Upah Minimum Regional di Jogja terbilang sedikit. Dari 34 provinsi, DIY menempati urutan bawah dengan Rp. 1.840.915,53. Sedangkan di Jogja, telah banyak Hotel, Pusat Perbelanjaan, Tempat Hiburan, dan Rumah makan yang tidak beradaptasi dengan pasar di Jogja. Akibatnya, orang asli Jogja menganggap itu mahal.

Banyaknya Klitih yang Belum Bisa Diatasi

Apakah kalian pernah mendengar kata klitih? Klitih merupakan aksi premanisme yang terjadi di Yogyakarta, khususnya Kota Jogja. Para pelaku klitih tidak memandang korbannya, mereka biasanya membawa sebuah celurit. Dalam melakukan aksinya, pelaku tidak sendiri, melainkan bergerombol.

Sampai saat ini, klitih belum bisa diatasi. Padahal sejatinya klitih merupakan masalah sosial yang harus segera dihapus, dan para pelaku biasanya merupakan pelajar di bawah umur. Telah banyak korban yang berjatuhan, mulai dari luka hingga korban jiwa.

Walaupun terdapat sisi gelap di Yogyakarta, namun kota ini masih mempunyai banyak sisi terang. Wisatawan hingga turis masih banyak yang menikmati kota romantis ini. Banyak yang masih jatuh cinta dengan budaya, masyarakat, dan kebijakan di Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun