Komunikasi AntarBudaya - " Arca Ganesha "Â
Komunikasi antarbudaya merupakan suatu proses pertukaran informasi yang melibatkan individu maupun kelompok dari latar belakang kebudayaan. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memahami dan menghormati nilai-nilai serta keyakinan dari budaya satu sama lainnya. Adapun salah satu contoh dari perspektif antarbudaya terhadap objek realitas dapat ditinjau melalui Arca Ganesha sebagai satu dari sekian koleksi yang terdapat di Museum Sribaduga Bandung.Â
Apabila dikaitkan dengan komunikasi antarbudaya, Arca Ganesha sarat akan makna, persepsi, hingga interpretasi yang melingkupinya. Dari segi pemaknaan, terlebih pada konteks agama Hindu dan budaya India, Arca Ganesha diibaratkan sebagai Dewa Pengetahuan (Vidyaa Pradaayaka) yang senantiasa melindungi siapapun yang sedang mengerjar ilmu.Â
Selain itu, objek budaya tersebut erat kaitannya dengan simbol kekuatan, keberuntungan, kebijaksanaan, hingga hubungan keluarga. Kemudian, persepsi menjadi salah satu unsur yang menitikberatkan cara pandang setiap orang terhadap objek budaya melalui nilai-nilai visual yang ada. Adapun perbedaan budaya dapat memberikan perbedaan interpretasi dalam memaknai objek budaya Arca Ganesha. Dalam hal ini, kompleksitas yang terdapat pada salah satu peninggalan Kerajaan Kediri memberikan kesan menarik bagi penulis untuk mengulik lebih dalam lagi terkait perspektif komunikasi antarbudaya.
Hal yang kemudian menjadi penting dalam kompleksitas komunikasi antarbudaya melalui Arca Ganesha ialah pertimbangan mengenai masalah yang ada. Pada hakikatnya, Arca Ganesha merupakan peninggalan sejarah yang diyakini dan dijunjung tinggi nilai-nilai budayanya oleh orang Hindu. Akan tetapi, hal tersebut kurang relevan jika urgensi terhadap nilai-nilai budaya Arca Ganesha dikaitkan dengan orang-orang non-Hindu. Hal tersebut justru akan menimbulkan kontroversi karena mereka yang non-Hindu berpotensi memiliki pemahaman mengenai objek budaya yang belum memadai dibandingkan orang Hindu aslinya.Â
Kesalahpahaman ini bisa terjadi apabila seorang individua tau kelompok dari budaya yang berbeda menginterpretasikan Arca Ganesha dengan melenceng dan tak sesuai dengan standar penghormatan yang telah dilakukan oleh masyarakat internal. Tindakan-tindakan yang dapat memicu konflik ini ditandai dengan penghormatan hingga penyalahgunaan arca yang tidak seharusnya dilakukan. Tindakan tersebut berkenaan dengan sikap etnosentris yang merasa kelompoknya paling ''tinggi'' atau paling baik dibandingkan kelompok budaya lainnya.Â
Perasaan inilah yang mengawali aksi yang tergolong kurang etis dalam menyikapi penghormatan terhadap budaya lain sehingga dapat memicu konflik. Berkenaan dengan itu, komunikasi antarbudaya hadir sebagai bentuk sekaligus proses dari komunikasi efektif antara individu maupun kelompok dalam menyikapi budaya satu sama lainnya. Maka dari itu, komunikasi antarbudaya yang dilakukan perlu mencakup penjelasan meliputi asal-usul yang termasuk nilai-nilai sejarah objek, fungsi komunikasi sosial budaya objek, keterkaitan nilai budaya pada objek dengan masa kini, hingga pembelajaran yang dapat dipetik dari nilai komunikasi antarbudaya dari objek tersebut.
Dalam seni Hindu, Arca Ganesha yang merupakan salah satu peninggalan bersejarah direpresentasikan sebagai Dewa Ganesha yang dikenal sebagai Dewa Pengetahuan, Dewa Keberuntungan, serta Dewa Penghapus Hambatan. Dewa Ganesha sendiri digambarkan dengan bentuk kepala menyerupai gajah dan tubuh yang menyerupai manusia yang media pembentuknya melalui batu, logam, maupun kayu.Â
Sebagai salah satu dewa yang paling dipuja oleh masyarakat Hindu, Arca Ganesha memiliki nilai-nilai sejarah yang meliputi kepemilikan simbol dari agama Hindu dengan kepercayaan penganutnya yang meyakini bahwa dewa ini menjadi dewa yang dapat membawa limpahan berkah, keberuntungan, hingga perlindungan dari segala hambatan kehidupan.Â
Keyakinan dan kepercayaan tersebut lantas bersinggungan dengan salah satu nilai yang dijunjung tinggi oleh agama Hindu, yakni penghormatan atas keberagaman budaya sebagai bentuk toleransi. Seperti halnya peninggalan bersejarah lainnya, arca ini pun memiliki kekuatan cerita mitos yang berdasar pada kekayaan mitologi Hindu, seperti bagaimana kepala dan tubuhnya bisa terjadi diferensiasi atau ketidaksinkronan satu sama lainnya hingga cerita mitos terkait awal mula ia dinobatkan sebagai Dewa Pengetahuan. Tak hanya itu, objek Arca Ganesha yang terpampang nyata di museum dapat mencerminkan kepiawaian seniman Hindu dalam membuat patung.
Adapun komunikasi antarbudaya sebagai proses pemberian pemahaman bersinggungan dengan fungsi-fungsi dari komunikasi ritual, komunikasi sosial, dan komunikasi budaya. Komunikasi ritual memiliki fungsi sebagai pertahanan jati diri entah itu sebagai seorang individu, seorang anggota dalam suatu kelompok, seorang warga dari suatu negara, hingga suatu unsur dari alam semesta. Maksud dari pertahanan jati sendiri merujuk pada keteguhan dalam memikul komitmen dan amanah di skala kecil seperti tradisi keluarga hingga skala besar seperti tradisi suku, bangsa, ideologi, hingga agama.Â
Apabila dikaitkan kepada objek pembahasan, maka komunikasi ritual yang dapat dilakukan terhadap Arca Ganesha adalah dengan memanjatkan doa-doa dengan menyalakan lampu atau lilin di dekat benda tersebut yang dimaknai sebagai penerangan spiritual. Lebih dari itu, komunikasi ritual lainnya dapat dilakukan dengan penyiraman air suci sebagai bentuk pembersihan, pemberkatan, sekaligus pemberkatan kepadaÂ
Dengan adanya komunikasi ritual ini, maka individu diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan pertahanan dirinya supaya tidak goyah pada tradisi yang telah ditetapkan. Kemudian, fungsi dari komunikasi sosial adalah sebagai sarana yang dapat menciptakan dan mengembangkan konsep dan aktualisasi diri.Â
Dalam hal ini, jika dikaitkan dengan Arca Ganesha, maka fungsi dari komunikasi sosial bisa diimplementasikan melalui penghormatan dan pemujaan, keberuntungan, pembersihan atau pemulihan spiritual, hingga menjaga kearifan lokal melalui warisan nilai-nilai budaya secara turun-temurun terhadap objek budaya tersebut. Selanjutnya, fungsi dari komunikasi budaya mencakup pemberian pemahaman kepada individu maupun kelompok berkenaan dengan identifikasi identitas sehingga nantinya mereka dapat mempertahankan tradisi serta warisan budaya dari generasi ke generasi.Â
Jika dikaitkan dengan Arca Ganesha, maka fungsi komunikasi budaya dapat diaplikasikan kepada penganut agama Hindu selaku pemuja Dewa Ganesha. Tak hanya dipertahankan oleh pemilik aslinya, dalam ruang lingkup luas nan umum, Arca Ganesha yang saat ini ditempatkan di salah satu museum di Bandung ini pun perlu diperhatikan dan dipertahankan eksistensinya oleh masyarakat umum selaku warisan budaya bersejarah.
Penjabaran terkait nilai-nilai budaya yang terkandung pada Arca Ganesha sebagai salah satu warisan budaya seakan tak lekang oleh waktu. Sebab, nilai-nilai tersebut memuat banyak prinsip baik yang akan selalu relevan diaplikasikan pada setiap masa, seperti nilai toleransi atas keberagaman budaya hingga apresiasi terhadap warisan budaya melalui kunjungan ke museum.Â
Kemudian, komunikasi antarbudaya yang terbentuk melalui Arca Ganesh asebagai objeknya dapat menjadi pembelajaran dari berbagai aspek di antaranya memberikan pemahaman dan keterbukaan wawasan terhadap budaya Hindu, sikap toleran terhadap keberagaman yang ada, serta apresiasi karya seni. Maka dari itu, bisa disimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya membantu setiap individu dalam memahami dan memaknai setiap kepercayaan dan keyakinan, budaya dan tradisi, hingga objek peninggalan sejarah yang menjadi bukti fisik dari perkembangan sejarah dan budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H