Luar biasa. Mungkin itu yang bisa saya katakan kepada kedua orang fenomenal ini pak Ahok dan Habib Riziek. Perseteruan mereka kalau di Ibarat film kartun mereka itu seperti Tom dan Jerry. Kalau di dunia sinetron seperti (sorry) Madra dan Karyo ha ha ha. Perseteruan mereka sudah dimulai sejak lama. Namun baru mulai semakin memanas ketika naik derajatnya bapak Gubernur DKI Jokowi menjadi Presiden yang secara konstitusi, otomatis wakilnya pak Basuki (Ahok) naik menjadi gubernur DKI. Sejak itulah sumbu dinamit sepanjang ratusan kilometer langsung disundut/dinyalakan.Â
Pertama, mulai munculnya demo-demo, aksi, pengerahan massa untuk menolak Ahok, maksud dan tujuannya mungkin kita semua sudah tahu. Dari sejak mulai dilantiknya Ahok dari Wakil Gubernur menjadi Gubernur, namun gagal. Dilanjutkan kemudian dengan upaya-upaya lainnya yang tujuannya kemudian menjadi ingin melengserkannya Ahok dengan membuat gubernur tandingan pilihannya sendiri. Gagal maning, gagal maning.Â
Hebat. Kalau sebagai manusia harus melihat dan berpikir dari sisi positif, maka kedua orang ini adalah orang hebat. Mereka telah menunjukkan kepada kita, adanya semangat yang pantang menyerah, pintar, banyak akal dan akan berupaya dengan strategi yang semaksimal mungkin untuk mencapai tujuannya. Segala cara akan dilakukan sampai titik darah penghabisan. Mengumpulkan simpati umat/massa jutaan bagi keduanya, opini publik, ceramah provokasi, tebar pesona, pencitraan, demo berjilid-2, ribuan karangan bunga dan lain-lain, semua dilakukan oleh keduanya. Itu yang namanya prosesnya. Dan, yang namanya sumbu dinamit, kalau didiamkan dan tidak dimatikan dengan cara dipotong, yah akan terus menjalar gak bakalan mati.
Dan akhirnya dinamit itu pun MELEDAK. duarrr. Menjelang Pilkada DKI hingga berakhirnya Pilkada dengan terpilihnya Gubernur baru, baik Ahok maupun Habib Riziek akhirnya merasakan ledakan dinamit yang mereka sulut berdua. Ahok terkena kasus penodaan agama, Riziek terkena berbagai macam kasus. Dan semuanya berasal dari MULUT, argumen dan pernyataan yang keluar dari mulut mereka atau kalau bahasa Minang-nya Moncong. dan ada peribahasa yang mengatakan MULUT-MU HARIMAU-MU.
Pelajaran yang saya lihat dari kedua orang hebat ini adalah yang upaya dan strategi, yang satu MERENCANAKAN, yang satu MENGGAGALKAN. Tom & Jerry. Namun, mereka sepertinya lupa dalam hal yang namanya Proses. Dalam proses yang merupakan jalan panjang yang telah mereka lakukan dalam upaya MERENCANAKAN-MENGGAGALKAN itu, mereka terlena dan lupa suatu saat ada yang namanya khilaf, bahkan bisa keluar dari koridor hukum. Itulah yang menjerat mereka sekarang.
Kini keduanya terkena kasus yang berhubungan dengan mulut. Beda dengan Tom & Jerry yang (no-talk action only) he he he. Tapi kita bersyukur juga karena mereka gak ngikutin gaya tom&jerry dalam perseteruannya, nanti bakal banyak yang ancur.
Dari kejadian ini, sekarang keduanya kembali ditantang untuk menunjukkan sisi intelektualnya yang akan dipertontonkan kepada kita yang terbiasa ternganga dan melongo menonton tivi kemudian komen sesuka hati di media sosial, seakan kita telah menjadi juri yang paling benar. Kita akan lihat bagaimana mereka akan mempertontonkan kepada kita sisi intelektual dan semoga saja dalam level yang menjunjung tinggi sportifitas yang baik.
Dari kedua orang hebat nan fenomenal ini, mari kita sebagai penonton yang baik harus menjadikan ini sebagai referensi untuk dapat memetik pelajaran dan dapat menarik kesimpulan untuk diri kita sendiri, ibarat main catur bagaimana caranya untuk menghindari serangan lawan agar tidak kalah. Atau bila dilakukan dalam strategi bisnis biar gak rugi.
Mari kita ambil sisi positifnya.
Ini hanya opini. Seandainya kedua massa pendukung orang ini diberikan pacul untuk menggarap suatu ladang pertanian di pulau berbeda, mungkin kedua pulau tersebut akan lebih menghasilkan dan maju, energi yang telah mereka keluarkan dalam demo-2 tidak akan percuma.
Sekian my opini