Mohon tunggu...
Revalina Naura Putri Alviani
Revalina Naura Putri Alviani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Maraknya Kasus Pengangguran Pada Generasi Z

24 Juni 2024   18:55 Diperbarui: 24 Juni 2024   19:21 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengangguran adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan, pengangguran disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Ketika penawaran tenaga kerja lebih banyak dibanding permintaannya, maka hal itu akan menyebabkan terjadinya pengangguran. Penggangguran menjadi salah satu masalah setiap negara, pengangguran juga dijadikan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Pengangguran menyebabkan seseorang tidak memiliki upah dan pada akhirnya timbul masalah baru yaitu kemiskinan, dampak dari kemiskinan adalah meningkatnya kriminalitas, tingginya angka kematian dan muncul masalah kesehatan. Itu sebabnya dampak dari pengangguran sangat besar bagi kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Artikel ini ditulis dengan tujuan menelaah lebih jauh tentang pengangguran, jumlah pengangguran saat ini, faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran, jenis-jenis pengangguran dan dampak dari pengangguran. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa penyumbang angka pengangguran terbanyak di Indonesia berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah dari lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menempati urutan kedua penyumbang pengangguran terbanyak di Indonesia. Selama 3 tahun terakhir, 2021-2023, angka pengangguran dari lulusan SMA dan SMK mengalami peningkatan. Setiap tahunnya selama 3 tahun berturut-turut, pengangguran dari lulusan SMA mencapai angka 2 juta dan pengangguran dari lulusan SMK mencapai angka 1 juta.

Generasi Z atau yang sering disebut Gen Z adalah generasi yang lahir pada tahun 1997-2012, mereka adalah generasi muda Indonesia yang melek akan teknologi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), umur produktif seseorang yaitu antara 15-64 tahun, berdasarkan data BPS, jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas pada tahun 2023 menyentuh angka 212.587.441 jiwa. Pada usia ini, seseorang dianggap sudah siap bekerja dan siap untuk menghasilkan sesuatu. Namun pada kenyataannya, lulusan SMA dan SMK yang merupakan Generasi Z malah menjadi penyumbang angka pengangguran terbanyak di Indonesia, padahal usia lulusan SMA dan SMK ini merupakan usia produktif dan dinilai bisa menghasilkan sesuatu ditambah dengan Generasi Z yang melek akan teknologi, tetapi mereka kurang bisa memanfaatkan hal tersebut.

Di Indonesia terdapat beberapa jenis pengangguran, yang pertama adalah pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Yang kedua adalah pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang terjadi karena para tenaga kerja masih memerlukan waktu untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan skill mereka. Para lulusan SMA dan SMK yang menganggur saat ini, mungkin saja termasuk ke dalam 2 jenis pengangguran tersebut. Lalu apa yang menjadi faktor banyaknya pengangguran di Generasi Z pada lulusan SMA dan SMK ini? Seperti kita tahu saat ini banyak sekali para tenaga kerja yang melamar pekerjaan tidak sesuai dengan skill yang telah mereka miliki dan hal ini disebut dengan mismatch. Mismatch memiliki arti ketika tenaga kerja memiliki keahlian dan keahlian tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan pekerjaan yang ada.

Mismatch yang kerap terjadi di dunia kerja adalah horizontal mismatch, yaitu ketidaksesuaian antara bidang yang telah dipelajari dengan pekerjaan yang ditekuni. Akar masalah dari mismatch sendiri adalah ketidaksesuaian skill yang dimiliki, ketika tenaga kerja tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang tersedia, mereka mungkin kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Hal ini dapat menyebabkan pengangguran terbuka, di mana individu secara aktif mencari pekerjaan tetapi tidak dapat menemukannya. Di sisi lain, mismatch juga dapat terjadi ketika tenaga kerja memiliki kualifikasi yang lebih tinggi daripada yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang tersedia. Hal ini dapat menyebabkan pengangguran terselubung, dimana individu bekerja di bawah kualifikasi mereka karena tidak dapat menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan mereka.

Tak hanya ketidaksesuaian skill yang dimiliki yang menjadi faktor pengangguran di Indonesia, namun kurangnya pengasahan soft-skill dan hard-skill pada lulusan SMA dan SMK juga berpengaruh dalam jumlah pengangguran di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, SMA atau Sekolah Menengah Atas berfokus pada teori dan hanya sedikit praktik yang diajarkan. Berbeda dengan SMK atau Sekolah Menengah Kejuruan, mereka lebih banyak diajarkan banyak praktik dari pada teori, bidang yang dipelajari pun lebih spesifik. Maka dari itu, lulusan SMK disiapkan agar lebih berfokus pada bidang keahlian sesuai jurusannya masing-masing. Sehingga, siswa SMK pun lebih siap untuk mengembangkan keterampilannya dalam satu bidang. Seperti yang kita tahu, di dunia kerja kita dituntut untuk bisa menyeimbangkan antara soft-skill dan hard-skill, mungkin para lulusan SMK lebih banyak memiliki pengalaman praktik dibandingkan dengan lulusan SMA, namun sebagian besar lulusan SMK kurang bisa mengembangkan diri dan mengembangkan soft-skill seperti kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi, kedisiplinan, dan manajemen waktu karena lulusan SMK lebih mengasah hard-skill daripada soft-skill dan hal inilah yang menjadi kekurangan lulusan SMK. Sama halnya dengan lulusan SMA, mereka lebih mengasah soft-skill dibandingkan dengan mengasah hard-skillnya sehingga saat lulus dan mencari pekerjaan mereka kesulitan menemukan pekerjaan yang cocok dengan skill yang dimilikinya sehingga terjadilah pengangguran friksional.

Bagamana cara untuk mengatasi pengangguran di Indonesia? Dimulai dari kesadaran diri sendiri dan dimulai dari sekarang, mengasah skill baik itu soft-skill atau hard-skill sangat perlu karena keduanya harus berjalan seimbang, tak hanya itu, membangun jaringan sosial atau relasi juga diperlukan karena jika seseorang memiliki relasi yang luas, itu akan membuka peluang untuk dunia kerja yang lebih luas juga. Pengembangan skill yang berkelanjutan sangat penting bagi pencari kerja untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar kerja dan menghindari pengangguran. Pemerintah dan lembaga juga perlu mengambil peran aktif dalam meningkatkan informasi pasar kerja dan mengembangkan program pelatihan skill yang relevan.

Sumber berita:

Pengamat Ketenagakerjaan: Lulusan SMA dan SMK Paling Banyak Menganggur
 https://money.kompas.com/read/2024/02/05/171000926/pengamat-ketenagakerjaan--lulusan-sma-dan-smk-paling-banyak-menganggur#google_vignette

Pengangguran Terbanyak di RI Tamatan SMK dan SMA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun