Punggahan dalam bahasa Jawa yang berarti "Munggah" atau naik yang mana masyarakat Kenteng memaknai dengan menaikkannya cacatan umat islam (catatan amal baik dan buruknya manusia) selama satu tahun terakhir hidup di dunia ini. Upaya tersebut dianggap sebagai pengingatan kembali kepada manusia yang hidup bahwa saat itu amal-amalnya sedang dilaporkan kepada Allah. Masyarakat Desa Kenteng selalu melakukan tradisi pungguhan ini setahun sekali yaitu pada tiga atau dua hari sebelum memasuki Bulan Suci Ramadhan atau lebih tepatnya pada pertengahan bulan Sya'ban yaitu tanggal 15 bulan Sya'ban atau bisa disebut juga oleh masyarakat dengan sebutan bulan Ruwah yang dilaksanakan di rumah masing-masing yang nantinya kerabat dan juga tetangga dekat turut diundang untuk serta mengirimkan doa kepada arwah yang telah tiada.Â
Pudunan dalam bahasa jawa artinya "mudun" atau turun. Masyarakat Desa Kenteng memaknainya sebagai di turunkannya kertas putih yang nantinya untuk diisi oleh malaikat berupa amal baik dan buruknya umat Islam di dunia, kurang lebihnya satu tahun kedepan sampai menjelang Ramadhan berikutnya. Waktu yang digunakan untuk tradisi pudunan biasanya habis ashar sampai malam sebelum tarawih. Bingkisan (berkat) yang diberikan berupa Ketan, Apem, Pasung, dan pisang. Dari bingkisan itu ada maknanya yaitu: Ketan: memiliki makna agar dekat dengan Allah SWT (seperti menjalankan shalat 5 waktu, shalat sunnah tarawih, menjalankan ibadah puasa, I'tikaf di masjid, tadarus Al-Qur'an). Apem :dan pasung dijadikan satu pasang yang memiliki makna gambaran menjadi payung untuk melindungi di dunia maupun akhirat. Pisang: jangan sampai terlepas dari perintah Nabi SAW.
Tradisi pada Bulan Ramadhan ini memiliki nilai-nilai yang sangat tinggi. Selain untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, juga sebagai salah satu bentuk cara bagaimana manusia menghadapi kehidupan dalam bermasyarakat. Terlepas dari itu semua, masyarakat mempunyai nilai-nilai yang begitu kuat melekat di dalam hati untuk hidup bermasyarakat. Nilai tersebut antara lain yaitu Nilai Rukun dan Kemasyarakatan.
Masyarakat Indonesia hidup di bumi Nusantara dengan segala perbedaan latar belakang dan kebudayaan yang mencirikan masing-masing daerah dari mana mereka berasal. Masyarakat tradisional dikenal dengan kebudayaannya yang masih kental, kebudayaan ini mereka pelajari dari alam, pengalaman kehidupan sosial mereka. Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh keberkahan. semua umat muslim bergairah dalam melaksanakan ibadah-ibadah dan melakukan aktivitas yang positif.
Masyarakat Dusun Kenteng, Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang selalu melaksanakan tradisi Punggahan dan Pudunan setiap setahun sekali. Momen ini diperingati masyarakat dengan mengirimkan doa seperti membacakan tahlil dan surat Al-Ikhlas kepada leluhur yang telah tiada. Tradisi ini memilki nilai-nilai sangat tinggi. Tradisi ini juga sebagai cara bagaimana menghadapi kehidupan dalam bermasyarakat serta menjadi ajang silaturahmi dan mempererat tali silaturahmi.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, S., & Yuhana, (2016). Tradisi Bulan Ramadhan dan Kearifan Budaya Komunitas Jawa di Desa Tanah Datar Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu (Doctoral dissertation, Riau University).
Fitrianita, Widyasari-E., (2018). Membangun Etos dan Kearifan Lokal melalui Foklor: Studi Kasus Foklor di Tembalang Semarang. Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi, 2(1), 71-79
Purnomo. (2013). Tanaman kultural Dalam Perspektif Adat Jawa. Malan
g: Universitas: Brawijaya Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H