Banyak dari generasi muda tidak sepenuhnya memahami kompleksitas konflik di Palestina. Informasi yang mereka terima seringkali terdistorsi atau tidak lengkap, sehingga mereka tidak melihat urgensi untuk bertindak. Kurangnya edukasi yang memadai tentang isu-isu global juga berkontribusi pada minimnya tindakan nyata. Tanpa pemahaman yang jelas, sulit bagi mereka untuk merasa tergerak untuk bertindak.
Tekanan Sosial dan Ekonomi
Melawan ketidakadilan melalui boikot dan bentuk protes lainnya seringkali membutuhkan komitmen dan pengorbanan. Banyak orang merasa takut akan konsekuensi sosial dan ekonomi dari tindakan tersebut, seperti kehilangan pekerjaan atau dikucilkan dari komunitas mereka. Tekanan ini membuat mereka memilih untuk tetap diam dan tidak berbuat apa-apa. Ketika risiko pribadi dianggap terlalu besar, solidaritas sering kali menjadi korban pertama.
Minimnya empati dan tindakan nyata terhadap genosida di Palestina dari generasi saat ini adalah masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dari keterputusan emosional akibat overload informasi hingga normalisasi kekerasan dan humor gelap, semuanya berkontribusi pada desensitisasi terhadap penderitaan orang lain. Meskipun begitu, hal ini tidak sebaiknya menjadi alasan bagi mereka untuk menutup mata pada jutaan korban yang terbunuh di Gaza. Lantas, upaya apa yang dapat kita perbuat untuk merangkai empati dan kecerdasan moral pada generasi saat ini?
Upaya untuk menumbuhkan empati pada generasi saat ini dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, termasuk pendidikan kewarganegaraan dan penanaman nilai-nilai Pancasila. Pendidikan kewarganegaraan dapat diajarkan secara formal maupun informal. Apabila secara formal, hal ini biasanya dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah atau kampus, dengan memanfaatkan bahan ajar yang berisi teori dan pengetahuan umum. Namun, pengajaran yang hanya berfokus pada teori cenderung membuat nilai-nilai kewarganegaraan hanya sebatas pengetahuan umum. Oleh karena itu, perlu adanya ruang untuk diskusi nyata agar siswa dapat mengungkapkan opini mereka, serta keterlibatan peran orang tua dalam mendidik anak-anak mereka melalui nasihat dan contoh nyata (Santyatmoko, 2023).
Membela Palestina bukan hanya tanggung jawab moral, tetapi juga implementasi konkret dari nilai-nilai kemanusiaan dalam Pancasila. Dengan menumbuhkan empati terhadap penderitaan rakyat Palestina, kita menjalankan nilai-nilai tersebut dalam tindakan untuk keadilan sosial dan hak asasi manusia. Sebagai generasi penerus, kita memiliki peran penting dalam memperjuangkan perdamaian dan keadilan global, dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip kemanusiaan dan solidaritas internasional. Maka dari itu, adalah tanggung jawab kita untuk bangkit menyuarakan keadilan bagi mereka yang tertindas, demi dunia yang lebih adil dan manusiawi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H