Mohon tunggu...
Reva Amelia
Reva Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pancasakti Tegal

Reva Amelia, lahir pada 18 Juni 2005, adalah mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan S1 Program Studi Akuntansi. Fokusnya pada analisis dan penguasaan dalam bidang keuangan mencerminkan keinginannya untuk terus berkembang dan berkontribusi dalam dunia ekonomi. Atas kemampuan yang dimilikinya ini menjadikan dorongan untuk mengejar karir di bidang akuntansi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Indonesia Menggandeng Kemajuan Lewat Fenomena Trend Tech-Decoupling

29 Juni 2024   13:00 Diperbarui: 29 Juni 2024   13:10 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/SA3_coupler

Selain itu, Amerika juga memberlakukan pembatasan ketat pada ekspor semikonduktor ke China. Pembatasan ini berfokus terhadap chip semikonduktor  yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan seperti Intel, Qualcomm, dan lainnya. Kebijakan ini tidak hanya berdampak pada perusahaan China yang awalnya bergantung pada semikonduktor Amerika, tetapi juga mempengaruhi perusahaan teknologi global yang memasok komponen ke pasar China. Sebagai respons dari adanya pembatasan yang dilakukan oleh Amerika, China meningkatkan investasi besar-besaran dalam industri semikonduktornya sendiri dan mendorong untuk mengurangi ketergantungan pada impor.

Pembatasan ini menandai titik balik dalam hubungan perdagangan teknologi antara Amerika dan China, dimana dari penerapan fenomena tersebut yang akhirnya mempercepat laju trend decoupling. Amerika tidak hanya berusaha melindungi kepentingan strategisnya saja tetapi juga berupaya menghambat kemajuan teknologi China yang pesat. Di sisi lain, China memandang langkah ini sebagai panggilan untuk memperkuat kemandirian teknologinya.

Pada akhirnya kedua negara kini terlibat dalam perlombaan untuk mendominasi industri teknologi global, yang dampaknya dapat mempengaruhi dinamika perdagangan teknologi di seluruh dunia.

Lalu, bagaimana jika fenomena tren ini diterapkan di Indonesia?

Situasi ini akan berbeda jika diterapkan di Indonesia. Meskipun Indonesia memiliki potensi untuk memanfaatkan fenomena decoupling untuk mengembangkan industri teknologi lokal dan mengurangi ketergantungan pada teknologi asing, kenyataan bahwa Indonesia saat ini belum memiliki industri teknologi yang matang menjadi tantangan utama. Indonesia harus lebih dulu membangun kapasitas industri teknologi sebelum menerapkan decoupling strategy.

Untuk dapat menerapkan teknologi ini dan mencapai kemandirian, Indonesia perlu melakukan investasi secara besar-besaran dalam Research and Development (R&D), serta melakukan peningkatan kualitas pendidikan di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) yang mana hal ini nantinya akan menciptakan tenaga kerja yang terampil. Selain itu, pemerintah juga harus memberikan dukungan regulasi bagi perusahaan-perusahaan teknologi lokal untuk berkembang. Dengan melakukan langkah tersebut, Indonesia mampu mencapai kemajuan yang diharapkan.

Meskipun dalam prosesnya tidak akan mudah dan memakan waktu yang lama, namun investasi terhadap perkembangan industri teknologi lokal akan membawa manfaat jangka panjang bagi perekonomian Indonesia, serta mengurangi ketergantungan pada teknologi asing dan meningkatkan daya saing global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun