Mohon tunggu...
Retty Hakim
Retty Hakim Mohon Tunggu... Relawan - Senang belajar dan berbagi

Mulai menulis untuk portal jurnalisme warga sejak tahun 2007, bentuk partisipasi sebagai warga global.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merayakan Hari Anak bersama Chocolate Factory the Musical

23 Juli 2023   22:02 Diperbarui: 23 Juli 2023   23:14 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chocolate Factory the Musical (dok pribadi)

Pementasan "Chocolate Factory the Musical” pada tanggal 22 Juli 2023 di Ciputra Artpreneur Theater berlangsung sukses. Drama musikal yang digelar oleh Hi Jakarta Production (HJP) dengan kolaborasi bersama Ciputra Artpreneur merupakan Kids Festival Production untuk merayakan Hari Anak Nasional yang diperingati setiap tanggal 23 Juli. Anak-anak yang rela mengisi liburan mereka dengan berlatih untuk pementasan ini tampak ceria, penuh kebanggaan dan kebahagiaan di antara teman-teman dan keluarga mereka.

Riri Kumalasari selaku Pendiri dan Direktur dari HJP menjelaskan, “Acara Junior Musical Wonderland ini merupakan kegiatan yang diadakan Hi Jakarta Production setiap tahun sebagai sarana pendidikan dan pelatihan seni pertunjukan khususnya musikal kepada generasi muda secara professional.”

Jadwal latihan yang cukup padat menjadi tantangan ketika sekolah sudah memulai tahun ajaran baru. Dengan kerja sama bersama orang tua dan sekolah yang mendukung pengembangan talenta anak, maka semua tantangan bisa dilalui sehingga terlahirlah pertunjukan musikal yang sangat bagus untuk keluarga.

Willy Wonka dan Saint John's ensemble (dok pribadi)
Willy Wonka dan Saint John's ensemble (dok pribadi)

Kolaborasi memang sangat penting, seperti dipesankan oleh Rina Ciputra Sastrawinata, Presiden Direktur Ciputra Artpreneur yang sempat saya temui pagi itu di lantai 11 Ciputra Artpreneur. Dalam pesan di buku acara, beliau mengingatkan akan visi misi DR (HC) Ir. Ciputra dalam mendirikan bangunan Ciputra Artpreneur ini pada tahun 2014 yaitu untuk mendukung industri kreatif Indonesia sehingga pelaku seni Indonesia bisa meningkatkan kemampuan mereka dan mendapatkan apresiasi bagi kemampuan mereka.

Cita-cita pendiri Ciputra Artpreneur yang mulia namun penuh tantangan ini dilaksanakan dengan semangat oleh orang-orang muda yang berkarya melalui Hi Jakarta Production dengan dukungan Ciputra Artpreneur. Harapan untuk terus menghasilkan generasi pecinta kesenian dan pengembangan talenta muda yang akan menghasilkan seni pertunjukan yang berkualitas di Indonesia tidak putus dikobarkan.  

Kisah Chocolate Factory the Musical merupakan adaptasi dari kisah Charlie and the Chocolate Factory. Kisah ini sarat dengan pembelajaran akan karakter dan values dalam kehidupan. Kesederhanaan dan kejujuran Charlie membuatnya menang dari Augustus Gloop (si rakus), Veruca Salt (si manja), Violet Beauregarde (si yang tidak beradab), dan Mike Teavee (si pecandu layar). Walau demikian, Charlie lebih memilih untuk memulai mimpinya dengan membuka toko kecil daripada langsung mewarisi pabrik coklat milik Willy Wonka sang pembuat Sayembara Tiket Emas.

Kolaborasi antar semua cast dan ensembles, dengan juga dengan pemusik muda yang ditampilkan memerlukan manajemen profesonal. Dan sangat membanggakan bahwa dalam acara ini terlihat betapa seluruh acara ini ditangani dengan sangat baik oleh anak-anak muda yang penuh semangat.

Erico Felix dan tim Orchestra (dok pribadi)
Erico Felix dan tim Orchestra (dok pribadi)

Ada hal menarik yang dituliskan oleh Natal G. Adara, salah satu peserta ensemble dari Saint John’s School, dalam ucapan terima kasihnya di IG, “Thank you also for teaching us more about the real tiring entertainment world…” Dunia pertunjukan yang tampak gemerlap itu ternyata tetap membutuhkan kerja keras dan komitmen yang tinggi. Hanya minat tinggi atau passion yang akan terus mengasah dan mengarahkan mereka untuk menjadi semakin profesional di bidangnya. Menyadari hal ini sejak dini tentunya membangun ketangguhan tersendiri bagi generasi muda ini.

Calvin Lie, pemeran Charlie Bucket, ketika menjawab mengenai hal tersulit baginya dalam persiapan acara ini tanpa ragu menjawab, “Aksen!” Rupanya yang tersulit baginya adalah menguasai aksen Bahasa Inggris yang digunakan dalam Broadway Musical Theater ini. Mampu berbahasa Inggris, mampu menyanyi dan berseni peran masih harus ditambah lagi dengan penguasaan aksen bahasa yang sesuai.

Charlie dan pemusik (dok pribadi)
Charlie dan pemusik (dok pribadi)

Terlepas dari semua tantangan ini, mereka semua tampak penuh senyum dan kebanggaan menyambut orang tua, keluarga, teman dan guru yang ikut menonton pertunjukan tersebut. Akhirnya mereka berhasil menyelesaikan dengan indah hasil kerja keras mereka. Sebuah hasil yang membanggakan. Sebuah hasil yang meyakinkan akan terus bertumbuh dan berkembang seni pertunjukan yang berkualitas di Indonesia. Dari benih yang disemaikan, akan tumbuh tunas-tunas muda yang membanggakan. Selamat hari anak nasional!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun