Rekan satu sekolah Bening di Malang, Elfrado Dee merasa sangat seru bertemu teman-teman baru dengan pengalaman baru. Cello, panggilan Elfrado, sangat terkesan berkesempatan naik mobil VW terbuka berkeliling kabupaten Magelang. "Rasa cape, kurang tidur karena tugas membuat video, semua terhapuskan....seru!"
Guyuran hujan yang seringkali mengganggu jalannya acara tampaknya tidak mengurangi semangat para pemuda dan pemudi ini untuk terus mengikuti semua kegiatan dengan antusias.
Shiny Tanate yang berasal dari Jayapura, Papua, menggambarkan perasaan kagumnya belajar kebudayaan lain Indonesia, "Empat hari mengikuti KBA ini sangat luar biasa. Kita belajar hal baru, terutama buat saya dari Papua yang belum tahu budaya di sini. Kita bukan hanya belajar tapi juga langsung mencoba."
Shiny juga merasa bahwa perlu lebih banyak lagi teman-teman generasi muda yang bisa ikut acara serupa sehingga mampu membawa perspektif budaya lokal dalam kehidupan yang saat ini sangat didominasi kebudayaan modern.
Claudio, anak Toraja yang besar di Banten, awalnya merasa berat dengan acara daring pada tanggal 1,2,8 dan 9 Oktober 2022. Banyaknya tugas KBA yang bersamaan dengan kegiatan belajar di sekolah yang juga padat terasa membebani.Â
Ia berangkat ke Magelang untuk sesi luring 20 -23 Oktober 2022 dengan ekspektasi yang tidak tinggi. Ternyata kegiatan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk langsung praktek memberikan keseruan yang membangkitkan semangatnya. Ia jadi belajar banyak hal lain di luar minatnya yang besar pada fotografi, dan terutama menambah banyak teman dari berbagai penjuru tanah air.
Herdina, sebagai guru yang mengamati kegiatan yang berlangsung, mencatat bahwa dalam KBA ini siswa dan siswi yang hadir langsung praktek komunikasi dan kolaborasi. Mereka juga belajar berpikir kritis, terlihat terutama saat mereka harus membuat pertunjukan kelompok mereka dengan keterlibatan semua anggota kelompok.Â
Anak-anak muda ini saling mengajar, saling mengingatkan, dan setiap anak bisa mengembangkan kemampuannya yang menonjol untuk membantu kelompoknya.Â
Dina, demikian panggilan guru yang mengawal anak-anak dari Banten dan Jakarta dalam perjalanan ke Magelang dan kembali ke Jakarta, juga menyoroti bagaimana peserta KBA belajar untuk mengatur disiplin diri dan disiplin waktu dalam setiap kegiatannya.Â
Sebagai guru, Dina juga mendapatkan inspirasi-inspirasi untuk membuat kegiatan kebudayaan yang dikemas secara menarik sehingga membuat murid-murid antusias dan terlibat dengan aktif.