Mohon tunggu...
Retty Hakim
Retty Hakim Mohon Tunggu... Relawan - Senang belajar dan berbagi

Mulai menulis untuk portal jurnalisme warga sejak tahun 2007, bentuk partisipasi sebagai warga global.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ajari Mereka Berkomunikasi, Bukan Berperang

28 Maret 2022   11:15 Diperbarui: 28 Maret 2022   12:31 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presentasi menarik siswa-siswi dari Colegio del Sagrado Corazon de Jesus, Filipina (dok: gmeet capture)

Pendidikan dalam era globalisasi ini seharusnya menjadi bibit untuk menumbuhkan komunikasi yang lebih baik antar negara. Orang muda hari ini adalah pemimpin dunia di masa mendatang. Guru-guru Obama mungkin tidak pernah bermimpi bahwa suatu hari murid tersebut akan menjadi Presiden Amerika.

Obama tumbuh sebagai anak yang tumbuh dalam percampuran budaya, dan hal itu ikut membentuk dirinya. Tapi, orang tidak harus selalu lahir atau dibesarkan dalam keluarga silang budaya untuk bisa menghargai budaya lain, dan untuk mampu berkomunikasi dengan pikiran terbuka dan saling menghargai.

Tahun lalu, pelajar dari Indonesia (Saint John's Junior High School) sudah bertemu dengan pelajar dari Filipina (Colegio del Sagrado Corazon de Jesus) dan Thailand (St. Theresa International College). Mereka saling berbagi budaya melalui kolaborasi antar sekolah "Sharing Cultures during the Pandemic". 

Presentasi menarik siswa-siswi dari Colegio del Sagrado Corazon de Jesus, Filipina (dok: gmeet capture)
Presentasi menarik siswa-siswi dari Colegio del Sagrado Corazon de Jesus, Filipina (dok: gmeet capture)

Tahun ini, kolaborasi tersebut diperluas dengan mengundang pelajar dari USA. Perbedaan waktu yang ada karena perbedaan benua tidak menjadi masalah. Pelajar dari Amerika dengan senang hati menjadwalkan malam mereka untuk berjumpa dengan teman-teman baru dari Asia. Ya, hari Jumat, tanggal 25 Maret 2022, pukul 07.30 WIB di benua Asia, berarti masih hari Kamis, tanggal 24 Maret 2022, pukul 19.30 di benua Amerika. 

Thailand sebagai Land of Smiles diperkenalkan oleh murid-murid dari St. Theresa International College, Thailand (dok: gmeet capture)
Thailand sebagai Land of Smiles diperkenalkan oleh murid-murid dari St. Theresa International College, Thailand (dok: gmeet capture)

Mengingat ada kemungkinan mereka akan bertemu kembali dengan beberapa murid yang tahun lalu juga ikut mendengarkan presentasi mereka, maka pembawa materi dari Indonesia, Filipina dan Thailand tahun ini mencoba memberikan presentasi yang lebih menarik lagi. Dari Amerika ada dua pembawa materi.

Yang pertama mempresentasikan USA secara global (Williston Middle School - North Dakota), dan yang kedua adalah presentasi mengenai Komunitas Suku Indian Navajo (Sanders Middle School - Arizona). Sungguh menarik melihat bagaimana mereka mencoba membagikan budaya mereka dan juga dengan bangga memperkenalkan bahasa mereka pada teman-teman baru mereka yang berasal dari berbagai bangsa. Mungkin untuk pertama kalinya murid-murid dari Indonesia mendengar perkataan dalam bahasa Indian. 

Keberagaman USA ditampilkan oleh tim dari Williston Middle School - North Dakota, USA (dok: gmeet capture)
Keberagaman USA ditampilkan oleh tim dari Williston Middle School - North Dakota, USA (dok: gmeet capture)

Kebudayaan Indian Navajo diperkenalkan oleh seorang murid dari Sanders Middle School -Arizona, USA (dok: gmeet capture)
Kebudayaan Indian Navajo diperkenalkan oleh seorang murid dari Sanders Middle School -Arizona, USA (dok: gmeet capture)
Menyatukan kaum muda ini untuk bersama-sama berbagi kekayaan budaya masing-masing merupakan langkah penanaman benih bagi percakapan global di kemudian hari. Hari ini mereka mulai belajar menumbuhkan bibit komunikasi di antara mereka. Semoga dengan kemampuan berkomunikasi yang efektif, mereka pada masanya akan mampu berkomunikasi dengan efektif penuh diplomasi, bukan justru memunculkan perang.

Kaum muda ini butuh belajar untuk mampu mengkomunikasikan diri mereka sendiri, kemudian mampu menerima pandangan dan pendapat orang lain. Belajar mengenali budaya orang lain adalah langkah pertama mereka untuk bisa saling mengerti dengan lebih baik lagi. 

Presentasi anak SMP ini masih menggunakan penggalan video dari youtube untuk membuat presentasi mereka lebih hidup (dok: gmeet capture)  
Presentasi anak SMP ini masih menggunakan penggalan video dari youtube untuk membuat presentasi mereka lebih hidup (dok: gmeet capture)  
Program antar budaya yang sangat menarik ini merupakan kesempatan mereka untuk lebih mengenali budaya mereka sendiri. Hal ini terjadi dalam persiapan presentasi tim mereka. Saat mereka mencoba menggali kebudayaan dan kearifan lokal yang ingin mereka bagikan ke luar. Momen ini juga merupakan saat yang membanggakan ketika mereka menjadi perwakilan negara mereka mempresentasikan negaranya pada teman-teman dan guru-guru yang berada di seberang samudra, bahkan melintasi benua.

Semoga benih komunikasi yang disebar bisa terus bertumbuh untuk kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun