Belum lama ini, mengikuti virtual tour Kawasan Borobudur (ringkasannya dikisahkan Kompasianer Vika Kurniawati) membuat saya menyadari betapa Borobudur merupakan kekayaan milik masyarakat. Mengunjungi Borobudur tidak hanya sekedar mengunjungi candi dari masa lalu. Borobudur adalah milik masyarakat, bahkan dalam konteks kekinian sudah menjadi pusaka Indonesia yang menarik perhatian dunia. Menurut catatan Kompas, orang-orang penting yang mengunjungi dan terpukau pada Borobudur sangat beragam, dari Rabindranath Tagore, Che Guevara, Dalai Lama, hingga Barack Obama. Semua terpukau pada Borobudur!
Banyak hal di luar restorasi candi maupun dokumentasi sejarah yang menjadi bagian dari geliat Borobudur. Hal ini baru saya sadari ketika mengikuti virtual tour yang didukung oleh UNESCO, Citi Foundation, @KitaMudaKreatif, serta banyak pihak yang ingin menjawab tantangan Borobudur. Mengunjungi Borobudur adalah mengunjungi kehidupan di sekitarnya. Mengunjungi Borobudur juga bagaikan membuka perpustakaan sumber inspirasi.
Perjalanan musisi-musisi Indonesia dalam menggaungkan kembali suara Borobudur sebagai sebuah panggilan bagi generasi muda Indonesia, seperti kata Trie Utami, "Mereka harus menjadi putra-putri Pertiwi yang bermartabat, tangguh, cerdas, analitis, kritis, produktif, unggul, berkepribadian dan karya-karyanya diakui oleh dunia." (selengkapnya baca di sini). Trie Utami, Dewa Budjana, Purwa Tjaraka dan teman-temannya sudah mencoba menjawab panggilan itu. Semoga gaung Sound of Borobudur akan terus bergulir, melintasi roda waktu, melintasi pulau dan lautan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H