Mohon tunggu...
Retty Hakim
Retty Hakim Mohon Tunggu... Relawan - Senang belajar dan berbagi

Mulai menulis untuk portal jurnalisme warga sejak tahun 2007, bentuk partisipasi sebagai warga global.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengembangkan Talenta Muda Tanpa Pilih Kasih

27 Juni 2020   23:02 Diperbarui: 27 Juni 2020   23:21 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Michael Anthony membawakan Rapsodia Nusantara no.5 (Makassar) dalam Tribute to BJ Habibie (foto: screenshot Youtube Budaya Saya)

Dalam konser daring "Tribute to BJ Habibie", ada satu penampilan yang sangat memukau saya. Itulah penampilan Michael Anthony membawakan Rapsodie Nusantara no.5 karya Ananda Sukarlan. Permainan musik klasik yang menghadirkan nada-nada lagu Anging Mamiri dan Marencong-rencong menggelitik memori personal saya akan tanah kelahiran saya, Makassar.

Bisa jadi ikatan pribadi itu yang menggugah saya, tapi bisa juga aura konser Tribute to BJ Habibie ikut mempengaruhi permainan jemari Michael Anthony di atas tuts piano di hadapannya. Penampilannya malam itu, bahkan terasa jauh lebih mengesankan daripada penampilannya di Makassar membawakan lagu yang sama (hasil mengintip YouTube). Keheningan konser tanpa penonton ini bisa jadi juga membuat saya fokus hanya pada alunan musik yang terdengar.

Menurut Ananda Sukarlan, "Bermain untuk penonton daring lebih berat daripada bermain dalam konser biasa. Nggak ada feedback dari penonton, sehingga adrenalin harus dipacu sendiri." Apalagi bermain secara live streaming. Tidak boleh ada kesalahan, karena semuanya seperti konser yang berlangsung di depan penonton.

Sebagai pencinta musik klasik yang tidak bisa bermain piano, saya sangat penasaran bagaimana seorang Michael Anthony, pianis muda dengan disabilitas penglihatan sejak lahir, yang disertai spektrum autisme, mampu memainkan aransemen lagu yang bagi orang awam seperti saya sangat rumit.

Kenapa pula seorang maestro seperti Ananda Sukarlan mau berbagi panggung dengan Michael? "Michael Anthony memiliki kemampuan yang satu juta orang lainnya ga punya," jawab Ananda Sukarlan. Kemampuan memori auditori Michael Anthony yang membuatnya mampu memainkan berbagai partitur musik klasik tanpa kemampuan membaca partitur.

Menurut Christie, kakak Michael, adiknya sangat bangga bisa bermain dalam konser di rumah almarhum Presiden ke-3 Republik Indonesia itu. Ia bolak balik bercerita, "Hari ini main di tempat Pak Habibie."

Michael Anthony bersama Ananda Sukarlan dan pengisi acara lainnya dan tuan rumah, Ilham Habibie (foto: istimewa)
Michael Anthony bersama Ananda Sukarlan dan pengisi acara lainnya dan tuan rumah, Ilham Habibie (foto: istimewa)

Michael yang sekarang berusia 17 tahun, pertama kali dikenali bakatnya saat ia berusia dua tahun oleh sang Ibu. Saat itu ibunya tercengang mendapati Michael menirukan lagu penjual es krim keliling di piano. 

Sejak saat itu, ia berlatih piano. Ibunya juga berbekal dengan rekaman kumpulan lagu-lagu klasik yang berguna untuk menenangkan Michael. Bagian informasi ini saya peroleh dari YouTube acara Indonesia Got Talents tahun 2014 (IGT). Rupanya saat itu, Michael pernah mengikuti audisi IGT dan membuat keempat juri tercengang dengan kemampuannya.

Lagu kesukaan Michael Anthony adalah Appassionata dari Beethoven. Jaya Suprana dari Jaya Suprana Music School sempat kaget ketika mengetahui bahwa dentingan piano yang memainkan lagu Appasionata, yang menurutnya adalah mahakarya yang rumit dan amat sulit, dimainkan oleh seorang anak yang kala itu berusia 8 tahun dengan disabilitas netra. Ia terpana mengetahui bahwa anak ini bisa memainkan komposisi tersebut hanya dari mendengarkan.

Pasti masih banyak kisah Michael Anthony, tidak heran kalau Ananda Sukarlan berani mengajaknya tampil dalam konser Tribute to BJ Habibie. Ananda Sukarlan pertama kali terpesona pada permainan piano Michael ketika ia mengikuti Ananda Sukarlan Award di tahun 2013. Saat itu Michael berada di peringkat sembilan. Bukan hal yang mudah untuk mencapai posisi itu di antara 80 hingga 100 orang pianis muda yang berkompetisi.

Rupanya Michael Anthony sangat tertarik pada karya Rapsodia Nusantara, serta berkeinginan untuk bisa memainkan semua komposisi Rapsodia Nusantara. Tatkala Ananda Sukarlan mendengar Michael Anthony memainkan dua komposisi Rapsodia Nusantara, ia melihat perkembangan yang sangat signifikan sejak perjumpaan mereka dalam Ananda Sukarlan Award.

Dalam acara ulang tahun Ananda Sukarlan di tahun 2018, Michael Anthony diundang untuk mengisi acara. Sejak saat itu, tampaknya Ananda Sukarlan secara teratur mengajak Michael ikut konser bersamanya. Februari 2020 kemarin, dalam Konser Pertama Tur Nasional Rapsodia Nusantara di Makassar, Michael Anthony memainkan melodi Rapsodia Nusantara no 1 (Betawi), Rapsodia Nusantara no 5 (Makassar) serta Two Preludes of Sergei Rachmaninov. 

Ananda Sukarlan bersama Michael Anthony dan seorang pemusik lainnya di Makassar (foto: istimewa)
Ananda Sukarlan bersama Michael Anthony dan seorang pemusik lainnya di Makassar (foto: istimewa)

Bicara Rapsodia Nusantara bagi Ananda Sukarlan selalu mengingatkannya akan BJ Habibie. "Beliau yang menginspirasi saya untuk membuat Rapsodia Nusantara." Ia juga mengingat pesan Habibie agar seperti pembuat pesawat terbang menginginkan pilot terbaik untuk menerbangkan pesawatnya, demikian juga untuk komposisi lagunya. "Ajak para musikus terbaik untuk main, kalau bisa yang muda," kata Ananda mengulang pesan Habibie.

Menurut Ananda Sukarlan, difabilitas bukan alasan untuk tidak berusaha menjadi yang terbaik. Karena itu ia senantiasa menganjurkan Michael untuk mendengarkan lebih dari satu pianis yang memainkan Rapsodia yang sama. "Michael tidak boleh terpaku pada interpretasi sang pianis, walaupun itu saya sendiri." Kemampuan auditorial dan teknik Michael yang sangat luar biasa, menurut sang maestro masih perlu disempurnakan dengan kemampuan memetakan bentuk dan struktur musik.

"Ada pianis-pianis yang sangat bagus dan memasukkan identitas artistik mereka yang kuat kalau memainkan musik saya, seperti Anthony Hartono dan Dr. Edith Widayani. Saya minta Michael juga mendengarkan permainan mereka," jelas pianis yang oleh harian Sydney Morning Herald diakui sebagai salah satu pianis dunia terkemuka yang berada di garis depan dalam memperjuangkan musik piano yang baru.

Seperti dikatakan Ananda Sukarlan, Michael Anthony punya satu anugerah yang satu juta orang lain tidak punya. Tetapi, bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) secara fisik yang mungkin hanya bisa memainkan piano dengan 1 tangan, atau dengan beberapa jari saja, Ananda Sukarlan mau membagikan suatu program musik piano yang dibuatnya untuk suatu yayasan di Spanyol sejak tahun 2006.

"Musik untuk ABK itu nilai artistiknya tidak boleh lebih rendah daripada musik untuk non-ABK," jelas Ananda. "Kalau pendengar menutup mata, mereka tidak boleh menyadari bahwa musik itu hanya terbatas dimainkan oleh bebarapa jari, atau satu tangan saja. Musiknya harus tetap ekspresif, indah, seperti musik piano pada umumnya,"ujarnya menjelaskan pengertian nilai artistik tersebut. "Untuk itu perlu ada komponis yang membuatkan lagu untuk mereka,"lanjutnya.

Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru (PPMB), dari Direktorat Jenderal Kebudayaan RI mendukung usaha tersebut dengan meminta Ananda Sukarlan membuat  video tentang disabilitas dalam musik. Video yang rencananya berdurasi 40 sampai 50 menit itu akan diluncurkan di akun YouTube Budaya Saya dari Dirjen Kebudayaan pada hari Rabu, 1 Juli 2020 mendatang.

Untuk bisa menjadi yang terbaik, memang perlu kerja keras. Ananda Sukarlan mengagumi kesabaran dan kepiawaian guru-guru piano Michael Anthony dalam memoles talentanya. Ia berharap bahwa ABK dengan disabilitas fisik juga bisa berjuang untuk menjadi musikus. Anugerah diberikan kepada semua orang walaupun dalam bentuk berbeda-beda. Semakin banyak orang peduli dan ikut membantu, semakin terbukalah jalan mereka untuk mengembangkan talentanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun