Tantangan Literasi di Era Digital

Bagaimana menikmati sebuah cerita melalui kegiatan mendongeng, dan bagaimana membangun rasa ingin tahu anak untuk melanjutkan membaca sendiri akhir dongeng bisa menjadi langkah awal membangun kemampuan literasi mereka.

Generasi muda yang sejak lahir sudah terpapar kemajuan teknologi lebih mengandalkan kecepatan mencari mesin pencari di internet, tanpa memikirkan fakta dan kebenaran dari sumber berita yang dibacanya.

Keterbatasan tempat penyimpanan, dan pergeseran minat membaca dari buku fisik ke bacaan daring yang praktis untuk dibawa kemana saja, memang menjadi pendorong bagi pustakawan untuk melirik kehadiran e-library. 

Salam literasi dari pembicara dan tuan rumah (foto: Retty)

Petrus Sarjito dari Gramedia Digital Nusantara kemudian memperkenalkan sistem pelayanan perpustakaan digital yang mereka kelola. Satu hal yang menyenangkan bagi kebanyakan pustakawan yang hadir adalah kemudahan untuk mengelola waktu peminjaman. Dengan kehadiran e-library, pustakawan tidak perlu khawatir buku kembali dalam kondisi rusak, ataupun kemungkinan buku tidak kembali. Yang terpenting bagi mereka adalah tersedianya beragam bacaan yang sesuai dengan kebutuhan pembaca perpustakaan di instansi tempat mereka bekerja.

Tantangan literasi di era digital merupakan tantangan bagi orang tua, pendidik, komunitas, warga Negara dan Pemerintah agar bisa menghasilkan generasi muda Indonesia yang berkualitas dan mampu menghadapi transformasi yang begitu cepat di dunia dengan ketangguhan dan kemampuan untuk terus bertumbuh dan mengembangkan dirinya sebagai bagian dari anggota masyarakat.