Berkembangnya olah raga anggar di Indonesia tidak lepas dari para pemain dan pelatih yang merintis perkembangannya di Indonesia. Awalnya para pemain dan pelatih banyak berasal dari kalangan militer. Salah satu nama dari pemain yang kemudian juga menjadi pelatih anggar adalah Agam Soeratman. Ia menjadi salah satu pioneer anggar di Indonesia.
[caption id="attachment_405921" align="aligncenter" width="312" caption="Agam Soeratman, pendekar dan pelatih anggar perdana Indonesia (sumber foto: koleksi Vic Suratman)"][/caption]
Pada tahun 1931 hingga tahun 1933 Agam Soeratman mendapatkan pendidikan Maitre d’Armes, di Bandung, untuk menjadi guru anggar. Ia kemudian banyak membagikan ilmunya ke pada murid-muridnya di berbagai tempat di Indonesia, seperti di Magelang, Jogjakarta, dan Makassar.
[caption id="attachment_405922" align="aligncenter" width="300" caption="Pemain berbakat dari Indonesia, berpose di Malang tahun 1931 bersama pemain anggar Belanda (sumber foto: koleksi Vic Suratman)"]
Menurut Vic Suratman, putra Agam Soeratman yang juga pernah menjuarai berbagai kejuaraan anggar, ayahnya bahkan pernah terpilih sebagai satu-satunya pribumi yang diajak mewakili Netherland Indie untuk mengikuti Kompetisi Anggar di Olimpiade ke-12. Sayang sekali karena pecahnya Perang Dunia ke-2, maka Olimpiade ke-12 dan ke-13 ditiadakan, dan beliau tidak jadi mengikuti pertandingan tersebut.
Perkenalan Agam Soeratman dengan olah raga Anggar berawal dari pekerjaannya sebagai bagian dari Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) pada masa itu. Berbagai piala juga diperolehnya dari beragam pertandingan Hoofdklasse bagi guru-guru anggar. “Bahkan keberaniannya untuk menyelamatkan nyawa seorang perempuan yang terancam dibunuh oleh suaminya yang sedang terkena amok membuatnya mendapatkan bintang van Oranje Nassau,”demikian kenang Vic Suratman.
[caption id="attachment_405923" align="aligncenter" width="300" caption="Kenangan dari PON II di Jakarta tahun 1951 (sumber foto: koleksi Vic Suratman)"]
Agam, sesuai namanya, dilahirkan di Agam, Banda Aceh pada tahun 1901. Dibesarkan di Aceh sebelum akhirnya pindah ke Magelang di pulau Jawa. Di Magelang ia kemudian masuk menjadi anggota KNIL dan kemudian menjadi bagian dari tentara Indonesia.
[caption id="attachment_405924" align="aligncenter" width="690" caption="Agam (jongkok) menerangkan teknik anggar dalam latihan di Bandung, bersama pelatih Indonesia lainnya; Suparman dan Mangantung (sumber foto: koleksi Vic Suratman)"]
Setelah mengenal anggar, maka hidupnya terfokus pada anggar. Semasa menjadi anggota militer maupun setelah pensiun, kehidupannya tidak pernah jauh dari melatih anggar.
Selain perolehan piala dan medali bagi dirinya pribadi, Agam membantu murid-muridnya untuk berkembang dan memiliki mental juara. Empat dari murid-muridnya yang sempat menonjol dalam prestasi tidak lain adalah anaknya sendiri; Vic, Tic, John, dan Norman.