Mohon tunggu...
Retty Hakim
Retty Hakim Mohon Tunggu... Relawan - Senang belajar dan berbagi

Mulai menulis untuk portal jurnalisme warga sejak tahun 2007, bentuk partisipasi sebagai warga global.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dicari: Guru yang Membuat Anak Didik Jatuh Cinta

8 Agustus 2014   15:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:04 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ginanjar Hambali dalam tulisannya "Sertifikasi Bukan Sihir" menjelaskan dengan gamblang bahwa:

"Guru yang sudah mengikuti sertifikasi berhak mendapatkan sertifikat sebagai guru profesional. Bukan itu yang penting. Hal yang penting adalah sertifikasi berarti tambahan penghasilan satu kali gaji pokok bagi pegawai negeri dan Rp. 500.000,- bagi guru swasta." (buku Oase Pendidikan di Indonesia halaman  180 -181)

Kenyataan di lapangan saat ini, karena adanya Kurikulum 2013 yang meniadakan mata pelajaran Teknologi dan Informasi dan Komunikasi (TIK) maka seorang guru TIK bisa ditolak untuk diakui sebagai pengajar profesional melalui sertifikasi karena mata pelajaran tersebut kini dianggap sebagai muatan lokal sekolah. Dan hal ini tidak hanya berlaku untuk satu mata pelajaran, seperti dibahas oleh Cauchy Mustopo dalam postingan "Kurikulum 2013, Nasib Ribuan Guru Bersertifikasi di Ujung Tanduk?" di dalam blognya.

Jadi, sebenarnya masalah sertifikasi ini tidak adil bila dikatakan untuk menjadikan guru profesional, karena untuk sebagian orang, jalan untuk diakui sebagai guru profesional tidak akan dibukakan.

Bagaimanapun, guru adalah ujung tombak pendidikan. Sebagus apapun kurikulum dibuat, selengkap apapun fasilitas penunjang belajar yang disediakan bila tidak ada guru yang handal untuk berbagi ilmu, maka pendidikan di Indonesia tetap akan berkubang dalam kubangan pesisime. Guru yang memiliki kompetensi mengajar dan berkomitmen tinggi merupakan kebutuhan utama untuk bisa bangkit.

Menurut Dr. Zaim Uchrowi dalam Kata Pengantar di buku Oase Pendidikan di Indonesia, guru yang namanya tak terlupakan adalah guru yang memberikan hati pada anak-anak didiknya. Sementara Prof. Dr. Anita Lie, Ed.D dalam Prolognya di buku yang sama, mengatakan bahwa guru yang baik adalah yang mampu membuat peserta didik jatuh cinta. Jatuh cinta pada dirinya sendiri, pada hidup, dan pada materi pembelajaran yang diajarkan.  Penting untuk mencintai diri sendiri sebelum mampu berbagi ke luar. Penting pula untuk mencintai kehidupan, sehingga dimampukan memandang dunia dengan penuh harapan dan cita-cita. Jadi, perlu kiranya kita mencari guru (atau dibaca oleh para guru: menjadi guru) yang mampu membuat anak didiknya jatuh cinta!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun