Mohon tunggu...
Retta Gian Alzena
Retta Gian Alzena Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Siswa NF

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menelusuri Keunikan Prosesi Pemakaman Suku Toraja

1 Agustus 2024   09:05 Diperbarui: 2 Agustus 2024   16:52 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Warisan budaya Indonesia tidak akan pernah luput dari esensi sebuah keberagaman. Berbagai macam budaya yang lahir diungkapkan sebagai simbol kebebasan berekspresi. Kebudayaan terbentuk secara turun-temurun dan menghasilkan norma yang mampu menjadikan ciri khas bagi rakyat Indonesia. 

Dalam rangka memperkuat pengetahuan dan rasa nasionalisme, seseorang dapat mengenali bagaimana keunikan dari tiap warisan tersebut, salah satunya yang dimiliki oleh Suku Toraja melalui ciri khas pada proses pemakamannya.

Suku Toraja yang berasal dari Sulawesi Selatan ini memiliki ritual prosesi pemakaman yang dinamakan dengan Upacara Rambu Solo. Rambu Solo berarti sinar yang arahnya ke bawah, karena dilaksanakan ketika menjelang terbenamnya matahari. Mereka memindahkan jenazah dari tongkonan ke kuburan berupa gua di tebing batu sebagai bentuk penyempurnaan kematian seseorang. 

Jika seluruh proses upacara Rambu Solo belum terpenuhi, orang tersebut masih diperlakukan layaknya orang sakit yang harus diberikan makan, minum, dan dibaringkan di tempat tidur.

Upacara kematian ini disebut dengan Rante yang terdiri dari beberapa bagian. Mulai dari proses Ma'Tudan Mebalun atau proses pemakaian kain kafan oleh petugas khusus. 

Selanjutnya adalah Ma'roto atau proses menghias peti jenazah, Ma'Popengkalo alang proses penurunan jenazah ke lumbung, dan Ma'Palao, yaitu pengantaran jenazah dari area rumah Tongkonan ke kompleks pemakaman yang disebut Lakkian. Tradisi ini mencerminkan sikap gotong royong karena masyarakat yang di sekitar ikut membantu melaksanakan rangkaian upacara adat ini.

Selain mengandung nilai gotong royong, proses Upacara Rambu Solo juga mengandung nilai kebaikan karena terdapat tradisi kurban. Tradisi Kurban ini diberikan kepada masyarakat melalui kerbau yang disiapkan oleh keluarga sebagai bentuk ungkapan belasungkawa. Tiap anak kandung dari jenazah akan berlomba-lomba untuk memberikan hewan yang paling banyak, sebagai bentuk baktinya kepada orang tua. Hal tersebut dipercayai akan meninggikan derajat mayat tersebut di alam nirwana.

Meskipun secara garis besar Upacara Rambu Solo memuat prosesi pemakaman, namun rangkaian upacara tersebut juga mengandung unsur kesenian yang ditunjukkan setelah menyelesaikan prosesi Upacara Rambu Solo. Tradisi kesenian yang dimaksud dapat berupa pertunjukkan musik dan tarian adat yang dilaksanakan di lapangan tengah kompleks rumah adat Tongkonan. 

Selain itu, karena rangkaian upacara ini memerlukan waktu yang cukup lama, para keluarga ingin memberikan yang terbaik sebagai balasan semasa hidupnya. Acara ini memerlukan waktu 3-7 hari termasuk pertunjukkan kesenian ini.

Tradisi pemakaman ini tidak wajib bagi Suku Toraja. Meskipun begitu, mereka percaya akan adanya risiko kemalangan yang terjadi kepada keluarga yang ditinggalkan jika tidak melakukan prosesi Upacara Adat Rambu Solo. Bagi masyarakat Suku Toraja, momen tersebut sangat berharga baik secara individu maupun sosial. Sehingga walaupun tidak wajib dilaksanakan, mereka tetap berusaha menggelar upacara adat hingga saat ini.

Melalui upacara Rambu Solo Suku Toraja, kita dapat melihat bagaimana keindahan dan keunikan dari budaya yang dimiliki Indonesia. Setiap rangkaian adat memiliki maknanya tersendiri. Prosesi pemakaman yang dilakukan Suku Toraja mencerminkan nilai ketuhanan yang tertanam dalam jiwa masing-masing individu. 

Pada rangkaian tersebut kita juga mengetahui moral yang terkandung dalam setiap prosesi, seperti halnya unsur keberagaman, gotong royong, kebaikan, kebersamaan, dan rasa berbakti kepada orang tua. 

Terlebih lagi terdapat hiburan dari pertunjukkan kesenian yang menjadi simbol kreativitas bangsa. Hal itu juga menyadarkan kita tentang pentingnya budaya sebagai identitas yang mampu mendorong perekonomian dengan mempromosikan budaya kita ke berbagai mancanegara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun