Mohon tunggu...
Nursuhadi  Bodong Widyasuhadi
Nursuhadi Bodong Widyasuhadi Mohon Tunggu... lainnya -

...Kalah Pilurdes Desa Sriharjo yang ke-3 tahun 2013....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keharmonisan Rumah Tangganya Itu Hanya Semu!

22 Maret 2010   03:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:16 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siapa menyangka........

Siapa Mengira.......

Dibalik keharmonisan rumah tangganya itu, secara lahiriah tak ada cacat dan celanya. Orang-orang disekitarnya akan mengatakan begitu, harta tercukupi, anak-anaknya adalah anak-anak penurut dan menghormati orangtuanya, dan pasangan itu adalah orang berpangkat diwilayahnya.

Dengan melihat itu semua orang akan mengacungkan jempol dan mengucapkan "hebat" kepada pasangan itu. Tetapi untuk penulis pribadi, yang dilakukan adalah mengacungkan "jempol" juga, hanya saja acungan jempol tersebut untuk bu Prita (disamarkan!) yang telah menunjukan kehebatanya sebagai aktris dalam drama rumah tangganya. Kehebatan itu telah dibuktikan sampai detik ini, dan para penonton tidak tahu, bahwa yang sebenarnya adalah kebalikan dari lakon yang sebenarnya.

Bu Prita telah berhasil memerankan figur ibu rumah tangga yang kuat, tidak tergoyahkan oleh godaan kehidupan, bijaksana dalam menanggapi masalah yang dihadapi keluarganya, baik godaan sebagai seorang ibu rumah tangga, atau goncangan dari pasangan hidupnya yang menginginkan kehidupan modern. Semuanya diatasi dengan baik, dan semua itu memang bu Prita tunjukan bentuk tanggung jawabnya itu. Terbukti, anak-anaknya dibina dengan penuh kearifan, sehingga masuk akal seandainya anak-anak bu Prita berprestasi disekolahnya. Juga meladeni dan melayani suaminya sesuai dengan tuntutan sebagai seorang isteri.

Tetapi, semua itu adalah keahlian dari bu Prita menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. Bu prita sebenarnya tidak dapat menerima pasangan hidupnya -karena bu Prita hanya memiliki satu cinta, dan cinta itu untuk seseorang yang jauh dari gapaianya- secara batiniah, artinya suaminya boleh memiliki raganya, tetapi jiwanya adalah untuk orang yang pernah dan singgah dihatinya, dulu! namun begitu, bu Prita masih menunjukan besarnya tanggung jawab sebagai seorang isteri yang patuh dan hormat kepada suami, karena prinsip bu Prita mengabdi dan melayani suami adalah suatu ibadah, dan itu diyakini sekali oleh bu Prita sebagai usaha mendapat ridhlo dari Allah SWT sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

Sebenarnya, bu Prita masih terobsesi dengan masalalunya yang membuatnya tak dapat untuk menghapusnya dari kenanganya, jangankan menghapus melupakan saja bu Prita tak dapat melakukanya. 'Seseorang' yang telah mengisi hatinya tersebut pernah hilang kontak hampir belasan tahun, tetapi sekarang kontak itu kembali, dan kehadiranya memang tidak bermaksud merusak rumah tangganya. Dari cerita bu Prita, masalalunya hadir dalam hidupnya yang sekarang memang untuk mendampinginya menjalani kehidupanya, karena bu Prita mengerti, hanya masalalunya ini yang dapat memahami dan mengerti perasaanya, bahkan dalam keadaan yang sudah saling membina rumah tangga pasangan masalalunya datang dengan wawasan dan pandangan yang arif dan bijaksana, bahkan seolah dia tidak ada rasa menyesal, atau sakit hati dengan yang telah bu Prita jalani. Tetap saja seperti yang dulu ketika keduanya belum membina rumah tangga, yang bu Prita kagumi dari masalalunya ini adalah ketegaran dan kesabaranya dan itu sangat membantunya.

Kehadiran masalalu bu Prita ini, sampai saat ini sangat berarti baginya. Sebagai semangat untuk menjalani kenyataan hidup yang dia jalani. Bu Prita mempercayai masalalunya adalah pahlawan hidupnya, Saran-saran yang diberikan memang hebat, masalalunya menginginkan kehadiranya jangan sampai merusak hubungan rumah tangganya, dan juga menyarankan jangan sampai mengurangi tanggung jawabnya sebagai isteri dalam melayani dan mengabdi kepada suami.

Dalam hal ini bu Prita goyah, artinya sebagai seorang yang memiliki masalalu tersebut tentunya ingin terjadi penyatuan jiwa dan raga. Dan do'a bu Prita dalam sebuah penggalan puisinya mengharapkan, suatu saat nanti seandainya kereta senja telah tiba, masalalunya itu diharapkan menjemputnya di stasiun yang kedua. Dan masalalunya menyetujui tentunya dngan izin allah swt. Insya Allah.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun