Mohon tunggu...
Retno Wahida Asti
Retno Wahida Asti Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Hanya untuk kepentingan tugas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Mengapa Semakin Sedikit yang Menikah?" Memahami Tren Penurunan Pernikahan di Indonesia

30 November 2024   20:25 Diperbarui: 30 November 2024   20:25 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam angka pernikahan. Fenomena ini memunculkan pertanyaan penting: mengapa semakin sedikit orang yang memutuskan untuk tidak menikah? 

Masyarakat yang sebelumnya memandang pernikahan sebagai bagian penting dari kehidupan mulai berubah dan menganggap bahwa menikah sudah tidak lagi relevan. Tren ini menunjukkan adanya perubahan yang mendalam, baik dari segi budaya, ekonomi, maupun sosial.

Penurunan angka pernikahan di Indonesia melibatkan perubahan pandangan generasi muda terhadap pernikahan. Generasi muda saat ini lebih mempertimbangkan stabilitas keuangan, pencapaian karier, serta kebebasan pribadi sebelum memutuskan untuk menikah. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah individu yang memilih menunda pernikahan atau bahkan menghindarinya sama sekali.

Pernikahan mulai dianggap tidak relevan oleh sebagian orang di zaman sekarang karena saat ini tujuan hidup lebih menekankan pada kebebasan dan pengembangan diri. Banyak yang merasa bahwa menikah bisa menjadi hambatan untuk mengejar impian pribadi, karier, atau gaya hidup tertentu yang mereka anggap lebih bermakna.

Biaya pernikahan, biaya hidup, dan pengeluaran untuk membangun keluarga kian tinggi di era modern ini. Kondisi ini membuat banyak orang memilih untuk hidup mandiri atau dalam hubungan tanpa harus menikah. Biaya yang besar untuk menikah dan menjalani rumah tangga mendorong sebagian orang untuk memilih hidup tanpa ikatan formal.

Selain itu generasi muda saat ini lebih kritis terhadap pernikahan, yang dianggap tidak lagi menjamin kebahagiaan atau stabilitas jangka panjang. Banyak yang melihat bahwa pernikahan tidak selalu sejalan dengan kebahagiaan. Pandangan ini didukung oleh meningkatnya angka perceraian, yang memperlihatkan bahwa pernikahan tidak selalu menjadi jaminan bagi hubungan yang sukses.

Hal ini didukung berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), baik angka pernikahan dan perceraian di Indonesia dari 2021 hingga 2022 mengalami peningkatan. Dari data tersebut, bisa ditaksir, terjadi satu perceraian dalam setiap lima pernikahan. Di Indonesia, dengan penurunan jumlah pernikahan yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam beberapa tahun terakhir. Banyak generasi muda yang menunda pernikahan hingga usia 30-an.

Kesimpulannya, pernikahan mulai dianggap tidak relevan oleh sebagian orang karena perubahan dalam pola hidup, nilai-nilai pribadi, dan tantangan-tantangan baru di zaman sekarang. Bagi sebagian besar generasi muda, pernikahan bukan lagi satu-satunya jalan untuk mencapai kebahagiaan atau status sosial yang diinginkan, melainkan hanya salah satu pilihan dari berbagai alternatif hubungan yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun