Siang itu saya dihadapkan pada klien seorang mahasiswa semester 12 yang tampak lesu dan tidak bersemangat.  Momen bahagia  dapat diterima di kampus idaman masih melekat erat dalam memorinya.  Teringat perjuangan yang telah dilalui beberapa tahun silam saat masih kelas 3 SMA.  Lewat jalur SNMPTN ia dapat menembus jurusan dan kampus  yang yang didambakan.Â
Semester demi semester dilalui dengan suka cita hingga sampai pada penyelesaian Tugas Akhir / Skripsi. Nilai IPK yang didapatkannya pun tergolong lumayan meski terkendala dengan pengerjaan skripsi yang lambat  dan  tidak kunjung usai yang membuatnya takut apabila sampai mengalami drop out.
Tanpa disadari satu persatu teman kuliahnya sudah lulus dan wisuda bahkan ada beberapa yang sudah bekerja atau melanjutkan sekolah S2. Â Kondisi ini membuatnya merasa tertinggal, merasa gagal dan tidak mampu untuk menyelesaikan tugas akhirnya.Â
Menurut penuturan ibunya  yang saat itu ikut mendampingi selama proses pemeriksaan, persoalan anaknya ini berawal saat memasuki tahun ketiga masa perkuliahan. Saat dimana ia sakit dan harus mengambil cuti kuliah hampir selama satu tahun.  Selama menjalani masa cuti yang bersangkutan kurang mengikuti tentang info perkuliahan dan perkembangan dinamika di kampus.
Memiliki sifat kepribadian yang cenderung tertutup dan kurang bisa bersosialisasi membuatnya semakin menarik diri dari kehidupan sosial. Ada perasaan cemas dan takut yang dirasakan setiap mendengar kata-kata skripsi atau segala hal yang ada sangkut pautnya dengan kampus.Â
Belum lagi kalau  ada pertanyaan dari keluarga atau teman yang menanyakan tentang kuliahnya membuatnya semakin merasa tertekan.  Ketidakberdayaannya ini membuatnya menjadi kurang semangat dan malah semakin menunda - nunda penyelesaian tugasnya. Tentu saja hal ini membuatnya merasa  tertinggal, ditambah lagi dengan keyakinan diri bahwa ia merasa lemah dan sakit-sakitan.
Â
BIMBINGAN SKRIPSI
Setiap perguruan tinggi pasti  punya aturan tentang tata cara bimbingan skripsi dan batas lamanya masa studi. Bagi mahasiswa akhir yang sudah mepet dengan masa berakhirnya masa  kuliah bisa dipastikan ini bukanlah hal yang menyenangkan. Sering muncul perasaan khawatir dan cemas  hingga takut di keluarkan dari kampus.
Seperti yang dialami oleh klien saya tadi, sebenarnya ia cukup beruntung karena pihak fakultas sangat memperhatikan dengan kendala yang dialami. Baik dosen pembimbing akademik ataupun dosen pembimbing skripsinya sangat membantu  bahkan mereka punya komitmen bersedia dihubungi kapan saja yang penting janjian dulu.Â
Meski sudah diberi "jalan tol "  tetap saja ia  merasa kurang percaya diri, takut untuk memulai dan selalu menunda semua aktifitas yang terkait dengan skripsi dengan kegiatan lain yang tidak produktif.  Situasi ini dalam dunia pendidikan dan  psikologi dikenal dengan istilah prokastinasi akademik.
APA ITU PROKASTINASI ?
Fenomena menunda pekerjaan ini memang tidak hanya terjadi dalam dunia pendidikan saja namun juga terjadi pada aktivitas pekerjaan yang lain.  Setiap orang pasti memiliki alasan yang berbeda-beda saat menunda pekerjaannya tersebut. Menurut  Burka & Yuen (2008) Prokrastinasi adalah kebiasan menunda suatu tugas pekerjaan sampai batas akhir pengumpulan tugas atau pekerjaan tersebut. Â
Untuk menentukan apakah seseorang mengalami proskatinasi akademik setidaknya menurut Schouwenburg (dalam Ferrari dkk, 1995) setidaknya memenuhi indicator sebagai indikator :
1. Penundaan pelaksanaan tugas-tugas akademik
2. Kelemahan dan keterlambatan dalam mengerjakan tugas akademik
3. Ketidaksesuaian antara rencana dengan performansi aktual
4. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan.
Â
MENGENALI RESOURCES UNTUK BANGKIT
Kembali pada kasus klien tadi, jika disesuaikan dengan teori diatas  maka ada kecenderungan ia mengalami proskatinasi akademi. Diperberat dengan karakter kepribadian yang introvert, motivasi diri rendah dan label diri yang negative  ( merasa gagal, merasa tidak mampu, merasa sakit).Â
Jika dihitung-hitung sebenarnya ia masih  memiliki banyak potensi positif lainnya yang dapat dijadikan sebagai modal untuk memulai mengerjakan skripsi lagi.Â
Dengan IPK diatas 3,00 setidaknya secara kognitif masih mampu untuk menyelesaikan tugas akhirnya. Penting juga untuk digali terkait dengan sumber kecemasan dan ketakutan apa saja yang dirasakan. Bisa saja ada trauma psikologis selama menjalani masa perkuliahan sehingga butuh bantuan dari psikolog klinis untuk mengatasinya.
Jika hal-hal yang terkait dengan kondisi internal sudah teratasi maka resources yang bersifat eksternal juga perlu diperkuat lagi. Sumber daya dari luar ini bisa berasal dari keluarga, dosen teman-teman disekitarnya dan fasilitas pendukung. Â Ada baiknya mereka menanyakan hal-hal apa saja yang dibutuhkan agar ia merasa nyaman dan tenang selama menyelesaikan tugas.Â
Jangan sampai bentuk dukungan yang diberikan malah menimbulkan persoalan baru. Sebagai contoh ada orang tua yang sangat peduli dengan anaknya dan memantau setiap perkembangannya dengan selalu menghubungi dosen pembimbing dan hal ini ternyata membuat anaknya merasa malu dan malah menarik diri. Â Untuk itu diperlukan kebjaksanaan dari masing-masing pihak agar dapat menahan diri.
Dengan adanya dukungan sosial  yang tepat  maka  ia tidak akan merasa sendiri dan lambat laun akan muncul lagi rasa percaya diri serta punya kekuatan untuk melanjutkan skripsinya.
KELUAR DARI BAYANGAN DROP OUTÂ
Mendengar kata-kata drop out tentu saja yang terbayang adalah sesuatu yang kurang menyenangkan. Selagi masih kesempatan maka tetap harus optimis dan semangat. Tentu saja hal ini harus diwujudkan dalam bentuk action bukan sekedar wacana saja. Dapat dimulai dengan menyusun lagi jadwal dan membuat skala prioritas dalam beraktifitas hingga setiap langkah dapat dilihat kemajuannya dan gelar sarjana dapat diraih sesuai waktu yang ditentukan. Â
REFERENSI
Burka, J. B. & Yuen, M.(2008). Procrastination. why you do it. what to do about it. Massachussets : Perseos Book.
Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & McCown, W. G. (1995). Procrastination and task avoidance: Theory, research, and treatment. New York: Plenum Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H