Angka stunting yang tinggi di Indonesia menjadi perhatian utama bagi seluruh elemen masyarakat untuk aktif terlibat dalam upaya pencegahan dan penurunan angka stunting. Stunting, sebagai masalah kurang gizi dan nutrisi kronis, dicirikan dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari standar usianya. Hal ini akan berdampak pada kesulitan mencapai perkembangan fisik dan kognitif optimal, seperti keterlambatan berbicara atau berjalan, serta rentan terhadap penyakit. Di berbagai daerah pedesaan, termasuk Desa Sidorejo, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, stunting merupakan permasalahan yang membutuhkan perhatian mendalam.
Pada tahun 2023, Desa Sidorejo dihadapkan pada tantangan serius dengan adanya 22 kasus stunting yang tercatat, menandakan peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Dalam upaya mengatasi permasalahan ini, Mahasiswi KKN Tim I UNDIP 2023/2024 meluncurkan sebuah program inovatif. Program ini bertujuan untuk menyajikan gambaran visual yang jelas tentang persebaran stunting di Desa Sidorejo melalui sebuah Peta Persebaran Stunting yang dikembangkan oleh Retno Puji Wijayanti, mahasiswi Teknik Geodesi.
Pelaksanaan program ini dimulai dengan langkah-langkah konkret. Pengumpulan data stunting dilakukan dengan kerjasama dengan bidan desa, hal ini mencakup jumlah balita yang mengalami stunting di setiap wilayah di Desa Sidorejo. Selanjutnya, melakukan koordinasi bersama kepala dusun untuk memetakan batas-batas dusun Desa Sidorejo guna pembuatan Peta Persebaran Stunting. Hasil pemetaan persebaran stunting di Desa Sidorejo dikelompokkan ke dalam lima kategori berdasarkan jumlah kasus: 0 anak, 1 anak, 2 anak, 4 anak, dan 5 anak. Dusun-dusun yang tidak memiliki kasus stunting (0 anak) ditandai dengan warna hijau tua, terlihat di Klampisrejo, Ngadirejo, Dompilan, dan Pundungrejo. Sementara itu, dusun dengan satu kasus stunting (1 anak) ditandai dengan warna hijau muda, terlihat di Norawi, Puri Lestari, dan Nandan. Adapun dusun-dusun dengan kasus stunting lebih dari satu, seperti 2 anak (ditandai dengan warna kuning di Sidorejo, Ngemul, dan Tanjungsari), 4 anak (dengan warna oranye di Ngaglik dan Brongsongan), serta 5 anak (dengan warna merah di Ngepeng).
Rencana Aksi "Menuju Desa Sehat Sidorejo" tidak hanya sekadar wacana, tetapi telah menjadi kenyataan. Pada sebuah acara sosialisasi di Balai Desa Sidorejo pada hari Kamis, 25 Januari 2024, sebanyak 23 peserta termasuk kader posyandu dan masyarakat umum turut serta dalam mendukung program ini. Suasana acara berlangsung dengan baik dan kondusif serta mendapat tanggapan positif dari para audiens. Penutupan acara sosialisasi ditandai dengan serah terima peta stunting, hal ini menjadi tonggak penting dalam upaya menanggulangi stunting di Desa Sidorejo.
Dengan adanya program sosialisasi "Peta Persebaran Stunting" di Desa Sidorejo, diharapkan dapat memberikan pengetahuan peserta mengenai jumlah stunting yang ada di desa Sidorejo sehingga meningkatkan kesadaran tentang masalah stunting dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penyerahan peta cetak kepada kader posyandu juga diharapkan dapat mempermudah pemantauan dan evaluasi yang lebih efektif.
Penulis       : Retno Puji Wijayanti (Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro)
Dosen Pembimbing KKN:
1. Ir. Denis, S.T., M.Eng
2. Drs. Hartono, M.T.
3. dr. Farmanditya Eka Putra, M.Si.Med, Ph.D
Lokasi       : Desa Sidorejo, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H