Mohon tunggu...
Florentina Retno Parwiyati
Florentina Retno Parwiyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Simple life to be a better person

Menulis sejak 2015 Menulis untuk menumpahkan rasa. Menulis dengan cara sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengenal Lebih Dekat Jemparingan Langenastro

19 Maret 2023   02:09 Diperbarui: 19 Maret 2023   16:30 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih membimbing dan mengarahkan dengan sabar/dokpri

Penjelasan tentang busur dan jemparing/dokpri
Penjelasan tentang busur dan jemparing/dokpri

Peralatan Yang Digunakan Untuk Jemparingan

Sama dengan panahan alat yang digunakan adalah busur dan anak panah. Dalam Bahasa Jawa disebut gendewa dan jemparing. Gendewa biasanya terbuat dari kayu sebagai pegangannya (cengkolak) dan bambu sebagai sayap atau swiwinya, tempat mengikatkan tali atau sendeng. Tali atau sendeng terbuat dari nilon. Ukuran gendewa biasanya disesuaikan dengan tinggi badan pemakai. 

Anak panah atau jemparing terbuat dari bambu, bilah anak panah disebut deder, dengan ujung logam yang disebut bador. Bagian pangkal ada godongan yang terbuat dari bulu angsa dan pengunci atau disebut nyenyep untuk mengunci anak panah (jemparing) sebelum dilontarkan. 

Panjang jemparing 68 cm atau 72 cm. Bandulan atau wong-wongan atau sasaran  terbuat dari jerami yang dibalut dengan kain putih dengan  ukuran 30 cm diameter 3 cm.  Pada bagian atas wong-wongan berwarna merah disebut kepala, jika mengenai kepala akan mendapat poin tertinggi 3, lalu bagian leher atau jonggol berwarna kuning jika mengenai leher akan mendapat poin 2, dan yang putih badan dengan poin 1. Saat mencoba bermain saya sempat bertanya targetnya kecil sekali, apakah ada yang bisa mengenai target? Ternyata banyak, kuncinya adalah latihan dan mengolah rasa untuk fokus.

Pelatih membimbing dan mengarahkan dengan sabar/dokpri
Pelatih membimbing dan mengarahkan dengan sabar/dokpri

Teknik Jemparingan

Setelah menggunakan busana yang ditentukan, khususnya menggunakan udeng karena waktu pertama datang kami tidak tahu jika harus menggunakan pakaian tradisional. Lalu dari pihak paguyuban juga mengatakan kalau mau pertandingan wajib menggunakan pakaian sesuai ketentuan, karena ini hanya latihan dan baru pertama jadi diperbolehkan menggunakan pakaian bebas tetapi wajib menggunakan udeng. Jika tidak membawa udeng dari komunitas menyediakan ya, bisa dipinjam atau dibeli dengan harga Rp 20000. Sebagai pemula kami belajar dari awal. 

Cara memasang sendeng pada gendewa, bagaimana duduk bersila dengan postur badan tegap menghadap ke samping. Untuk perempuan bisa timpuh atau bersila mana yang lebih nyaman. Memahami mana posisi atas gendewa dan mana posisi bawah. Mengikuti arahan para senior yang dengan sabar berbagi ilmu dan membimbing satu persatu sampai paham. 

Mengangkat gendewa meletakkannya mencoba menarik sendeng sekuat mungkin dengan posisi yang tepat. Sekitar satu jam kami belajar dengan melihat dan akhirnya mempraktekkan langsung. Saran sebaiknya ada pemanasan terlebih dahulu supaya tangan tidak kaku terlebih untuk yang jarang berolahraga. Jika memperhatikan dengan baik setiap arahan pasti akan bisa melakukan dengan baik, paling tidak setiap gerakan yang dilakukan tepat untuk meminimalisir terkena jepretan sendeng. 

Kami mengawali dari lontaran berjarak 20 meter dengan masing-masing 3 jemparing dilakukan berulang-ulang. Apakah ada yang kena sasaran di wong-wongan? Tentu belum bisa karena ini baru pertama kami melakukan. Tapi menyenangkan ternyata dan tidak terlalu sulit. Kami pun mencoba lontaran 30 meter. Rasanya senang sekali mencoba sesuatu yang baru. Apakah anda tertarik mencobanya? Untuk siapapun yang ingin belajar paseduluran Langenastro terbuka untuk siapapun yang ingin berlatih tanpa dipungut biaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun